Jika lu menemukan teman baik, maka urusan berantem, berdebat, atau selisih akan langsung selesai tanpa lu sadari. Apalagi kalau dengan teman yang nggak tegaan, kayak Joy misalnya.
Tiga hari lalu, gue ditampar dan langsung diusir dari apartemennya. Cuma gara-gara gue cium bibirnya dan dia marah. Meski sebenarnya, dia marah bukan karena itu, tapi kesel gue usik saat dia lagi asik baca buku.
Joy marah, hidup lu kelar. Lu akan dianggap sampah masyarakat yang nggak pantes direkonsiliasi. Nomor gue di-blocked, dan gua nggak bisa hubungi dia selama tiga hari. Itu udah biasa.
Mungkin aja dia masih kesel dan nggak kepengen diganggu. Adatnya emang jelek kalau lagi nyebelin, tapi nggak bisa gue pungkiri kalau dia juga punya hati yang baik.
Tiga hari nggak bisa hubungi, gue coba iseng kirim email dan kasih tahu kalau gue lagi sakit. Iya, gue memang sakit dan bukan lagi modus. Gara-gara urusin satu mobil temen yang butuh urgent karena mau dipake buat masuk ke majalah otomotif, gue begadang dan nggak makan teratur selama dua hari.
Siang ini, badan gue tiba-tiba demam. Gue yang masih selonjoran di kasur sambil main hape, pintu kamar gue tiba-tiba dibuka tanpa permisi. Siapa lagi kalau bukan nyonya rumah rese yang berani seenaknya? Nyokap gue.
"Mi, nggak bisa ketuk pintu dulu, yah? Kalo aku lagi telanjang bulet gimana?" Keluh gue untuk kesekian kalinya.
Mami masuk ke kamar sambil bertolak pinggang. "Kenapa? Kamu lagi nonton bokep?"
"Astaga, Mami. Please, deh. Nggak usah bikin keki karena aku lagi nggak enak badan," sewot gue kesal.
Mata Mami menyipit tajam dan membungkuk perlahan ke arah gue. "Kamu ngapain anak orang?"
"Hah?"
"Ada ABG di bawah. Kayak masih SMP menuju SMA. Orangnya kecil, imut, dan kayaknya masih polos banget. Dia datang ke sini cariin kamu. Itu kenapa? Dia nggak hamil, kan?"
Punya nyokap yang kepo bin rese kayak Mami, rasanya kayak nano-nano. Antara pengen gue jitak tapi sayang, mau gue sahutin tapi takut durhaka.
"Dia temen Chandra, Mi," jawab gue sambil beranjak.
"Kenapa dia sampe datang segala? Katanya dia tinggal di Utara, ngapain samperin ke Selatan? Ujung ke ujung gitu? Lu kadalin apa ke dia sampe rela jalan jauh gitu?" hardik Mami dengan tatapan yang masih curiga.
"Eh tolong banget mulutnya dijaga, yah. Yang Mami tuduh itu anak sendiri," keluh gue dengan jengkel.
"Justru karena tahu anak Mami sendiri, makanya curiga adalah satu keharusan," tegas Mami.
"Aku nggak tahu dia kenapa ke sini, Mami. Cuma tadi aku ada kirim email kalau aku lagi sakit," balas gue.
"Hallah, alasan aja! Manja banget jadi cowok, sakit aja pake ngadu. Mami yang serumah sama kamu aja nggak tahu kalau kamu lagi sakit!" Elak Mami sambil memegang kening gue, lalu menggelepak kepala gue. Damn.
"Biarin manja, yang penting ada yang perhatian. Emangnya Mami? Suudzon mulu jadi orang tua," sahut gue sambil berjalan keluar dari kamar.
Dalam hati, ada rasa senang. Joy paling nggak tega kalau ada yang sakit atau tertimpa bencana. Dia pasti akan jadi orang pertama yang repot untuk kasih perhatian dan beli-beli makanan. Mumpung lagi lapar, gue penasaran apa yang dia bawa buat gue.
Saat gue turun, di situ gue melihat Joy sedang mengobrol dengan kakak perempuan gue, yang nggak kalah keponya dengan nyokap gue. Namanya Samantha, dipanggil Sasa, mirip merk MSG yang dijual di pasaran.
"Joy," panggil gue dan dia segera menoleh.
Meski ekspresinya masih dingin saat melihat gue, tapi sorot matanya terlihat kuatir. Pantas aja nyokap bilang dia kayak anak SMP, hari ini dia pake rok lipat selutut bermotif kotak-kotak berwarna merah dan atasan lucu berwarna putih. Rambutnya diikat satu, dengan poni yang berbaris rapi menutupi kening.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTATIONSHIP (FIN)
RomanceThe fiction to the fuckest story. The story of friend with more benefits. Called, FLIRTATIONSHIP. Not dating but hang out. Meet plans are usually last minute. Only exist when other need something. Everything is private, nothing is public. CONTENT...