Pukul Tujuh pagi. Dia kesiangan. Dan otomatis tidak sholat subuh. Fix awal pagi yang berantakan.
Leta mengusap wajahnya kasar. Menoleh ke samping, Raka masih asik berbaring telungkup menghadapnya. Diangkatnya lengan Raka yang membelit perutnya pelan-pelan. Tidur ya..tidur.. Tidur sampe siang nggak papa deh. Ikhlas dia.
Kepalanya bergerak-gerak melihat sekeliling ranjang. Mencari piyama yang tadi malam dia pakai. Raka beneran tak bisa diajak main-main. Semalam, saat akan berlari menghindar, gerakan Raka lebih gesit darinya. Mengakibatkan dia terduduk kembali di sofa dengan kedua lengan Raka yang memerangkap tubuhnya. Semula Leta berniat ke kamar mandi, sekedar menangkan diri kemudian mengatakan kalo dia belum siap diajak ibadah suami istri jika Raka menginginkannya tadi malam. Tapi belum juga rencannya berjalan, semuanya berubah hanya dengan satu gerakan. Semudah itu Raka membalikkan niatnya. Sial. Di mana keberanian yang dulu dia agung-agungkan.
Leta memakai kaos Raka dan celana piyama miliknya yang ditemukan di bawah ranjang dalam diam. Tak ingin suara sedikitpun yang akan membuat Raka bangun. Pliss jangan bangun dulu...
Dia melangkah pelan ke kamar mandi. Sesekali berhenti saat rasa sakit diselangkangannya tak bisa ditahan. Ibuuu'..anakmu udah nggak perawan. Hiks
Leta mandi secepat yang dia bisa. Tiga puluh menit, bisa dibilang cukup cepat. Eh- tapi biasanya dia nggak selama itu. Berhubung ada bathup, dan di rumahnya nggak ada, jadi dia nggak menyia-nyiakan fasilitas hotel yang disediakan dong. Mubasyir namanya. Udah bayar mahal kalo nggak dipake kan sayang.
Nyatanya berendam membuatnya lupa waktu. Niat ingin meminimkan suara agar Raka tak terbangun juga dia lupa. Kalo aja air keran nggak ngeluarin suara pas keluar, pasti ruangan kamar mereka hening banget. Semoga kamar mandinya kedap suara Ya Allah... Doa Leta dalam hati. Dia lupa tadi malam pas Raka mandi suaranya kedengeran atau enggak.
Dan doanya terkabul. Sampai dia selesai mandi, dandan, udah teopebegete dari atas sampai bawah Raka masih pules dalam tidurnya. Belom pindah posisi lagi. Aman...
Leta memakai sepatu dan mengambil ponselnya di nakas. Keluar dari kamar hotel. Dia mau makannnnn....
****
Gagal
Rencananya gagal total
Semula, setelah sarapan Leta berencana jalan-jalan keluar terus balik sampai malam. Bodo amat kalo ternyata Raka udah chek out duluan, terus dia ditinggal. Lah ini, baru dua suap sarapannya masuk mulut, Leta meliht Raka berjalan dengan pongah mendekatinya. Belum mandi pasti dia.
"Beb, kenapa mau turun sarapan nggak ngajak aku?" ujar Raka saat sudah duduk di samping Leta.
"Kamu kenapa udah bangun sih?" balas Leta sewot.
"Guling hidupnya nggak ada ngapain tidur lagi." Raka mengendikkan bahunya acuh. Mengambil sendok ditangan Leta, dan ikut memakan sarapan yang baru Leta makan sedikit.
"Sejak kapan bangun?"
"Beberapa menit sebelum kamu bangun." Leta kicep. Gagal dong semua usahanya. Kezel, kezel, kezel. Wajahnya berubah cemberut.
"Kamu ambil sendiri sana." Ditarik piring sarapannya dari hadapan Raka. Leta memasukkan satu sendok penuh nasi ke mulutnya. Bodo amat kalo Raka ilfil melihat caranya makan. Dia kezellllllll!!!!
"Pelan-pelan beb. Berantakan nih." Raka mengusap sudut bibir Leta yang sebenarnya nggak ada apa-apa. Dasar Modus!
"Beb, suapin dong. Aku masih laper."
"Nggak. Ambil sendiri."
"Nggak ah. Lagian kamu ngambilnya juga udah banyakan kali, sayang kalo nggak abis. Ayo suapin."
KAMU SEDANG MEMBACA
SuamiKu Menyebalkan
Random"Aku mau pulang..." "Oke. Kita pulang." "Bukan kita. Tapi aku. Aku mau pulang ke rumah orangtuaku."