0%

492 58 7
                                    

| 2014
Seoul, South Korea

“Penampilanmu sangat indah, selalu indah seperti biasanya,” kata seorang staf pada soloist yang cukup popular dan dicintai Korea Selatan. Gadis itu pun tersenyum sambil berkata, “Ah tidak, aku masih harus banyak belajar dari para senior. Tetapi aku bersyukur karena banyak yang mencintai musikku hingga saat ini.”

Cantik. Rendah hati. Ramah. Baik hati. Bisakah disebut sempurna?

“Tentu saja, kau akan selalu dicintai karena kau adalah Lee Jieun. Itulah dirimu.”

Jieun lagi-lagi tersenyum. “aku akan ke ruang tunggu. Penyanyi lain mungkin melihat penampilanku, jadi aku harus melihat penampilan mereka.” Staf itu pun mengangguk lalu meninggalkan Jieun.

Saat ia hendak masuk ke dalam ruangan, seseorang berlari dan menabraknya hingga menjatuhkan microphone berwarna putih milik Jieun. “Ah sunbaenim, maafkan saya.” Ucap pemuda yang tergesa-gesa, ia harus berkumpul bersama anggota yang lain karena grup mereka akan segera tampil. “Oh tidak apa-apa. Pergilah.” Ucap Jieun.

Setelah pemuda itu pergi, Jieun pun masuk ke dalam ruangan dimana ia bisa menonton penampilan di panggung melalui televisi. Selama grup itu tampil Jieun mengamati setiap anggota grup yang berada di atas panggung. Ia menyapu pandangan sampai akhirnya berhenti pada pemuda yang tadi menabraknya.

Beberapa menit setelah itu, grup beranggotakan 7 orang tadi kembali ke ruangan mereka untuk beristirahat sebelum pengumuman siapa yang akan mendapatkan piala mingguan.

“Kau mau kemana?” tanya Seokjin ketika melihat rekan grupnya berdiri. “Ah aku mau ke toilet.” Jawab Yoongi.

Ia pun keluar dari ruangan dan mendapati seorang staf yang hendak masuk ke dalam sebuah ruangan yang terbuka. “Permisi, apakah saya bisa menitipkan ini? Untuk sunbaenim.” Ucap Yoongi pada staf yang membawa nampan berisi sandwich dan kopi. Ia menulis sebuah surat pendek di sticky note berwarna biru.

“Oh? Untuk Jieun-ssi?”

Yoongi mengangguk. “Terimakasih.” Kata Yoongi sambil membungkukkan badan pada staf tersebut. Setelah itu, Yoongi pergi ke toilet agar tidak ada anggota grupnya yang curiga.

Di waktu yang sama, Jieun menyadari ada sebuah kertas yang terselip di bungkus sandwich. Ia pun membuka lipatan sticky note itu lalu tersenyum.

Sunbaenim, saya ceroboh sekali karena
menabrak dan menjatuhkan mic sunbaenim.
Tolong maafkan saya.
Saya berjanji akan mengganti rugi, tapi
karena saya belum sesukses sunbae, tolong
tunggu biaya ganti ruginya. Beberapa tahun lagi,
saya akan membelikan mic yang baru.
Mungkin tidak sopan, tapi ini nomor saya,
+621993903516 anda bisa mengingatkan saya
—Yoongi BTS

"Apakah dia masih di luar?" Tanya Jieun pada staf itu.

"Tidak, dia langsung pergi setelah menitipkan itu. Dia tidak mau saya menyebutkan namanya."

"Kau mengenalnya?"

"Saya tidak ingat namanya, tapi saya tahu siapa dia, saya melihat dia di atas panggung."

Jieun tersenyum. "Baiklah. Terimakasih."

Setelah staf itu pergi, Jieun memakan sandwich sambil kembali membaca pesan singkat dari Yoongi. "Menggemaskan sekali."

Ia pun memutuskan untuk menyimpan nomor Yoongi, bukannya ia mau menagih janji, ia hanya berpikir, suatu hari nanti mungkin ia akan membutuhkannya.

Tidak lama setelah ia menyimpan nomor Yoongi pada ponselnya, sebuah pesan masuk.


mau ku jemput jam berapa?

Lee Jieun
satu jam lagi aku selesai. tunggu ya..


lama sekali. aku sudah merindukanmu

Lee Jieun
aku juga ㅠㅠ

Hubungan mereka sudah berjalan kurang lebih satu tahun. Berawal dari senior dan junior yang bertemu secara tidak sengaja, hubungan percintaan pun dimulai. Sepasang kekasih yang dimabuk asmara, tanpa memandang usia maupun status.

eight | start

eight | myg ljeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang