Tebet

27 9 0
                                    


Hari ini tepat seminggu kepulangan Mama dari perjalanan ibadah. Sebelum mama bercerita, aku sudah dengar dari Mas Satya. Bahwa, ia akan datang dengan Ibu kerumahku.

Aku ngga ngerti kenapa mas Satya tiba-tiba bisa bilang seperti itu ke Ibu. Seperti sudah jadi kebiasaan mas Satya, kalau berbicara dengan Ibu pasti aku selalu ngga tau(?)

 Seperti sudah jadi kebiasaan mas Satya, kalau berbicara dengan Ibu pasti aku selalu ngga tau(?)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hahaha. Begitulah, mas Satya. Kaku tapi garing tapi lucu gimana gitu.

Sampai saat ini saya ngga tau, apa yang udah mas Satya siapkan tentang aku dan mas Satya. Maksudku, yang mas Satya lakukan hanya bertanya tentang, apakah aku yakin atau tidak. Seperti saat beberapa hari lalu di telepon.

"Ta, kamu yakin?" katanya disebrang telepon.

"Yakin, mas. Kenapa emangnya?"

"Saya ngga keberatan, Ta, kalau sekiranya kamu masih ingin kejar banyak hal di usia kamu. Saya yakin, kamu masih mau merasakan dunia kerja, ingin bebas main sama teman-teman kamu. Kita bisa bahas ini nanti"

"Kalaupun, nanti saya mau kerja, mas Satya izinin?"
tanyaku

"Insyaallah saya izinin"

"Kalau nanti, saya mau main sama temen-temen saya, diizinin?"

"Asal jangan terlalu sering, sih" jawab mas Satya, lagi.

"Itu mas Satya bisa jawab sendiri pertanyaan mas Satya."
"Mas, kalau mas Satya bisa yakin sama saya, kenapa saya harus ragu sama mas Satya?"

Dan kejadian serta pertanyaan-pertanyaan sepele itu masih sering kita bahas. Aku tau, tujuan mas Satya sangat baik. Mas Satya hanya ngga mau aku merasa hidup tapi dikekang, mas Satya bilang, aku harus selalu bahagia apalagi kalau didekat mas Satya. Hehe.

"Dek, itu makanannya udah dipiringin semua?" tanya mama.

"Udah, kok, Ma."

"Ini makanannya ngga terlalu sedikit, dek?"

"ngga, Ma. Mas Satya kan cuma datang sama Ibunya. "

Setelah semua selesai, aku dan Ibu hanya duduk sambil berbincang banyak. Tapi, sudah hampir satu jam mas Satya belum sampai.

"Mungkin sedang beli sesuatu, dek"

Akhirnya aku memutuskan untuk menamatkan satu episode terakhir Itaewon Class sampai mas Satya nanti datang. Karena, sejujurnya aku deg-degan. Aku selalu terbayang-bayang tentang apa yang akan mas Satya sampaikan didepan aku dan Mama. Berhubung kami sama-sama Anak tunggal dan hanya punya satu orang tua. Lebih banyak hal yang harus kita bicarakan, itu kata Mama.

"Dek, kamu telepon aja. Ini udah ashar, lho?"

"Sudah Tania telepon, Ma. Ngga diangkat"

"Tapi berdering?"

"Berdering"

Dan sampai adzan isya' berkumandang, akhirnya aku memutuskan pergi ke kamar dan istirahat.

Lupakan mas Satya. Dia ngga pernah benar-benar serius datang.













Siap bertemu di akhir cerita?

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang