BAB 7

10 1 0
                                    

Senyummu semangatku

Ceriamu warnai hariku

********* Ryuji********

Asa yg teruntai
Bersama hadirmu
Bawa keindahan
Meski tak se indah fajar
Senyummu seindah matahari pagi

Ryuji

Sebait puisi tergores di buku perkenalan milik Fiana. Dan kesekian kalinya gadis itu membaca buku itu.

Buku kenangan saat MPKMB alias Ospek. Terisi coretan coretan data dari beberapa kakak tingkat merangkap panitia dan teman teman. Kesan dan pesan.. goresan tinta milik Ryuji lah yang menyita perhatiannya...

"Ini.. buat Lo" seorang gadis menyodorkan satu cup es coklat ke depan wajah Fiana dan duduk di samping Fiana sambil mengaduk aduk minumannya.

"Trims, Lil" ujar Fiana meraih cup dan menyeruputnya hingga tandas

"Haus, mbak..." Ledek Lila
Fiana memamerkan deretan giginya yang putih bersih.
"Haus pake banget. Hehehe"
"Iya lah pasti haus.. orang kok demen banget nongkrong di taman fakultas di atas jam 11." Sahut Desi mengambil posisi duduk sebelah Lila

"Nongkrong tuh di kantin.. atau duduk di kursi kooridor sambil lihat Cogan dan dosgan hilir mudik" Gerutu Lila  dan raut muka kesal

"Kata siapa gak bisa lihat cogan dosgan hilir mudik? itu lihat!!" Fiana menipiskan bibirnya, telunjuk manisnya mengarah sekelompok kating (kakak tingkat)  yang  terdiri tiga pemuda dan dua pemudi sedang melangkahkan kakinya menuju kantin. Entah apa yang mereka diskusikan. Mungkin sebuah obrolan ringan jika tergambar senyum ceria di wajah mereka berlima.

"Hmmmm.... itu mah cogan versi dikau..." Dessi dan Lila bersamaan dan menghela nafas malas saat mengetahui kating yang di maksud. Ya tiga pemuda itu baru saja melepas status panitia MPKMB yakni Ryuji, Nanda dan Dito.

"Kalo suka di samperin.. jangan cuma di lihat doang" teriak Lyia yang langsung di hadiahi pelototan Fiana. Betapa tidak, suara nyaring Lila sempat menghentikan langkah kaki kelima kating itu. Salah satu di antaranya sempat menarik simpul senyumnya kala mendengar suara nyaring milik Lila.

Fiana panggil Ryuji dalam hati ketika mata sipitnya menangkap sosok gadis bersurai ikal sebahu memakai kemeja dusty pink dan rok hitam tengah berusaha menutup mulut temannya. Hasilnya Lila lari menghindari Fiana. Semua adegan itu terlihat jelas dan membuat Ryuji tersenyum simpul memperhatikan adegan mirip film kartun kucing dan tikus.

"Macam anak kecil aja" celetuk Nanda berlalu ke kantin yang sudah jadi tujuan mereka

"Memang... kan mereka baru aja lepas seragam putih abunya" Dito tak kalah sinis meski dalam hatinya ingin tertawa melihat tingkah dua gadis  di taman itu

Ryuji hanya terkekeh mendengar ocehan kedua sahabatnya

"Ayo.. nanti keburu adzan dzuhur lhooo" di sela kekehannya melirik jam tangannya.

************************************

"Sejuknyaaa.." Gumam Fiana usai mengambil air wudhu.

Usai mendengar adzan dzuhur berkumandang, Fiana dan kawan kawan menuju mesjid kampus.

Sambil bergumam pelan Fiana merapikan rambut gelombangnya yg sedikit berantakan dan basah karena air.

Tak jauh dari tempatnya merapikan rambut. Seorang pemuda yang akan memasuki tempat wudhu pria menghentikan langkahnya sejenak dan manik mata teduhnya menatap ke arah gadis itu. Irama detak jantungnya lebih kencang dari biasanya.
Gimana rasanya ya.. menyentuh surai hitamnya? Gumam Ryuji lirih. Sesaat kemudian dia sadar akan tujuannya.   Dan dia pun segera menghilang ke dalam tembok setelah mendengar suara sekelompok anak gadis berlalu dari tempat wudhu.

"Lil... kamu tuh ya...  sumpah deh... tadi malu banget sama rombongan kating" protes Fiana mensejajarkan langkah kakinya dengan kaki jenjang milik Lila dan Desi. Lila yang mendengar itu hanya nyengir manis.
"Duuuuh... ulu.. ulu... yang malu... maaf ya, Fian cayang"
"Makanya jangan di ulangi lagi yaa.." sahut Desi
Keduanya mengangguk.

Flasback On

"Dek... bisa bicara sebentar?" Gadis berpashmina hitam dan tubuhnya berbalut tunik coklat susu menghampiri Fiana dan Lila yang asyik berkejaran di taman fakultas.
Baik Fiana dan Lila menghentikan aksi itu
"Kak Niesya " Fiana dan Lila serempak

"Maaf ya, adik adik tingkatku yang unyuu.." Alniesya membuka pembicaraan dan memilih duduk di samping Desi. Lila yang mendengar kata unyu hanya menatap jengah.  Unyu dari ujung monas, dah gitu lihatnya pake sedotan. Omel Lila dalam hati.

"Main kejar kejarannya di lapangan aja ya... "  Ucap Alniesya dan berlalu menuju kantin yang memang tujuannya ke situ.
Fiana menundukan wajahnya yang merah padam karena teguran Alniesya kakak tingkatnya.


Flasback off

Manik mata coklat milik Fiana menangkap satu sosok yang mengusik hatinya, yang membuat dia terbayang akan senyum manis nan lembutnya. Sedang memandang ke arahnya.
Oh, No... Aku gak boleh Ge eR. Bisa jadi dia lihat ke arah lain. Batin Fiana. Dapat dia rasakan debaran jantungnya yang berlomba kecepatan dengan langkah kakinya.
Bisa jadi bukan kakak itu dan aku salah lihat. Hibur Fiana dalam hati.

"Fia, bukannya yang barusan berhenti di tempat wudhu pria itu tadi kak Ryu ya?" Bisik Desi
Dahi Fiana mengerut. Berarti aku gak salah lihat doong. Seru hati Fiana

"Mungkin mirip kali " bukan Fiana yang menjawab tapi Lila.
"Kamu denger ya kata kataku tadi, heh?" Gusar Desi gemas.
Lila hanya tertawa kecil. Gimana gak denger... bicara pelan di area wudhu pasti terdengar karena suara sepelan apa pun akan menggema.

Usai menunaikan sholat dzuhur Fiana beranjak menuju teras dan duduk mengenakan flat shoesnya yang berwarna hitam, warna kesukaannya.

Selagi menunggu kedua temannya selesai bebenah. 

Fiana membuka akun sosial medianya dan menscroll akun market placenya. Bukan untuk chekout dari trolly melainkan mencari buku pola rajut yang dia inginkan

Fyi... buku pola impornya mahal banget. Gak terjangkau di kantong dong. Hiks... Fiana menghela napas pelan saat melihat banderol harga. 

"Itu buku yang ori kan?" Suara lembut menyapa

Fiana menoleh dan mengerutkan dahinya. Debar jantungnya berlomba dengan detik jam.

Sejak kapan si kakak di sini?

"Gak usah pasang muka terkejut gitu."Kekeh Ryuji seakan paham dengan apa yang di benak Fiana.

"Aku udah di sini dari kamu keluarin hp mu."

Fiana menautkan kedua alisnya dan mendongakan kepalanya guna melihat siapa pelakunya yang  mengusik fokusnya membaca. Yang tadinya akan marah begitu melihat senyum manis yang selalu melintas dalam benaknya. Terbitlah senyum manis milik Fiana.

"Oooh!" Gumam Fiana sembari membuang muka untuk sembunyikan rona pink pipinya. Lebih tepatnya mencoba redam detak jantung yang tiba tiba lebih kencang dari biasanya.

Sehat... sehat... sehat jantungku

Cinta Sebiru LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang