"kita itu manusia,tugas kita saling membagi kepercayaan,lalu melengkapi"
*kini ku berjalan menuju perumahan panti yang jaraknya lumayan jauh,sebenarnya ini hal yang sangat melelahkan tapi harus bagaimana lagi beginilah takdirku, disepanjang jalan diriku hanya bisa menahan sakit bekas cambukkan bu hana terhadapku,jalanku kini pincang posisi tanganku kini memegang wajahku yang memerah,kulihat indahnya perdesaan malang yang sangat menyejukkan.
Terlihat seorang gadis kecil sekitar berumur 5 tahun sedang meminta makan dipinggir jalan,kutemui dia lalu berjongkok didepannya agar menyamai tingginya, kuelus rambut gadis itu lalu kutanya,"Sayang,kamu lapar",ucapku selembut mungkin.
"iya, sejak kemarin nina belum makan",jawabnya sambil menunduk memegangi perutnya.
Kini kusadar betapa besarnya kuasa tuhan,ku kira hanya aku didunia ini yang menderita,ternyata masih ada gadis kecil yang kehilangan kasih sayang orang tuanya bahkan tempat tinggalpun tak ada makannya pun susah.
"Oh,sayang tunggu ditempat duduk sana yah,kakak beliin makanan dulu",kuberitahu dia sambil kutunjuk tempat duduk ditaman dekat lahan pak dani.
Kini kuberdiri lalu menyebrang jalan kubeli 2 bungkus nasi goreng diwarung pak hajat.
"Pak nasi gorengnya 2 bungkus yah, ga pedes pak",ucapku ke pak hajat
"Siap neng",jawabnya sangat sopan.
Pak hajat ini sangat suka kepadaku karena selama menikah ia tak dikaruniai seorang anak,itulah mengapa pak hajat dan bu siti istrinya sangat menyayangiku.Setelah kubayar,tak sengaja ku menabrak seorang lelaki lumayan tampan,kulihat dia ternyata Renaldi yang ingin masuk ke warung pak hajat.
"Maaf-maaf",ucapku dan bergegas meninggalkannya.
"tidak papa",jawab renaldi lalu menahan tanganku.
Langkahku terhentikan olehnya kutanya kenapa tapi tak dijawab,karena tak enak untuk dilihat, aku lari lalu meninggalkannya didepan warung pak hajat.
Kuhampiri nina yang menungguku ditaman diseberang jalan."nina sayang,makanlah nasi goreng ini",kududuk disebelahnya lalu memberikan nasi goreng itu, padahal uang yang kupakai membeli nasi goreng adalah uang untuk pembayaran sekolah,tadi tertunda karena pak tono tak hadir.tak papalah toh aku kan bisa kerja nanti.
Nina tak menjawabku dirinya menangis sambil menatapku,"kakak, kenapa kakak membantuku",jawabnya menangis
"jika masih bisa kubantu kenapa tidak sayang",kini kupeluk dia dan kuelus rambutnya yang sangat kusak sekarang padahal jika dilihat rambutnya itu rambut jatuh.wajah nina sangatlah cantik dengan gigi gingsul seperti yang kupunya.
"jangan takut sama kakak ya"?
"nama kakak siapa",jawabnya,sambil melepas pelukannya .
"nama kakak panjang banget,jadi panggil saja retha",kusenyumi dia lalu kusuapi dengan nasi goreng yang kubeli tadi.kini hanya ada keheningan sambil menikmati nasi goreng pak hajat yang sangat enak.kini diriku berniat untuk mengajak nina tinggal dipanti asuhan bu hana,dan mengangkatnya sebagai adikku.tak kusadari ternyata sedari tadi Renaldi mengikutiku dan menguping seluruh pembicaraanku dengan nina,kuajak nina untuk ikut denganku lalu meninggalkan taman itu,kulihat renaldi didekat tiang lampu taman dengan ditutupinya sedikit semak,hanya kulalui tanpa mengatakan apapun.
*sampai dipanti asuhan kuberanikan diri untuk berbicara dengan bu hana bahwa aku mengajak nina untuk tinggal bersama anak anak lainnya
"bu,retha ingin bicara", ucapku pelan dan sopan kepadanya.
"ngomong ,ngomong aja,ga usah sok pakai nada polos segala", jawabnya dengan amarah. Padahal sedari tadi aku tak melakukan apa apa
"bu,pulang sekolah tadi retha lihat anak kecil dipinggir jalan mencari makan,retha tanya dia tak punya tempat tinggal,jadi retha berniat mengajaknya kesini,namanya nina dia ada didepan bu",kuceritakan dengan keberanian yang penuh toh konsekuensinya belakangan saja.
"kamu bilang apa, makan saja kita susah kamu malah mau nambah beban ibu,memang kamu anak tak punya harga diri, sok mau nolong segala, ehk ingat ta kau ini kerja hari hari, untuk diri sendiri saja susah sekarang malah mau ngambil anak, bentar lagi kamu kuliah,mau kasih makan apa nina itu haa!memalukan sekali kamu anak kurang etika tak berpendidikan pantas saja orangtua kamu membuang kamu disini, sungguh sangat menyedihkan kamu ini,jika tak mau diatur keluar saja kamu dari panti ini sekarang juga",jawaban bu hana yang membentakku,diikuti cacian dan makian bu hana.
Kini tak bisa kutahan air mataku kutinggalkan bu hana lalu kukemasi barang barangku kuambil celenganku kubawa pergi,kuberitahu nina kalau kita akan cari rumah baru buat nina,dengan menghapus air mataku
"nina,kamu mau gak jadi adik kakak retha",kuberitahu nina dipinggir jalan sambil kusenyumi dengan air mata masih menetes dipipiku yang sudah tidak terlalu memerah walau masih perih
"nina mau kak",ucapnya sangat senang lalu menghapus air mataku.
Kuberjalan meninggalkan desaku menuju kota dimalang lalu mencari kontrakan murah,dipinggir taman kota malang kudapatkan kontrakan dengan memecahkan celenganku selama ini dan kubayar menggunakan uang itu untungnya masih tersisa lumayan banyak,sekarang diriku meninggalkan pekerjaanku sekarang disini aku dan nina akan menempuh lembaran baru.kuambil kunci di ibu wanda(ibu kontrakan)lalu kumasuki kontrakan ku yang tidak terlalu besar tapi lumayan bagus dan rapi didalamnya kubereskan pakaianku dilemari lalu kutidurkan nina dikasur kamar,kini nina tertidur lelap karena terlalu capek berjalan setengah perjalanan sebelum naik angkot tadi.lumayan sekolahku tak jauh dari kontrakan kebetulan desa dan kota tidak terlalu jauh.setelah selesai beres beres kusegarkan diriku dengan mandi selepas itu kumemakai baju biasa dengan baju kaos sesiku, berwarna hitam bersablonkan tulisan shut up, dipunggungku,kupakai celana jeans sebetis.dengan rambut kuikat rambutku lumayan panjang dibawah leher,setelah itu kutinggalkan nina dikontrakan bergegas ketaman kota samping kontrakanku,kududuk sambil mengingat perkataan bu hana tadi, memikirkan pekerjaan apa lagi yang harus kukerjakan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Picture Of My Life
Teen FictionRubik itu adalah teka teki untuk memecahkan suatu masalah menjadi masalah dan berujung kesalahan.Terkadang aku merasa hidupku seperti rubik,disetiap perjalanan yang kujalani semuanya terkait masalah itulah kehidupan, sungguh tiada yang bisa menebakn...