Tebet (III) & Rasa Cherry. [Epilog]

45 9 0
                                    

"Ta, boleh tolong ambil pouch aku, ngga? Disamping sofa"
Aku mengambil ke sofa dan memberikan pouch mas Satya.

"Ta, foto, yuk! Kamu bawa kameranya, kan?"

"Hahaha. Ngapain, sih, mas? Terus ceritanya kita sekarang traveling kemana?"

"Ya.. kita di Tebet. Tapi biar ada memorinya aja.. Nih, anggap aja infus ini monumen sejarah gitu"

"Sebentar aku pakai lipbalm dulu. Mas mau pake lipbalm?" mas Satya menggeleng.

"Ngga suka" katanya.

Setelah itu aku memasukkan lipbalmku ke pouch dan menaruhnya di sofa. Padahal masih pagi, mas Satya sudah aneh-aneh.

"1, 2, 3!"

"Bagus, ya, Ta?" kata mas Satya setelah ku berikan hasil fotonya.

"Aku mau liat semua foto-foto kita, dong, Ta"

Ohiya, aku sudah bilang, ya. Saking buru-burunya, tas yang ku bawa adalah tas yang biasa ku bawa pergi jauh. Terakhir tas itu aku bawa ke Vietnam, ada banyak barang yg blm aku keluarkan.

"Nih.." Aku memberikan foto-foto polaroidku bersama mas Satya. Mas Satya ngga berhenti tersenyum yang membuat aku ikut tersenyum.

Kemudian mas Satya mengambil spidol kecil dari pouchnya.

"Ini di Itali" mas Satya menuliskan huruf I dibawah polaroid
"Ini di London" dituliskannya lagi huruf L
"Ini di Osaka" huruf O
"Ini di Vietnam" huruf V
"Nah, ini foto aku sama Mama kamu di Egypt." mas Satya mengeluarkan kertas foto, dan menuliskan huruf E dikolom bawah kertas foto tersebut.

Aku terkesima melihat mas Satya. Astaga, apa lagi ini, mas Satya?

"Mas.."

"Nah, karena kita lagi di RS Tebet, jadi.." mas Satya kemudian menuliskan huruf T dibawah polaroidnya.

Perlahan mas Satya menyusun semua polaroid menjadi bersejajar diatas meja makan lipatnya. Kemudian merogoh pouchnya dan mengeluarkan kotak kecil berwarna biru tua dan menaruhnya didekat foto-foto tersebut.

"Sini, Ta. Duduk samping aku." Aku masih terdiam. Ngga, aku tuh ngga bisa ngomong apa-apa. Rasanya cuma mau nangis dan peluk mas Satya aja.

"Maaf, ya. Aku gagal bawa Ibu kerumah kamu, tapi kayaknya untuk urusan ini, bisa kita lakuin berdua aja."
"Liat deh, Ta."

Kita berdua sama-sama melihat tulisan itu.

I LOVE T

"I love you, Tania."

"Aku tau ini agak aneh, cheesy, atau mungkin kamu anggap ini ngga jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tau ini agak aneh, cheesy, atau mungkin kamu anggap ini ngga jelas. Tapi setelah dipikir-pikir. Semua kebetulan kita dari pertemuan di Jepang sampai akhirnya kita lagi istirahat di Tebet ini, buat aku makin yakin. Kalau aku mau bareng sama kamu terus, Tania. Aku mungkin ngga selucu Damar yang selalu kamu ceritain, atau secool Jeremy yang jadi idola ibu-ibu kantor. Tapi, aku bisa jadi Satya yang paling kamu sayang, Ta. Duh, aku ngga jago sebenernya ngomogn kayak gini.

Yah, Ta. Jangan nangis dong.." tangan mas Satya menghapus air mataku. Siapa yang ngga nangis kalau diperlakukan kayak gini, mas. Astaga.

"Ta.. aku cuma pengen kamu." mas Satya mengambil kotak kecil biru tersebut dan membukanya. Terlihat sebuah cincin cantik yang elegan disana.

"Tania, be my finale, please?" Aku ngga bisa tahan tangisku lagi. Aku langsung memeluk mas Satya dan terisak dipundaknya. Mas Satya hany tertawa dan mengelus kepalaku pelan.

"Jawab dong, Ta. Mau ngga? Kalau mau, lepas pelukannya. Soalnya pundakku agak sakit." aku kaget mendengar pernyataan mas Satya dan langsung melepas pelukanku.

"Yes. Berarti kamu mau. Hehehe" aku kemudian tertawa dan memukul lengannya pelan. Mas Satya kembali menghapus air mataku.

Aku tersenyum saat mas Satya memasangkan cincin itu di jari manisku. Ternyata ini, ya, rasanya dunia hanya milik berdua. Hanya milik aku dan mas Satya.

"Mas Satya. Makasih, ya. Kadang aku berpikir, aku belum pantas untuk kamu, bahkan banyak yang aku rasa, lebih pantas buat bersanding sama kamu dibanding aku. Tapi, kayaknya dunia juga tahu, selain mas Satya, Tania juga cuma mau mas Satya dan ngga mau sama yang lain."

Tangan kanan mas Satya mengelus pipiku pelan, lalu aku menyentuh tangannya. Ada kehangatan yang aku rasakan. Kehangatan yang tidak bisa didapatkan dimanapun.

"I love you more, mas Satya." kataku memandang matanya.

" kataku memandang matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"Ta" panggil mas Satya.

"Hm?"

"Aku mau lipbalm kamu boleh?"











"Rasa cherry, ya, Ta?"
"Mas rasa betadine. Hahaha"







END















DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang