Happy reading guys!!
💫💫💫-jangan lupa Votenya...
Hyunjin masih terjaga padahal jam sudah menunjukkan pukul 1.45, hampir pagi. Tapi kedua netranya masih saja tidak Mau tertutup, pikirannya pun kemana-mana.
Apakah benar itu dia?
Lagi-lagi pertanyaan itu yang terngiang di kepalan nya, sudah hampir 6 tahun ia mencoba melupakan. Tapi tiba-tiba objek itu kembali, syukurnya Hyunjin tidak seperti Min Hee.
Pingsan, sungguh itu menggelikan.
Ngomong-ngomong tentang Min Hee, lelaki itu sudah pulang diantar oleh anak buah Hyunjin. Entah sudah siuman atau belum, itu bukan urusan Hyunjin.
Tak!
Terdengar suara dari arah jendela kamar Hyunjin.
Hyunjin hanya berpikir mungkin saja itu burung atau serangga yang tidak sengaja menabrak jendela kamar.
Tak!Tak!
Suara itu lagi, terdengar semakin keras. Hyunjin bangkit dari tempat tidurnya, berjalan mendekati jendela. Hanya sekedar memastikan, di sibaknya gorden dan terlihat seperti surat?
Sebuah surat yang di tempelnya di kaca jendela, siapa yang mengirim surat melalui jendela?. Hyunjin tak ambil pusing, ia membuka jendela lalu mengambil surat itu. Saat di buka, angin malam menerpa wajah mulus Hyunjin. Angin ini, dingin dan menenangkan, dan mengingatkannya pada orang itu.
Astaga, Hyunjin sadar lalu mengetuk pelan kepalanya.
Kenapa aku memikirkannya?
Hyunjin mengusap pelan wajahnya frustasi, lalu menutup jendela kamarnya.
Sialan!
Batin Hyunjin mengumpat, kesal dengan apa yang ada di pikiran dan hatinya. Sudah 6 tahun, tapi ini masih tetap sama.
Sama-sama membuat hatinya bergejolak nyaman.
***
Suzy masih menunggu kedatangan Hyunjin, entahlah apa yang membuatnya menunggu. Dari tadi siang sampai tengah malam menjelang pagi, ia masih menunggu. Seakan ada yang mengganjal di hatinya, jika tidak melihat keadaan Hyunjin langsung. Padahal, tadi Hyunjin sudah menelponnya bahwa ia tidak bisa menjenguk Suzy. Karena ada operasi dadakan.
Suzy tidak sendiri, ada Wonwoo yang menemaninya. Wonwoo duduk di sofa, seberang tempat tidur. Suzy sudah menyuruh Wonwoo untuk tidur saja, tidak perlu menemaninya. Tetapi Wonwoo bersikeras untuk tetap menemani Suzy. Ya sudahlah, itu pilihannya.
Jika kalian berpikir jika hubungan Suzy dan Wonwoo hanya sebatas Nyonya dan asisten pribadi, kalian salah. Suzy dan Wonwoo sudah bersahabat sejak kecil, pekerjaan sebagai asisten pribadi saja Wonwoo yang memintanya. Di saat posisi CEO di depan mata, ia lebih memilih menjadi asisten pribadi Suzy.
Alasannya karena ingin selalu bersama Suzy, dan bisa melindunginya. Ya... Sedikit kekanakkan tapi memang benar itu alasannya. Untungnya keluarga Wonwoo menerima-menerima saja, jika tidak entahlah apa yang akan terjadi.
"Nyony-" Wonwoo memanggil Suzy, tetapi terpotong oleh ucapan Suzy.
"Panggil aku Zyzy, jika kita hanya berdua Wowon" ucap Suzy cepat.
Wonwoo mengangguk paham, Ah... Panggilan itu, panggilan mereka saat kecil. Dalam hati Wonwoo senang, karena Suzy tidak melupakan nama panggilan kecil mereka.
"Eum... Okey Zyzy, apa alasanmu tidak tidur sekarang?" Tanya Wonwoo, memang benar dari tadi ia belum mengetahui apa yang menjadi alasan sahabatnya ini belum tidur.
Sedari tadi ia hanya diam memperhatikan Suzy, yang menatap cemas layar Handphonenya. Wonwoo tidak berani bertanya, karena ia tau bahwa jika Suzy sedang cemas, emosi Suzy akan naik turun. Lebih baik diam, dan menunggu raut wajah cemasnya berkurang.
Suzy menatap Wonwoo yang masih menunggu jawabannya, ia menghela napas pelan.
"Aku memikir Jinie, apa ia sudah tidur sekarang?" Ucap Suzy sambil meremas bed cover yang menutupi bagian kakinya. Ia khawatir? Tentu saja, entah kenapa ia begitu khawatir dengan keadaan sepupu psikopatnya itu.
Wonwoo yang mendengar jawaban Suzy, mengangguk paham. Ia tahu perasaan Suzy, khawatir.
Wonwoo bangkit dari duduknya, berjalan ke arah kasur dimana Suzy berada. Ia duduk di tepi kasur, tepat di sebelah kanan Suzy.
Ia mengambil tangan kanannya Suzy, yang berimpus. Lalu mengelusnya pelan,"Kau lihat tanganmu, Zyzy. Kau masih sakit, jangan cemaskan Hyunjin, ia pasti baik-baik saja. Ini sudah hampir pagi, lebih baik kau istira-"
"Aku tidak mau, won."
Wonwoo menghela napas pelan,
"Kau sakit, sudah berbaik hati aku membiarkanmu hingga selarut ini. Sekarang tidur, aku memaksa Zyzy"Suzy menatap Wonwoo memohon, Wonwoo dengan tegas menggelengkan kepalanya.
Suzy menundukkan kepalanya,
"Baiklah, tapi...""Tapi apa Zyzy?" Ucap Wonwoo seraya mengelus pelan bagian belakng kepala Suzy.
"Kau yakin Jinie baik-baik saja?"
Wonwoo menganggukkan kepala sebagai jawaban. Suzy yang melihat jawaban dari Wonwoo itu hanya terdiam, menikmati elusan di kepalanya. Dan tak lama, dunia mimpi menyambutnya.
***
Hay kawan-kawan!!
Lama kali aku tak update, sebenernya kemaren" udah selesai ngetiknya. Tapi gtw kenapa, sebagain hasil ketikan hilang.
Hiks... Sakit hati sih pasti, tapi mau gimana lagi? Udh terlanjur. Mau gak mau aku nulis ulang.
Jangan lupa pencet bintang yaaa!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency-HHJ-
Teen FictionHyunjin, seorang dokter sekaligus pemilik rumah sakit. Semua sisi darinya terlihat sempurna, bahkan memasak sekalipun. Hingga, kejadian 6 tahun yang lalu terungkit. Semua orang yang terlibat, tiba-tiba saja menampakkan diri. Termasuk... Gadis itu. ...