"ARAAAAAA!!!"
Ara yang sedang menikmati tidur siangnya pun harus terbangun karena suara yang melengking itu.
"Ra bangun Ra! Ayo buruan, bang Fiki punya kabar bagus nih. Ayo bangun!" Tubuh Ara terguncang kesana kemari karena Fiki meloncat-loncat di atas kasur Ara. Kepalanya pun merasa pusing karena guncangan itu. Ingin sekali rasanya Ara memukul abangnya yang satu ini, tapi tubuhnya terlalu lemas untuk melawan Fiki, Yang bisa Ara lakukan adalah memeluk guling nya semakin erat.
Merasa usahanya tidak berhasil, Fiki pun turun dari kasur Ara. Ia menatap adiknya yang masih setia dengan posisinya.
"Yaudah kalau gitu, padahal bang Fiki mau ngajak jalan-jalan, ya mumpung bang Han lagi nggak di rumah." Fiki membalikkan tubuhnya, namun seketika tubuhnya terhuyung kebelakang karena ada sesuatu yang menariknya.
"SERIUS?" Fiki tersenyum kecil karena usahanya membangunkan Ara berhasil.
Fiki terlihat berbalik badan dan mengangguk. "Yoi, makanya kuy ah jalan-jalan."
Ara mengucak matanya yang masih mengantuk. Sebenarnya ia masih ingin melanjutkan tidurnya, tapi ajakan Fiki membuatnya harus bangun, apalagi tidak ada Farhan di rumah, jadi mereka bebas kemanapun. Mana mungkin Ara melewatkan kesempatan ini. "Tapi kan harus ijin bang Sen kalau bang Han nggak ada, emang bang Fiki udah ijin sama bang Sen?"
"Bang Sen nggak ada di rumah Ra. Udah yuk ah berangkat, udah kece nih." Fiki merapihkan rambutnya di depan cermin Ara.
Memang benar, Fiki terlihat tampan dengan hoodie hitam dan celana levis putihnya, abang Ara yang satu ini terlihat tampan menggunakan baju apapun, walaupun simple.
"Berdua doang nih? Nggak ngajak bang Son sama bang Aji?"
Mata Fiki melirik sekilas wajah Ara yang terpantul di cermin. "Ho'oh. Yang lain nggak ada di rumah, cuma kita doang."
"Loh pada kemana? Kok bisa kompakan gitu perginya? Biasanya di sisain satu orang buat jagain Ara di rumah." Wajah Ara semakin bingung saat Fiki berhenti merapihkan rambutnya dan menoleh dengan wajah datar.
Ara menaikan kedua alisnya. Tatapannya seolah-olah bertanya 'kenapa?'
Fiki menghela nafas dan menghampiri Ara. Ia tersenyum dibuat-buat dan malah mengacak-ngacak rambut Ara gemas. Setelah itu,
"TERUS GUE APA DEK?"
Rasanya Ara ingin pergi ke dokter THT sekarang juga karena suara Fiki yang melengking. Demi apapun, Ara yang perempuan tulen pun tidak pernah teriak seperti itu!
Ara baru sadar, abangnya menyisakan Fiki untuk menjaganya.
Gadis itu menyadari satu hal lagi yang membuatnya spontan berdiri.
"Bagus dong!" Girangnya sambil menatap Fiki yang sedang menatapnya juga.
Fiki berusaha sabar. "Ya Allah baru nyadar? Kemana aja neng?!" Gemas Fiki sementara Ara hanya menunjukkan deretan giginya yang putih.
"Yaudah sana Ara mau siap-siap dulu!" Badan Fiki didorong Ara keluar dari kamarnya.
"Iya iya jangan lama-lama."
Brak
Fiki hanya bisa menghela napas setelah Ara mengusirnya dan menutup pintu dengan tidak santai, ia memilih berjalan menuju dapur untuk memasak, karena menunggu Ara berdandan bisa sampai 1 jam dan sekarang perutnya mulai lapar.
"Ck! Mana sih mie instant? Pasti diumpetin bang Sen. Duh, Ke kamar bang Sen dulu deh."
Tentu saja Shandy akan membawa mie instant ke kamarnya, karena jika tidak mie instant miliknya akan dihabiskan oleh adik-adiknya. Bukan apa-apa, hanya saja mereka terlalu sering makan mie, bukankah itu tidak baik untuk kesehatan mereka?
![](https://img.wattpad.com/cover/223278964-288-k361559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Siblings • UN1TY✓ [HIATUS]
Fanfiction🌻 Siblings✔ Gimana sih rasanya jadi anak perempuan di antara 8 kakak laki-laki? Bagi Ara punya 8 abang itu suatu keberuntungan, mereka punya cara sendiri buat ngelindungin dan manjain adik bungsunya ini. 🐣Start : 3/5/20 ➡ Finish : - By : Yuenwant...