"Halo? Kenapa mas Damar?"
"Ta! Dimana?"
"Dirumahlah, mas. Jam 11 malam gini, masa saya keluar-keluar?"
"Saya kira kamu tau! Mas Satya kecelakaan, Ta."
"RS. Tebet, Ta. Saya tunggu di depan UGD, ya."______________________________________________________
Betul. Jam 11.30 malam aku dan Mama langsung pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan mas Satya dan Ibunya. Aku merasa sangat bersalah karena justru marah pada mas Satya. Alih-alih berusaha menghubungi kerabat mas Satya untuk menanyakan keadaannya, aku malah berdiam diri dikamar dan menghubungi mas Satya berkali-kali. Bodoh.
Diperjalanan Mama berusaha menenangkan aku yang terus menangis.
"Udah, dek. Kan memang ngga ada yang kabarin kita. Sekarang sudah mau pergi, jangan nangis lagi dong..""Salah aku juga, ma. Kenapa aku ngga hubungin mas Damar atau mas Jeremy setidaknya untuk tanya, apa mas Satya sempat kontak mereka atau ngga"
Saat aku dan Mama sampai di Rumah sakit, dari kejauhan aku bisa melihat mas Damar yang sedang duduk dan memejamkan mata.
"Ta.. Mas Satya sama Ibunya sudah masuk kamar rawat. Maaf saya baru ngabarin kamu, saya juga baru ditelepon mas Jeremy. Katanya, mas Jeremy yang pertama dihubungi pihak Rumah Sakit" cerita mas Damar sambil mengantarkan aku dan Mama menuju kamar rawat.
"Satya kecelakaan itu jam berapa, Damar?" tanya Mama.
"Siang, bu. Mas Satya sempat ngga sadarkan diri karena masih trauma. Mas Jeremy yang lebih tau ceritanya, bu." jawab mas Damar.
"Mas Jeremy kok ngga telepon saya, ya, mas?" tanyaku
"Sibuk ngurus asuransi kali, Ta. Hahaha." Cuma mas Damar dan Mama yang bisa terkekeh. Aku sekarang merasa deg-degan, sepertinya aku ngga siap liat mas Satya.
Sampai di lantai 4, sebelum memasuki lorong kamar rawat inap, mas Damar menelepon mas Jeremy.
"Eh, Ta. Malam, bu. Wah, kenapa ngga datang besok aja? Sekarang udah larut" sapa mas Jeremy.
"Saya sudah bilang, Jeremy.. Tania mana mau sabar sampai besok?" jawab Mama.
"Hahaha. Ohiya, kamar mas Satya nomor 202A dan kamar Ibu di 203A."
"Kamu mau Mama temenin ngga, dek?" tanya Mama. Kayaknya aku bakal nangis-nangis, deh. Huft.
"Hmm, ngga usah, deh, Ma. Aku sendiri aja. Mama bisa ke kamar Ibunya mas Satya"
Kemudian mas Jeremy mengantar aku dan Mama masuk ke lorong kamar rawat Inap. Saat Mama sudah masuk kamar Ibu, aku masih berdiam diri di depan kamar mas Satya.
"Ngga apa-apa, Ta. Mas Satya udah lebih baik. Baru sadar, hhm, 2 jam yang lalu. Sekarang masih butuh istirahat yang agak lama. "
"Ta, pas mas Satya bangun, setelah Ibu, kamu yang ditanya mas Satya. Saya diminta untuk hubungin kamu, tapi saya masih urus administrasinya. Jadi ngga sempat." tambah mas Jeremy."Saya ngerasa bersalah, mas, karena ngga tau apa-apa. Padahal tujuan mas Satya hari ini kerumah saya" aku mulai menangis lagi. Astaga. Maafin aku ya, mas Satya T.T
"Yang penting kalau mas Satya bangun, kamu ada disampingnya." Mas Jeremy kemudian menepuk puncak kepalaku.
"Saya tinggal, ya, Ta. Damar mau makan, katanya"Setelah mas Jeremy pergi, aku masih butuh beberapa menit mempersiapkan diri. Memang terlihat sedikit keadaan didalam yang sepi. Maka dari itu, aku kurang siap.
"Mas Satya?" tidak ada jawaban.
Saat aku masuk dan mendekat, terlihat kaki kiri mas Satya yang diperban dan agak diangkat. Juga, pergelangan tangan kirinya. Ada sedikit goresan juga di pinggir bibirnya dan bekas obat yang membuat lukanya terlihat sangat basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY
FanfictionCerita Satyatama dan Tania yang mengenal dan selalu jatuh cinta di tiap negara yang mereka kunjungi. "Let me bring my heart, to travel yours" - S "Come to me, Let's build our own world and fly it together" - T