Walaupun jam sudah menunjuk pukul 10 malam, masih banyak orang yang berlalu lalang di pusat jajanan kota.
Malam minggu memang hari yang menyenangkan bagi mereka yang sedang bersenang-senang.
Hari dimana banyak orang yang pergi bersama keluarga, menghabiskan malam tanpa merasakan dinginnya yang menusuk tulang."Heyy!"
Nata mendengar suara yang sehari ini telah mengganggu telinganya, ia pun mencari arah suara itu dan yah memang benar dia Nando."lo manggil gue?" tanya Nata malas
"Gue manggil tayo." jawab Nando santai
"Oh oke, gue pergi dulu."
"Eh bentar dongg." cegah Nando sembari menarik lengan Nata.
"Ihh siapa suruh lo nyentuh gue?" Nata menarik paksa lengannya kembali.
"Siapa yang suruh lo pergi?" tanya balik Nando.
"Terserah gue lah."
"Yaudah terserah gue juga dong."
"Ya nggak gitu dong, tadi katanya lo manggil tayo. Gue 'kan bu.."
Tangan Nando membungkam mulut Nata dengan cepat."Temenin gue makan dong!" ajak Nando dan kemudian melepaskan bungkaman tangannya.
"Tangan lo bau banget bego!"
"Salahin hidung lo. kenapa juga cium-cium tangan gue haha.."
"Lah." Nata melirik Nando dengan malas
"Iya-iya maaf, gue barusan isi bensin motor jadi bau deh." jelas Nando
"Bodo amat."
"Gemesin banget sih kalo lagi jutek." batin Nando sembari menatap Nata lekat-lekat .
"Temenin gue makan yuk, gue traktir deh."
"Gue udah capek banget Nan, pengen cepet-cepet pulang aja." jawab Nata dengan lesu.
Rasanya Nata sudah sangat rindu dengan kasur empuknya, setelah sehari ini beraktivitas penuh.
"Eits bentar deh." Nando memandang Nata dari atas hingga bawah, ia baru sadar kalau gadis yang ada di depannya ini masih mengenakan seragam sekolah lengkap.
"habis maraton keliling kota sejak pulang sekolah ya neng?" tanya Nando heran.
"Dasar setan, lo kira gue nggak ada kerjaan lain apa?"
Nando hanya diam dan menatap Nata penuh tanya.
Nata yang menyadari itu memberi tahunya jika sepulang sekolah dia harus bekerja karena sekarang dia harus menghidupi dirinya sendiri."Orang tua lo di desa?"
Nata hanya tersenyum ketika Nando menanyakan hal itu. Suatu hal yang membuat dia bingung harus menjawab apa."Eh, maaf kalo gue mengusik privasi lo."
Suasana hening sejenak.
"Gue juga nggak tau mereka kemana Nan." jelas Nata dengan senyum yang dipaksakan mencoba untuk menerima keadaan dirinya yang sangat sulit.
Lagi-lagi Nando dibuat bingung oleh cewek di depannya ini. Dan sekarang Nando melihat mata Nata yang mulai berkaca-kaca, Seperti akan menangis tetapi tak setetes pun lolos jatuh.
Nando dapat melihat itu, senyum yang teramat dipaksakan.Nando pun menarik kedua lengan Nata agar menghadap kepadanya dan berkata, "Oke Nat, jangan paksakan diri lo untuk cerita. Sekarang gue antar lo pulang aja ya?"
"Gue nggak mau buat lo repot, kos an gue juga deket kok."
"Lo pengen dikarungin om-om terus dibuang ke ciliwung?"
"Ihh."
"Udah hayuk gue antar aja." Nando menarik lengan Nata menuju ke motornya yang terparkir di seberang jalan.
Mereka pulang bersama menyusuri jalanan yang sedikit basah sisa hujan tadi sore.
Sesampai di kamar kos Nata langsung membersihkan diri dan belajar.
Nata tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya, selama 1 jam belajar tak ada satu pun yang dapat ia pahami karena otaknya terus terfokus padanya."Ya ampun, ada apa dengan otak gue. Rasanya kayak udah mati fungsi deh." keluh Nata
Lalu Nata pun menutup bukunya dan mengingat percakapan singkat nya saat di atas montor bersama Nando tadi.
"Nat mulai besok lo harus hati-hati kalo lewat daerah sini sendirian."
"Kenapa emang?"
"Banyak om-om menjijikkan yang suka nyamar jadi sopir taksi gitu."
"Jangan bilang lo termasuk kaum mereka."
"Wahh jelasss."
Nata memukul punggung Nando dengan kencang.
"Turunin gue sekarang Nando!"
"Eh nggak-nggak gue bercanda kali. Mana bisa gue nyamar gitu, Gue cuma punya motor butut gini. Nggak termasuk persyaratan sopir taksi yang baik dan benar 'kan?."
"Haah iya motor butut jelek gini kayak yang punya, udah sebelas dua belas." Nata pun tertawa.
Padahal jelas-jelas bisa dilihat sama mata orang rabun sekalipun kalau motor Nando itu keren banget.
Nando pun tak ingin melewatkan momen saat Nata tertawa, ia melirik Nata dari kaca spion motornya. Dan ya Nata memang sangat manis, hingga dia pun ikut tersenyum melihatnya.
Nata pun mematikan lampu belajarnya dan berbaring ke kasur.
"Gue nggak nyangka masih bisa ketawa lepas kayak tadi. Itu tandanya berarti gue masih normal haha.." gumam Nata.
Nata meraih guling yang ada di sebelahnya dan memeluknya erat.
"Nando..." ia pun terlelap dalam tidurnya.Nando yang masih dalam perjalanan pulang juga merasa hal yang aneh pada dirinya.
Setelah sekian lama menutup hati, tiba-tiba hatinya kembali luluh, bahkan kepada cewek yang baru dikenal tadi pagi."Dunia memang aneh, dan mungkin cuma orang aneh yang bisa merasakan keanehan tersebut. Apasih aneh deh gue."
Nando tertawa karena tidak paham pasti apa yang baru saja dia ucapkan, dia hanya nyeletuk sesuai batinnya membawa."Gue nggak akan membiarkan Nata nangis selama gue ada disampingnya." batin Nando dengan perasaan masih bertanya-tanya apa yang terjadi pada gadis manis itu.
————*————
Jangan lupa vote dan comentnya!Tunggu cerita berikutnyaaa okkay?
Mohon diingatkan jika ada salah kata.🙏
Bantu beri kritik dan saran untuk dirikuu ya Sobatt!
Gomawoo:*
KAMU SEDANG MEMBACA
About Dreams and Him
Teen FictionSemua benar-benar hilang ketika aku hanya diam menatap punggung tegapnya semakin lama menghilang dari pandangan. Ingin rasanya menariknya kembali agar aku bisa berlabuh di pelukan hangatnya. Tetapi, langkah kaki yang semakin menjauh memberi ku isya...