my life

21 11 0
                                    


Sampai dipanti ternyata ibu hana sudah menunggu kedatanganku sedari tadi,tatapannnya begitu tajam sehingga membuatku sedikit menunduk ketakukan aku tak tau hukuman apa lagi yang akan dia berikan kepadaku,apa dia akan memukuli ku? Oh tuhan jangan sampai.

"eh retha sini kamu",bentak bu hana kepadaku

"iya bu",ucapku ketakutan

Sungguh saat ini diriku seperti melihat iblis yang akan menganiayaku seperti kemarin kemarin.
Kudekati bu hana sambil menunduk karena terlalu takut jika harus berdekatan

"dasar anak murahan,pulang jam segini dari mana saja kamu?",bu hana menarik tanganku masuk kedalam

"bu, tadi ret",belum selesai aku bicara bu hana sudah lebih dulu menamparku,sungguh rasanya sangat perih,belum saja aku berdiri bu hana menendangku berkali kali sungguh sangat sadis bu hana bukan?,

"ibu retha mohon, sudah bu, retha minta maaf",kini aku memecahkan tangisanku

"maaf maaf saja kerjamu",lagi lagi bu hana mengambil tali lalu mencambukku berkali kali,badan ku kini sangat perih aku rasa tak ada lagi yang tuhan sisa untukku,wajahku yang rupawan ini telah hancur cambukkan ibu hana sangatlah menyakitkan,sambil memaki maki diriku jangan kan fisik bu hana sama sekali tidak menyisakan apapun batin ku pun sudah lebur ia menganiayaku padahal dia bukan orang tuaku.

"Semua orang kejam",teriakku dikamar,sambil menangis sehari semalam.

*Pagi yang cerah namun hatiku tidak, kejadian semalam masih kupikirkan mataku yang sembab ini akan jadi bahan tontonan disekolah lagi.

Dingin, cuek, bodoamat adalah sikapku.diSMA nusantara ini aku lumayan terkenal sih karena kepintaran, dan juga keaktifan gua diekstrakurikuler.tapi wajahku tak secantik siswi lainnya.

*Bel berbunyi tandanya jam pelajaran dimulai,sedari tadi gua merasa risih dilihatin sama renaldi yah most wanted sekolah gua, tapi menurut gua nih yah dia tuh biasa aja sama kyk yang lain.
Tak kupedulikan dia yang setiap hari melihatiku layaknya aku cabe"an sekolah, tatapan yang tak pernah berhenti mulai dari masuk kelas sampai jam pelajaran bu ani selesai sangatlah jijik untuk gua lihat.

Kubuka buku novel yang kubawa berjudulkan senja dan hujan kini kubaca dengan memakai earphone  kesayanganku yang kubeli dengan uang cuci gosok dirumah bu tarti beberapa minggu yang lalu.kini semuanya hanya terdengar musik rasanya musik itu menggambarkan kehidupanku, selama 17 tahun ini tak pernah sama sekali gua berteman dengan seseorang,menurutku jika memulai pertemanan,sama saja jika aku memancing masalah untuk datang,sekarang sih aku tahu biasanya juga orang berteman hanya karena kita ada uang seperti yang dikatakan anak panti lainnya(no money,no friends),yah matrealistis adalah alasan sekarang seseorang berteman,jika tak punya uang maka kau tak punya teman.sekarang sangat susah jika harus mencari teman yang apa adanya.

Tak kusadari ternyata sedari tadi Renaldi duduk didepanku dengan membalikkan bangku yang ada dimeja depan.hanya ada keheningan diantara kita berdua,sangat malas jika harus meledeni lelaki sepertinya,yang ada hanya akan datang masalah lagi, yah masalah! bagiku setiap yang kukerjakan adalah kesalahan itulah yang selalu aku pikirkan jangankan kekasih dan teman keluarga saja mendatangkan masalah.

"kenapa wajahmu memerah",ucap Renaldi memecahkan keheningan.

"tidak apa-apa",ucapku ketus tak mengalihkan wajahku dari buku novel yang hanya kulihati

"bukan tidak apa-apa lihat saja itu seperti bekas cambukkan",jawabnya sambil mengangkat daguku agar bertatap denganku.

"apa untungnya jika kuberitahu denganmu haa!".kini diriku berdiri lalu membentaknya.batinku sungguh sakit jika dipedulikan karena selama hidup tak pernah ada seseorang yang pernah peduli terhadapku.dia mulai berdiri sambil menatapku dengan sendu

"salahkah jika aku peduli kepadamu",jawabnya seperti menenangkanku.

"Tolong tinggalin gue,Gue capek jika harus ada masalah lagi karena loh deket sama gue, hidup gue penuh masalah sekarang dan loh mau nambah masalah lagi dihidup gua.loh ga tau betapa susahnya menjadi gue",aku memecahkan tangisku didepannnya,sungguh batinku teriris dengan kepeduliannya.

Renaldi sudah meninggalkan ku dikelas,disini aku menangis mengingat semua luka dan duka ku yang entah dengan siapa harus kuceritakan.jika kehidupan ini tak datang kepadaku mungkin aku tak akan kasar kepada orang orang.
Aku sadar sebenarnya tindakan ku dengan Renaldi tadi sangatlah buruk,tapi jujur gua itu sangat benci dengan manusiawi peduli sepertinya.

Picture Of My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang