Raka benar-benar menyekapnya hingga sore. Sekarang udah jam tiga lebih. Hampir jam empat malah. Dan Leta udah mandi bersih bahkan barang-barang miliknya dan Raka udah dia bereskan masuk koper kecil yang kemarin dibawa. Tapi apa? Raka masih asik molor. Dasar.
"Kaaa!! Ayo... katanya sore ini kita pulang."
Leta bingung harus memanggil Raka dengan embel-embel apa. Mas?? Hemmm...enggak ah. Aa'? Kayak cara Kara panggil Pak Fatih dong. Entar dituduh plagiat lagi. Enggak. Sayang? Honey? Baby? Jatuhnya kok lebay ya kalo dia panggil gitu. Udahlah panggil nama aja. Iya gitu aja. Oke sip.
Leta mengguncang-guncang punggung polos Raka yang hanya tertutup selimut sepinggang. Nggak malem nggak siang suka banget tidur nggak pake baju. Duh, kok dia udah apal banget ya, padahal baru dua hari jadi istri.
"Enngghhhhh... Bentar yangggg. Aku masih capek bangettthhh." Tubuh Raka menggeliat. Merubah posisi tidurnya menjadi terlentang. Menutup matanya dengan lengan saat merasa silau cahaya dari luar.
Leta meniup ujung atas jilbabnya. Capek bangunin kebo satu.
"Yaudah. Aku pulang dulu ya." Raka langsung menahan lengan Leta yang akan pergi. Menariknya hingga Leta jatuh di pangkuannya yang kini sudah duduk. Raka memeluk Leta erat. Mendusel-duselkan wajahnya pada tubuh Leta.
"Rakaaaaa!!!" Plisss jangan lagi. Dia udah mandi. Dia capek. Dia sumpek pengen ke luarrrr.
"Kamu wangi banget." Raka masih asik menciumi harum tubuh Leta, bahkan hingga ke ketiaknya.
"Udaaahhhhhh-nngggh. Udah!" Sentak Leta saat dia mulai tergoda rayuan Raka lagi. Leta memilih bangkit dan mendapati wajah tak ikhlas Raka.
"Ayo mandi. Terus pulang." Mahal kalo kelamaan tidur di hotel, padahal rumah juga jauhnya nggak seberapa.
"Masih pengen sama kamu."
Ya Tuhaaannnnn. "Dari tadi kamu sama siapa coba kalo bukan sama aku." Seharian di kamar. Kurang apalagi coba???
Masih dengan raut mengantuk, Raka merentangkan tangannya. "Yaudah sini peluk dulu bentar." Pintanya berharap.
"Nggak!!!" jawab Leta galak. "Kalo kamu nggak mau mandi, yaudah aku tinggal. Jangan lupa kopernya nanti dibawa." Putus Leta, menyambar tasnya dan melangkah pergi. Menuju rumah yang satu minggu lalu Raka tunjukkan padanya sebagai tempat tinggal mereka setelah menikah.
"Iya iya ini bangun. Kamu galak banget sih sama suami sendiri." gerutu Raka bangun dari ranjang. Melangkah ke kamar mandi hanya dengan bokser yang menempel di tubuhnya. Leta mengalihkan pandangannya. Memerah malu.
****
Setengah lima, mobil mereka baru melaju meninggalkan hotel tempat mereka menginap dan mengadakan resepsi kemarin. Orang tua, mertua dan keluarga besarnya memilih langsung pergi begitu acara selesai. Tak ada yang memilih menginap, tinggal di hotel semalam seperti mereka. Mungkin karna jarak rumah dengan hotel yang masih satu kawasan dan tak sampai berjam-jam membuat mereka memilih pulang.
"Kamu duduk yang bener donnngggg." Leta mendorong bahu Raka sedikit menjauh. Tapi Raka tetap kembali mendekat. Menempel memeluk Leta dari samping.
"Rakaaaa. Jangan gini. Malu sama Pak Sofyan." Leta mendorong wajah Raka yang mengendus-ngendus lehernya yang tertutup jilbab.
"Biarin." Raka masih tetap diposisinya. Tak ingin terpisah dengan Leta barang sedetikpun.
"Nggak papa non. Anggap aja saya nggak ada." Leta meringis malu, tak enak. Tapi tangannya masih tetap berusaha mendorong Raka menjauh.
"Yanggggg!!" Raka merengek kesal. Raka menyesal tak memberitahu supirnya ini untuk menjemput dengan mobil yang ada sekatnya. Membuat kesenangannya terganggu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
SuamiKu Menyebalkan
Random"Aku mau pulang..." "Oke. Kita pulang." "Bukan kita. Tapi aku. Aku mau pulang ke rumah orangtuaku."