Happy reading!
--------------------------***
Present
Pagi ini Arqan dan Vania sudah berada di sekolah. Mereka berdua sedang berjalan di koridor menuju kelas. Seperti biasa, mereka selalu menjadi pusat perhatian murid-murid disekolah ini ada yang menatap iri , karena mereka berfikir betapa beruntungnya Vania bisa mendapatkan ARQAN DEVARY ANGKASA yang terkenal dengan sifatnya yang cool
Jika murid di SMA BINA BANGSA JAKARTA berfikir bahwa Vania yang sangat beruntung mendapatkan Arqan, semua itu salah!, menurut Arqan justru Arqan lah yang sangat beruntung mendapatkan gadis cantik dan pintar seperti Vania juga terkenal dengan keramahannya, tidak heran jika banyak sekali yang menyukai dengan gadis ini. Dan Arqan adalah lelaki yang sangat beruntung mendapatkan seorang Vania Xavella Aurely Alister.
"Hari ini kamu ada ulangan Matematika kan?" tanya Vania
Arqan dan Vania beda kelas, beda angkatan pula!, seperti di awal Arqan adalah kakak kelas Vania
"Loh kok kamu tau?" Arqan berbalik bertanya dengan heran.
"Apa sih yang aku gak tau." goda Vania.
"iya deh iya."
"Kamu udah belajarkan sayang?"
"Eh jangan sayang sayangan disekolah." canda Arqan. Arqan lanjut bicara. "Belum, aku males belajar!" ucap Arqan enteng.
Vania membulatkan matanya mendengar jawaban Arqan yang terdengar begitu santai, Arqan yang melihat perubahan di wajah Vania langsung terkekeh seraya menunjukan cengiran di wajahnya.
"Biasa aja dong matanya" ledek Arqan dengan tampang tengil nya.
Vania berdecak sebal saat Arqan meledeknya. "Ck, tau deh. Sana ke kelas. aku bisa jalan sendiri!"
Vania langsung berjalan meninggalkan Arqan yang masih nyengir meledeknya.
Melihat Vania yang berjalan meninggalkan begitu saja. Arqan langsung menyusul dan berusaha mensejejerkan jalannya dengan Vania.
"Loh kok aku di tinggalin sih" ucap Arqan tanpa dosa,Vania hanya diam saat Arqan sudah berjalan disamping nya lagi.
"lagian ya, Aku ga belajar juga pasti udah bisa kok, Vania " ucap Arqan menyombongkan diri.
Vania menghentikan langkahnya.
"Oke, kalo begitu, nilai kamu harus bagus!"
"Oke," jawab Arqan dengan gaya tengilnya.
"Kalo nilai kamu merah, sebagai hukumannya, aku gamau ngomong sama kamu sampe nilai kamu bagus lagi."
"Loh kok hukumannya gitu banget?"-Ucap Arqan tak terima.
"Katanya udah belajar!"
"Ya tapi jangan gitu dong hukumannya, kamu kan tau aku paling gabisa di diemin kamu" ucap Arqan dramatis.
Sepertinya Arqan sedang memadang wajah melasnya di hadapan Vania tetapi itu semua tidak mempan bagi Vania.
"Aku ga nerima penolakan Arqan, udah deh ya aku ke kelas dulu, kamu juga ke kelas, siapin buat ulangannya.dadahh." ucap Vania ia langsung berjalan sambil tersenyum puas melihat ekspresi Arqan dengan ancamannya. kejam!.
Sebenarnya ia hanya berniat mengerjai Arqan agar Arqan mau belajar jika sampai kelas nanti sebelum ulangannya di mulai.
Arqan yang melihat gadisnya sudah berjalan menuju kelas langsung mendesah panjang sambil mengacak ngacak rambutnya dengan sangat prustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Started From Hate
RandomTidak semua rasa benci kepada seseorang akan selamanya menjadi rasa benci yang permanen, semua itu bisa di musnahkan apabila rasa cinta datang dengan sendirinya. Sama hal sepertinya dengan Vania dan Vanno. Mau tau cerita selanjutnya? Yuk, kepoin! ©M...