awal

27 11 0
                                    

10 tahun yang lalu

"ayah jangan tinggalin aku yah",teriak seorang gadis kecil, sambil memegang lengan ayahnya

"ayah retha mohon yah",lanjutnya dengan tangisan tersedu sedu

"udah sana ga usah sok nangis segala kenapa sih lebay banget,yang ada itu kamu anak yang ga ada gunanya percuma sayang",jawab purno ayahnya retha.

"kita berdua tuh malu nganggap kamu anak,ga bisa ngapa ngapain tau gak",bentak susi ibu retha yang masih terlihat muda.

"ibu,retha mohon buu",sambil memeluk ibunya dari belakang

Ayahnya yang melihat itu menarik baju kaos retha lalu menamparnya dengan tamparan yang cukup keras,karena tak ingin jika anaknya itu memeluk ibunya

"ibukan sudah bilang,ibu ga sudi punya anak kayak kamu,kamu itu beban buat kita berdua",lagi lagi susi menendang retha kesudut dinding rumah(panti asuhan).dengan sedikit senyuman dibibirnya dengan menatap purno suaminya

Retha yang terbentur didinding pun berusaha berdiri dengan kepalanya yang berdarah menghampiri ibu dan ayahnya

"ibu,ayah",suaranya yang melemah dan diiringi tangisan tak mampu membuat kedua orang tuanya jadi baik

"kenapa sih kamu masih ngikutin kita, sana pergi dirumah baru kamu,dasar bocah kurang ajar",ujar susi yang hendak memasuki mobil

"ibu sama ayah ga punya hati",teriak retha yang berlari dibelakang mobil

"good bye beban hidup",ujar purno sambil tersenyum.
Karena sedari tadi iya suka melihat istrinya seperti itu.

Sekarang,

"Kenapa ayah dan ibu seperti mereka harus ada sih didunia ini,mereka telah menghancurkan masa kecilku.mereka berdua tak tau betapa susahnya menghidupi diri sendiri dari kecil, ditambah lagi dengan ibu panti yang sangat galak dan penuh penekanan terhadapku, memeras uangku dan bingungnya ia hanya memperlakukan itu denganku saja. Sunggu dunia ini begitu kejam".

Hari ini sangat panas,ditambah lagi harus menanam sayur dikebun pak dani.sungguh aku sangat capek, tapi aku harus semangat, besok kan pembayaran uang sekolah. Toh aku kan juga sudah biasa.

"pak yang mana lagi harus dikerja,sebelah sana dan sana udah saya tanamkan sayuran".ujarku kepada pak dani.

"udah neng itu aja,ini gajinya buat hari ini",jawab pak dani sambil memberikan selembar uang kepadaku

Pak dani hanya memberikan uang 20 ribu kepadaku padahal sedari tadi saya mengerjakan lebih 5 gelombang tanah sekitar 2,5 meter panjangnya. Sungguh pak dani ini memang sangat pelit kepada orang, tapi mau gimana lagi inilah pekerjaanku, selepas bekerja dilahan aku menuju rumah bu tarti untuk mencuci pakaian yah asisten rumah tangga adalah pekerjaan sampingan buatku,bu tarti ini tidak pelit hanya saja selalu marah dan selalu menyinggung perasaan tapi, dengan bu tarti aku belajar untuk kuat menahan caci dan makian orang orang.

"bu udah semua nih",ujarku ke bu tarti

"awas kalau gak bersih ta, kayak hidup kamu yang ga tau asal usulnya",

"udah bersih kok bu",kusenyumi bu tarti dengan ramah

"yasudah ini untuk kamu",ujarnya sambil memberikan 2 lembar kertas uang merah untukku.

"makasih bu"

Hal itu hanya diangguki oleh bu tarti
Disepanjang jalan aku hanya memikirkan perkataan bu tarti yang sangat menyakitkan bagiku, jika tak dihadapi dengan senyuman lalu aku harus apa.itu lah batinku
Ya tuhan kenapa engkau membuatku menderita mulai dari kecil,hanya kegelapan yang terus melandaku selama 17 tahun tak pernah sedikitpun kecerahan menimpaku, penderitaan kekerasan penganiayaan itu selalu ada betapa sakitnya batin ku,penekanan dan cacian selalu ada.kuhadapi semua dengan senyuman karena tak bisa kuceritakan dengan siapapun, jangankan sahabat kedua orang tuapun aku tak punya.hanya ada cita cita yang selalu mendorongku untuk terus maju dan berkarya selagi nyawa masih berhembus dan tuhan mengizinkan tak akan ku menyerah.

Picture Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang