☘︎《 PART - 10 》☘︎

2.9K 467 22
                                    

*jika ada typo tolong tandai dengan komentar*


*
*
*


***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Deg

Jantung mereka langsung berdebar bersamaan. Maudi mengerjapkan mata menatap Rangga dengan jarak dekat. Tidak—tapi ini sangat dekat. Bahkan Maudi merasakan hembusan napas Rangga. Rangga langsung melepaskan cekalannya di pinggang Maudi.

JANTUNG GUE MENDADAK MASUK UGD INI MAH!

"Kamu lagi ngapain?" Tanya Rangga menatap Maudi dan mencoba untuk tenang.

"Ak-aku lagi di dapur Pak Rangga," Jawab Maudi dengan polos.

Rangga menghela napas mendengar itu. Kenapa disaat seperti ini Maudi harus sepolos ini. "Iya, saya tau, maksudnya kamu mau apa di dapur saya?" Tanya Rangga.

"O-oh ini, aku mau bi-bikin makanan. Tapi isi kulkasnya... kosong." Jawab Maudi dengan pelan.

"Saya emang nggak pernah belanja isi kulkas." Jawab Rangga. Perutnya kembali bereaksi, membuatnya langsung kembali masuk ke dalam kamar mandi.

Maudi semakin khawatir melihat Rangga seperti itu. Sambil menunggu Rangga, Maudi membuat sebuah bubur sederhana, dengan toping kecap dan telor.

Clek

Rangga duduk di kursi sambil memegang perutnya. Maudi sebenarnya heran, kenapa sakit perut Rangga sampai seperti ini. Kasusnya sakit perut Rangga ini sampai mual dan pusing kepala.

*****

Maudi menggeserkan piring berisi bubur yang sudah ia buat ke arah Rangga.
"Makan buburnya Pak, terus nanti makan obat ini." Ucapnya menggeserkan obat tablet yang tadi di beli di apotek. "Kalau masih sakit perutnya, kita periksa ke dokter. Takutnya ada apa-apa," Ucap Maudi lagi lalu berdiri dari duduknya, namun Rangga menahan lengannya.

Rangga menghela napas dan menatapnya. "Temenin saya makan." Minta Rangga pelan namun terdengar di telinga Maudi.

Maudi kembali duduk di kursi, Rangga memakan bubur buatan Maudi. Dua sendok, tiga sendok, ia memakan bubur itu dengan diam. Maudi menatapnya, ia was-was takut bubur buatannya tidak enak. Tapi ternyata Rangga tidak berkomentar apapun.

"Shit!" Umpat Rangga menyimpan sendok dan kembali berlari masuk ke kamar mandi.

Maudi menutup matanya melihat Rangga kembali seperti itu. "Fix! Gue panggil dokter aja!" Ucap Maudi langsung membuka ponselnya dan mencari nama kontak seseorang. Namun pencarian itu terhenti saat Maudi ingat sesuatu. "Eh, gue kan nggak punya nomornya Dokter Beni. Bego banget sih lo Di!" Dengusnya pada diri sendiri. "Oh iya! Minta sama Dokter Dava aja," ucapnya lagi kembali mencati kontak Dava.

Kafe & Kisahnya - [ Repots ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang