Tiga

3.4K 320 32
                                    

Manasin jari-jari dulu karna udah lama banget nggak ngetik cerita ini

"Eheyyy!!! Pengantin baru kenapa udah masuk???" Leta berjengit, mengelus dada saat Kara datang-datang langsung menabok pundaknya.

"Tabokan lo Kar...bener-bener." Leta hanya menggeleng. Mengusap pundaknya yang lumayan nyut-nyutan.

"Lebay. Nih gue aja kagak ngrasa sakit kok." Kara menabok-nabok pundaknya sendiri.

Leta mendengus kesal. Yaiyalah kagak sakit. Yakali tenaganya disamaain waktu mukul badan sendiri. Bininya Pak dosen gini amat ya Allah.

"Sini gue yang nabok. Biar lo tau gimana rasanya." Kara langsung menghindar. "Eitt, dilarang mukul bumil." Lagi-lagi Leta mendengus kesal saat Kara tersenyum bangga saat aksinya gagal. Sabar let. Sabar.

"Btw, lo honeymoon kemana?" Kara menatap Leta penasaran. Sedikit mundur kebelakang saat beberapa orang dari arah berlawanan berjalan tergesa-gesa di koridor yang tidak terlalu luas ini.

"Nggak kemana-mana." Balas Leta saat Kara sudah kembali mensejajarinya.

"Serius??! Ih, nggak asih banget."

"Terus yang asik menurut lo gimana?"

"Ya honeymoon gitu. Jalan-jalan. Keliling Eropa. Atau ke Korea. Syukur-syukur ketemu mantan calon laki gue di sana. Terus minta foto. Tanda tangan. Ih, ya ampunnnn!!! Baru bayangin aja gue jadi pengen ke sana. Babymoon nanti gue mau ngajak pak suami ke Korea pokoknya." Ujar Kara menggebu-gebu.

"Paling Pak Fatih nolak lagi kayak pas lo minta honeymoon. Alasannya sibuk ngajarlah, penelitianlah, bisnislah." Cibir Leta. Bodo amat sama bumil satu ini.

"Lo jangan gitu dong Let. Suka banget buka luka lama. Gue sedihkan jadinya." Kara menunduk, mengusap-ngusap perutnya. "Jangan ngambek ya nak. Tantemu itu cuma sirik nggak bisa dapet suami dosen kayak mamah."

Leta terperangah mendengar itu. Bagian mana dari ucapannya yang nyambung ke arah situ????

"Apa? Nggak trima?" Baru juga buka mulut, Kara kembali menyambar.

"Katanyakan lo sempet naksir Pak Dika. Ehhh jodohnya malah Bang Raka yang pengusaha. Nggak papalah Let. Gaji pengusaha juga lebih gede dibanding dosen." Kara terkikik mendapati wajah Leta yang masam. Terserah Karalah. Terserah. Bumil selalu benar.

"Jadi, gimana malam pertama lo? Kasih gue testimoninya dong. Direview gitu." Kara semakin cekikikan saat wajah Leta memerah kesal. Kenapa sejak hamil dia suka sekali melihat orang marah, kesal dan menderita karnanya.

"Jadi begini Bu Kara. Apa ibu lupa kalo suami ibu suka sekali buat kuis dadakan yang jika dihitung-hitung bisa dua minggu sekali. Nah, berhubung minggu kemarin tidak ada kuis jadi saya prediksi minggu ini bakalan ada. Karna saya ingin lulus mata kuliah ini, tentu saya tidak bisa ninggal begitu saja dong. Mengingat bagaimana suami ibu terlalu kejam soal penilaian. Dan ibu tau apa yang sudah saya tolak? Tiket konser Shawn Mendes dan Alec Benjamin. Ah, belum lagi ditambah liburan ke Swiss. Coba ibu bayangkan seberapa kecewanya saya. Dan apa tadi ibu bilang?? Testimoni malam pertama?!!!Anda sadar tidak kalo adanya anak diperut anda karna melakukan apa?!!!" Leta terengah-engah setelah mengucapkan kalimat terakhir. Suka banget bikin orang sakit kepala.

"Uwoww. Woww. Amazing. Spektakuler." Kara bertepuk tangan sambil geleng-geleng kepala tidak percaya. Seperti baru saja melihat sesuatu yang menakjubkan.

"Bodo ah." Leta meninggalakan Kara begitu saja. Masuk kelas. Kara yang ditinggal ikut menyusul dari belakang. Memanggil-manggil Leta dan sesekali mengeluh tidak bisa lari seperti saat dia belum hamil. Meskipun kandungannya belum besar.

SuamiKu MenyebalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang