Bagian Tujuh🍁

72 38 11
                                    

Biarkan Takdir Yang Mengambil Alih Jalan Cerita Kita:')

Tujuan Radhit adalah klinik terdekat yang ada di kampusnya, Radhit dan Nesya sama sama diam dan sibuk dengan fikiran mereka masing masing.

Kalau Radhit sibuk dengan stir bulat di hadapannya, lain hal nya dengan Nesya yang sibuk membentuk lengkungan manis di bibir mungilnya.

Nesya dan Radhit diam dalam keadaan Canggung. Nesya yang merasa bosan dengan situasi awakward itupun berinisiatif untuk menghidupkan musik yang ada di mobil Radhit.

"🎶Lama sudah ku menanti.."
"🎶banyak cinta datang dan pergi.."
"🎶tapi tak pernah aku senyaman ini.."
"🎶mungkin dirimulah cinta sejatii.."

Nesya bersenandung mengikuti lirik lagu yang terputar dalam mobil Radhit. Lagi dan lagi senyuman tercetak jelas pada wajah gadis itu. Mengingat sepenggal kisah pada lagu yang sedang terputar itu. Lagu itu merupakan lagu favorit Nesya dan Radhit pada saat mereka masih duduk di bangku SMA dulu.

"🎶Tak akan ku ragu lagi..."
"🎶ku jaga sampai ke ujung nadi..."
"🎶Takkan ku sia siakan lagi..."
"🎶buat hidupmu lebih berarti..."

Radhit melanjutkan lirik lagu tersebut yang selalu menjadi bagian favoritnya di lagu itu.

Perasaan Nesya menghangat, Gadis itu merasa bahwa pria yang ada di sebelahnya masih mengingat kisah SMA mereka dulu ingin rasanya gadis itu mencairkan suasana yang mencekam ini, namun apa daya? Nesya terlalu gengsi. Bukan! bukan gengsi untuk memulai tapi gadis itu tau kalau nanti gk akan ada balasan apapun dari lawan bicaranya. Nesya memilih diam dan terus mendengarkan musik.

Sekitar 45 menit, akhirnya mereka sampai di klinik terdekat. Jarak yang hanya bisa di tempuh sekitar 25 menit-an harus menjadi 45 menit. Karna macetnya kota jakarta.

Radhit berniat untuk membukakan pintu untuk gadis yang bersamanya itu.

"Gimana? Masih bisa jalan gak?," Radhit mengulurkan tangannya, berniat membopoh gadis itu.

Senyum Nesya merekah lebar mendengar penuturan pria itu. Walaupun tanpa ekspresi, tapi nada bicara pria itu terdapat perhatian yang membuat perasaan Nesya menghangat. "Emhh bisa kok."

Radhit mengangguk dan pergi mendahului Nesya. Sedangkan Nesya? Gadis itu mematung sambil terus tersenyum, membuat beberapa orang yang belalu lalang melihat kearahnya dengan tatapan aneh.

"Ca.. Lo mau di katain orang gilak bengong disitu?, ayoo." Radhit sedikit berteriak membuat lamunan Nesya buyar. "Iyaa bentar." gadis itu sedikit berlari menuju Radhit berdiri. Benar benar melupakan rasa sakitnya.

"Dhit ngapaian sih kesini? Gue udah baikkan jugaa, kita balik yuk." Entahlah gadis itu sedikit merasa parno dengan bau obat obatan.

Pria itu tak mengubris perkataan Nesya. Tetap melanjutkan langkahnya menuju klinik tersebut.

••••

Usai beberapa menit, akhirnya mereka keluar dari klinik dengan Nesya yang membawa sekresek putih di tangannya.

Sampai di dalam mobil, Radhit melirik ke arah gadis itu. "Lo mau makan apa pulang?."

Penyesalan🍁[Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang