"You got to be kidding me," ucap Joy dengan ekspresi nggak percaya, saat dirinya melihat gue sudah menunggu di pintu keberangkatan.
Gue hanya terkekeh, lalu sungkeman dulu sama Om dan Tante-nya yang mengantar Joy ke bandara. Cari muka.
"Janjian sama temen kok nggak bilang, Joy?" tanya si Om sambil membetulkan letak kacamatanya.
"Dadakan, Om. Kebetulan ada keluarga di sana, mau ikut lamaran," jawab gue sambil melirik Joy yang menatap gue dengan kening berkerut curiga.
"Kamu mau pergi lamaran? Pacar kamu ada di sana?" tanya si Tante, yang auto bikin gue merinding.
Joy tertawa pelan dan gue langsung menggelengkan kepala.
"Bukan gitu. Sodara, Tan. Nanti keluarga saya nyusul besok lusa," jawab gue buru-buru.
"Oh, oke deh. Bagus kalo gitu, jadi Joy punya temen. Safe flight yah buat kalian," balas Tante kalem.
Setelah berdadah ria dengan Om dan Tante, gue segera masuk bersama Joy untuk melakukan check in bagasi. Pastinya, si Joy nanya-nanya kayak polisi soal keberangkatan gue kali ini.
"Sepupu Mami punya anak mau lamaran, terus kita sekeluarga pikir sekalian liburan aja, gitu lho," jelas gue.
"Terus kenapa nggak bilang sama gue? Sok banget kasih kejutan! Lu nggak tahu apa gue udah stress. Tadinya, gue pikir penerbangan bakalan batal karena topan makin gede di sana," sewot Joy geram.
Meski Joy sewot, tapi dia sibuk mengetik di hape. Gue melirik ke arah hapenya, lalu mendengus pelan karena cewek itu lagi kasih kabar ke pacarnya.
"Mau ngapain kasih kabar, kalo dia aja nggak bisa nganterin lu ke bandara?" tanya gue keki.
Joy mengangkat wajahnya dan menatap gue heran. "Kita udah sepakat untuk nggak perlu kepo tentang urusan pribadi. Gue yang masih berusaha yakinin diri dan lu yang masih mencari. Gitu kan maunya?"
"Ya tapi nggak gitu juga, dong. Emang lu pikir, gue nggak tersinggung lu kayak gitu? Jalan sama gue, tapi ngabarin cowok lain," balas gue yang semakin keki.
Joy mengerjap bingung dan memasukkan hape ke dalam tas. Dia nggak ngomong apa-apa dan gue pun males buat ngebacot lagi.
Seharusnya, gue nggak perlu baper soal itu. Konsekuensinya udah jelas, gue yang nggak berani kasih kepastian dan ngegantungin anak orang, tapi malah ngarep lebih.
Joy pun memberi gue kesempatan untuk memutuskan, tapi nggak gue manfaatkan dengan baik, sehingga dia tetap menjalani hubungan dengan Sean.
Kami berdiri bersisian, mengantri untuk mendapat giliran. Nggak ada obrolan, selain menunggu dalam diam, dan memperhatikan sekeliling yang ramenya ngalahin Tanah Abang.
Tiba giliran kami, Joy meminta passport dan tiket gue, lalu menyerahkan langsung pada Mbak konter. Bagasi kelar, boarding pass udah dapet, tinggal antri imigrasi.
"Bulan madu ya, Kak?" tanya Mbak kepo yang lagi antri di barisan sebelah.
Joy dan gue sama-sama menoleh untuk menatapnya bingung.
"Tanyain saya?" tanya Joy sambil menunjuk dirinya sendiri.
Si Mbak kepo mengangguk, lalu melirik centil ke arah gue, dan gue langsung melengos.
"Nggak. Cuma mau liburan," jawab Joy singkat.
"Wah, asik yah liburan sama pacarnya," balas si Mbak.
Gue mendengus dan menarik Joy untuk pindah posisi. Paling nggak suka sama orang SKSD, yang tujuannya nggak bener dan udah pasti bikin keki.
Merasa gue nggak suka, si Mbak akhirnya kicep. Dia kembali mengantri dan mulai mengacuhkan kami.

KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTATIONSHIP (FIN)
RomanceThe fiction to the fuckest story. The story of friend with more benefits. Called, FLIRTATIONSHIP. Not dating but hang out. Meet plans are usually last minute. Only exist when other need something. Everything is private, nothing is public. CONTENT...