Sebuah Rasa

25 4 0
                                    

     Cahaya matahari mengusik seseorang gadis cantik yang sedang tertidur pulas di ranjangnya.Gadis itu menutup kepalanya dengan selimut karena terganggu oleh cahaya matahari.

     Gadis itu masih enggan untuk bangun dari ranjangnya.Dia masih tertidur pulas dengan seluruh tubuh yang tertutup oleh selimut warna biru.

      "Tok...tok.."

     Suara ketukan pintu yang sangat keras membuat gadis itu kesal.Sedang enak tidur malah ada yang mengganggunya.

      "Bulan!!!" Teriak seseorang itu.Bulan membuka matanya sepenuhnya.

     "Eh bang Raka!"cengir Bulan.

    "Anak gadis tidurnya kayak kebo,cepat mandi,siap itu turun kebawah sarapan"ucap Raka.

     "Hehehe,iyaa bang."

     Bulan turun kebawah dengan sarangan yang telah rapi,dan senyum nya tidak pernah pudar.

     "Pagi!!" Ucap Bulan sembari duduk disamping Sean.

    "Pagi juga" ucap mereka kompak.

   "Eh ayah tumben belum berangkat,biasanya udah berangkat pagi sekali"ucap Bulan.

    "Ayah ingin mengantarkan putri kecil ayah ke sekolah"senyum Bratama.

    "Benarkah? Wahh Bulan sangat senang"ucap Bulan berseri seri.

    "Sudah sudah,sarapan dulu"ucap Sarah menengahi.

     Semuanya sarapan dengan tenang.Tidak ada yang membuka suara.Hanya ada suara sendok yang memenuhi ruangan itu.Dan itu sudah menjadi peraturan di dalam keluarga harmonis ini.

  *Disekolah
 
    Bulan yang diantarkan Sean ke kelasnya selalu mengembangkan senyumnya.Sesekali Bulan menyapa siswa siswi yang lewat.

     "Belajar yang bener, nanti bang Raka yang jemput kamu,Abang masih latihan basket pulang sekolah" ucap Sean

    "Siap captain!!" Ucap Bulan

     Sean hanya tersenyum dan mengacak acak rambut adik tersayangnya nya itu.

     "Woii lan,Lo udah siap tugas fisika? Tanya Ana

     "Emang tugas fisika ada?"

     "Ada bego,itu loh halaman 115"

     "Omegattt!Gue belum siap,gimana dong" ucap bulan

     Ana hanya menaikkan bahunya seolah berkata "aku tidak tahu".Dan disitulah bunyi lonceng berbunyi.Bulan hanya pasrah dan menyiapkan mental nya,Bulan akan mendapatkan hukuman dari guru killer itu.

    Tidak hanya Bulan,beberapa teman temannya juga ikut di hukum menghormat bendera.Terik matahari begitu panas,keringat bercucuran di dahi Bulan
       "Ayo Bulan,kamu bisa.Cuma menghormat bendera kok"batin Bulan.

       Tiba tiba Bulan merasakan ada yang dingin di pipinya.Dia menoleh dan mendapati seseorang memberikan minuman itu.

      "Wahh,terimakasih banyak kak..? Ucap Bulan terpotong,walaupun Dia sudah pernah jumpa dengan cowok itu tapi dia belum tau namanya.

     "Nama gue bintang,dan Lo gausah geer,gue disuruh Sean ngasih ini" ucap Sean dingin.

    Seketika senyum manis Bulan pudar,Dia berpikir cowok itu peduli samanya.Entah mengapa Bulan merasa nyaman didekat cowok itu.

     Bintang meninggalkannya,tangannya dimasukkan ke kantong saku celananya,sehingga menambah kesan cool nya.

    "Ish,ngeselin banget sih tuh orang" ucap Bulan kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

    Dari kejauhan Bintang memperhatikannya.Dua tersenyum melihat tingkah gadis itu yang menurutnya sangat menggemaskan.Sebenarnya minuman itu bukan dari Sean.Kebetulan Bintang lewat dari koridor dekat lapangan dan melihat gadis itu dihukum.Bintang terlalu gengsi Menunjukkan kesukaan nya dan kepedulian nya kepada gadis itu.

      "Entah dari mana datangnya,rasa ini semakin banyak ketika melihatmu,rasa nyaman ketika didekatmu,Apakah aku sudah mulai menyukai mu?"

*Bintang*

Haii reader,
Bagaimana ceritanya? Kuharap seru ya wkwk.
Jangan lupa vote!

Bintang Dan BulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang