Setumpuk Linglung

521 16 3
                                    

Saliva itu masih menyisakan rasa kopi-membuatku semakin haus akan kehidupan yang jernih.

Di depan layar yang membuat mataku semakin kabur, aku terus mengetik. Bermain-main dengan kata hingga tiap kata mempermainkan-ku.

Keringat di pelipisku tak juga muncul. Katanya, ini tak melelahkan. Lain halnya dengan perasaan.

Kadar lelah jiwa dan raga itu berbeda, sa.

Iya, kau benar. Dan jarang salah.

Biar aku melanjutkan permainan kata ini hingga ujung halaman menyapa dengan hangat.

Hangat karena akhir yang bahagia?

Tidak.

Tidak harus bahagia. Tidak juga sedih. Yang penting bermakna.

Masih bermain dengan kata, sa?

Masih dan selalu.

Kenapa? Kau ingin hadir juga?

Tunggu, aku masih belum mengenalmu. Biar aku rampungkan hari lalu dengan ala kadarnya yang dibumbui keindahan.

Karena kisah pilu pun butuh aksara manis, kan?

Jangan dipaksakan, sa.

Sudah khawatir ya? Apa aku bisa mengelak? Rasanya hari lalu masih terus mengetuk pikiranku tanpa aba-aba.

Sa?

Ya, aku rehat. Diksi yang berat terasa jahat. Aku tak bisa memahat larik klasik diatas surat yang rapuh.

Aku butuh kayu yang kekar meski sukar-

-kamu.

[11:42] 24-06-2020

Kata Hati, Hari Ini.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang