chapter 2

26 7 0
                                    

Pagi tiba Ayra yang masih merapihkan buku nya di atas meja pun mulai di masukan. Lalu merapihkan juga kerah baju nya. kemudian turun ke lantai satu dan berpamitan sebelum berangkat.

Ketika Ayra sampai sekolah hujan mulai berjatuhan ke tanah yang membuat semua orang mencari tempat teduh. Lalu Ayra membersihkan baju dan rok nya agar tidak terlalu basah dan berjalan menyusuri lorong lorong menuju kelas IPA 4.

Bruggghh...

Tiba tiba ada seseorang menyenggol Ayra dari belakang. Seseorang yang Ayra tidak asing lagi. Dia adalah Faza.

"Aww" pekik Ayra

Mata mereka bertemu untuk beberapa detik. namun, Ayra memutuskan kontak mata tersebut lalu memengangi kaki nya yang sedikit nyeri.

"Maaf maaf" kata Faza yang memberikan tangan nya yang berniat untuk membantu berdiri. Ayra pun menerima sesudah nya Ayra bangun cowo itu langsung pergi meninggalkan Ayra sendirian.

"Ishh!!"

##

"Za, nanti sore jadi kan?" Tanya Gibran.

"Jadi. Oh iya suruh semua anggota kita cek biar ga ada orang di dalam sekolah"

"Gue kabarin di grup aja ya" kata Ezra. Lalu Ezra mengeluarkan benda pipih dari saku celana nya dan mulai mengetik.

"Ini beneran kita ga bawa senjata apa apa?" Ucap ian.

"Lo masih raguin kemampuan kita. Tanpa senjata kita bisa kali" ujar Faza.

"Bukan gitu buat jaga jaga aja kan sapa tau dia bawa pisau ato batu kan kita ga tau"

"Serahin sama kita. Udah berapa kali kita menang tanpa senjata?!" Ucap Gibran sambil menurun kan satu kaki nya.

"Iya dehh"

Tak lama kemudian ian menemukan ide yang sangat bagus di pikiran nya. Sudah beberapa jam bu Dian tidak masuk masuk. Dan Ian pun langsung memanggil Arkan.

"Arkan?!!" Panggil ian. Yang di sebut ian pun menengok dan mengangkat satu alis nya.

"Bu Dian ada ga?" Tanya ian.

"Ga ada kayak nya bentar gue cek ke pos piket dulu" ucap Arkan lalu pergi keluar kelas.

"Moga aja ga ada yallahh" ucap Gibran bersemangat.

"Emang kenapa kalo ga ada?" Tanya Faza.

"Ya ke warung pak Oni lah" jawab santai Gibran.

##

"Faza mana sih?" Ian mengetuk ngetuk motor nya resah.

"Au dah jam segini juga" timpal Gibran sambil memutar putar handphone nya.

"Sabar kek!" Ezra yang masih berjalan bolak-balik.

"Ezra! Diem napa pusing gue liat lo bolak balik kayak gangsing gitu" ucap ian yang merasa pusing melihat kelakuan temannya.

"Noh noh orang nya tuhh dateng tuh" kata Gibran sambil menonyorkan kepala Ezra yang berada di samping nya.

"Gimana semua orang yang ada di sekolah ini udah kosong kan?" Ucap Faza

"Semua nya beres" Gibran langsung turun dari motor nya.

Tampak parkiran sekolah penuh dengan cowo cowo The Vagos dari berbagai wilayah. Kalian jangan heran jika tawuran di depan sekolah. Karna di samping terdapat gudang kosong itu bukan menjadi alasan utama sih. Intinya sekolah udah terbiasa dengan hal itu. Guru BP pun sama mereka sudah biasa keluar masuk dengan senak nya.

Morenza Sudah bersiap di depan sekolah. Motor nya diparkir dengan sembarang. Tawuran seperti ini sudah biasa di lakukan Faza dan kawan kawan nya. Itu adalah resiko membentuk sebuah komunitas. Bukan hanya tawuran saja ada banyak hal lagi dari itu misalnya balapan motor dan banyak lagi.

Faza adalah raja dari semua resiko itu tawuran jangan salah Faza pernah mematahkan beberapa tulang dan sampai sampai orang tersebut koma. Balapan motor Faza sudah memenangkan berbagai balap motor tetapi di jalanan. Faza tidak tertarik dengan balapan motor di arena.

Makanya Faza di tunjuk menjadi ketua The Vagos. Sejak masuk SMA The Vagos ini di bentuk sudah lama dan berganti ganti kepemilikan.

"Eh itu suara nya udah pada dateng" ucap Ezra yang semakin resah.

"Tenang semua nya kita harus tenang jangan gegabah yah. Kalo ada yang udah ga masuk akal kita habisin" perintah Faza

"Seperti perintah pak Oni ketika melakukan sesuatu kita harus membaca bismilah" kata Gibran. Lalu di ikuti kawan kawannya.

Lalu mereka berjalan dan ke gerbang yang di pimpin dengan Faza di depan di ikuti dengan anggota anggota The Vagos yang mulai mengepal kan tangan dan rahang nya.

Mereka keluar satu persatu dari gerbang yang terdapat Garet ketua gang Morenza dan di belakangnya adalah anggota anggota Yang sudah bersiap siap ingin memulai tawuran ini.

"Wihh wihh wihh!! Dateng juga setelah kemaren kabur" ucap Ezra yang sekarang berhadapan dengan geng Morenza

"Berani nya keroyokan! Kalah kaburr banci!!" ucap Gibran

"Bacott lo semua?!!! SERANG" perintah Garet dan tawuran terjadi.

Faza benar bener beruntal, ia tidak bawa senjata apapun hanya berbekal kepalan tangan yang erat dia bisa menumbangkan beberapa anggota Morenza. Tatapan mata nya tajam memperhatikan sekeliling nya.

Pukulan demi pukulan ia lemparkan, tetapi mata Faza beralih menengok gerbang sekolah yang terbuka dan melihat sosok perempuan bertubuh mungil dan rambut kecoklatan keluar dari gerbang. Perempuan tersebut langsung menutup kan muka lalu memeluk dirinya sendiri dan dia ketakutan sangat ketakutan.

Faza yang melihat lemparan batu akan mendarat ke perempuan tersebut. Reflek Faza langsung berlari secepat mungkin lalu menghalang dan tepat mengenai Faza.

Bugh....

Faza yang menatap Ayra dengan shock karena perempuan tersebut sekarang ketakutan dan menangis. Di dalan dekapan mungil nya.

"Lo gapapa hah??" Faza menangkup wajah Ayra dengan kedua tangan nya muka Ayra pucat dia amat sangat ketakutan.

Faza menatap keadaan sekitar nya, ia melihat teman teman nya yang masih bertempur. Teman teman nya masih bisa jika Faza tinggal untuk menyelamatkan Ayra.

Faza menarik lengan Ayra. Tiba tiba Lengan Ayra terlepas dari genggaman Faza karena lengannya tertarik dari arah lain. Ayra menjerit kesakitan. Mendengar jeritan Ayra Faza melihat kearah belakang. Ayra sedang dalam bahaya.

Seseorang menahan Ayra. Wajah Ayra semakin memucat. Satu yang Ayra rasakan Ia sudah lemas dan tak mampu menahan lagi. Faza berniat mendekati Ayra. Namun, lelaki mengancamnya dan mengeluarkan sebuah pisau kecil itu di leher Ayra. Lalu mengeluarkan sedikit darah.

"Jangan mendekat kalo lo mendekat cewe ini! gue jamin ga akan selamat!" Ancam lelaki itu.

Faza bingung, ia khawatir hingga ia melihat kearah belakang lelaki itu. Lelaki itu ambruk bersamaan dengan tubuh Ayra.

Ezra berdiri di belakang lelaki yang ambruk itu dan membawa sebongkah kayu yang berada di dekat Ezra. Ezra memukul tengkuk lelaki itu hingga tak sadarkan diri.

"Ezra! Selesaiin semuanya!" Setelah mendapat jawaban dari Ezra. Faza langsung Lari membawa tubuh Ayra yang tak sadar kan diri.

Bertahanlah- batin Faza

##

Gimana guys feel nya kurang dapet ya. Sorry karena ini cerita spontan
Kalo kalian suka yuk di vote

Enjoyy reading
-klycnthaa

Sekertaris: SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang