Part 12

19K 3.3K 743
                                    

JAEHYUN menyandarkan punggung pada kasur rumah sakit yang sudah di naikkan, ia menatap ke sekeliling ruangan sebelum mengalihkan pandangan pada ponsel yang menampilkan percakapan melalui pesan teks bersama Donghae. Ya, Jaehyun sudah mendapatkan kontak lelaki dewasa yang berhasil menghancurkan hidup Taeyong itu, tidak sulit karena Donghae ternyata tinggal di gedung apartemen yang sama sepertinya.

Untuk itu, Jaehyun menyuruh Doyoung membawa Taeyong pergi ke luar, kemanapun asal jangan sampai Taeyong bertemu Donghae. Ia tidak mau memicu trauma yang nantinya akan membuat Taeyong kehilangan kendali seperti empat hari yang lalu, di mana lelaki cantik itu menusuk perutnya dengan pisau dapur.

Pintu kamar rumah sakit yang di buka membuat Jaehyun menoleh, raut wajahnya seketika berubah menjadi datar saat mengetahui siapa yang datang. Jaehyun menghela napas dalam, berusaha untuk tidak terbawa emosi yang terkumpul di dalam dada serta kepala.

Apa yang Donghae lakukan beberapa tahun lalu tentu tidak bisa di maafkan. Melecehkan Taeyong, menjadikan si lelaki bermarga Lee menjadi pemuas nafsu, menjadikan Taeyong sebagai budak. Itu keterlaluan, Jaehyun harap, hukum masih berlaku agar Donghae bisa membusuk di penjara.

"Jung Jaehyun?" ujar si lelaki yang baru saja datang seraya berjalan perlahan mendekati Jaehyun, berdiri di samping kasur si lelaki bermarga Jung, "bukankah kau lelaki yang kemarin bersama keponakanku?"

Kening Jaehyun berkerut dalam, namun sedetik kemudian ia tertawa remeh. Donghae masih menganggap Taeyong sebagai keponakan setelah melakukan semua hal hina yang membuat Taeyong frustrasi? Jujur saja, bila saat ini Jaehyun berada di dalam keadaan sehat, ia akan membalas Donghae, bahkan membunuh lelaki sialan itu.

Namun sayang, Jaehyun memiliki gelar dokter. Bukan tugasnya untuk menghukum apa yang sudah Donghae lakukan pada Taeyong meskipun ia ingin. Jaehyun tidak bisa membunuh orang begitu saja, ia masih waras.

"Lee Donghae." gumam Jaehyun pelan, ia menatap lurus pada wajah Donghae, "kau masih bisa menganggap Taeyong sebagai keponakanmu setelah apa yang kau lakukan padanya bertahun-tahun lalu? Setelah membuat Taeyong kehilangan kewasaran, kau bahkan menghilang, pergi ke Negara lain. Oh, sangat menarik."

Sebelah alis Donghae terangkat. "Apa yang kau maksud? Apa yang sudah aku lakukan pada Taeyong?"

Jaehyun mendengus, ia menegakkan tubuh, menahan rasa sakit di perut bagian kiri, lukanya belum kering. "Sungguh 'apa yang sudah aku lakukan pada Taeyong' bukan kata yang pantas kau ucapkan. Kau benar-benar tidak tahu? Kau lupa bahwa kau pernah menjadikan Taeyong sebagai budak? Melecehkan Taeyong bersama teman-temanmu, menganggap bahwa Taeyong adalah barang yang bisa kau pakai secara bergilir? KAU LUPA?!!" napas Jaehyun berubah menjadi tidak beraturan, emosinya meluap begitu saja.

Oh sial, bisakah Jaehyun menarik kata-katanya kembali? Karena saat ini ia benar-benar ingin menjadi seorang pembunuh! Bedebah.

Donghae terdiam, wajahnya berubah menjadi pucat pasi, tatapannya terlihat kosong dan dalam hitungan detik, Donghae berlutut di hadapan Jaehyun. Seolah ia kehilangan kekuatan di kedua kaki.

"A-aku menyesal.." bisiknya pelan, ia menunduk dan menyembunyikan wajah dengan kedua tangan.

Jaehyun mengeraskan rahang. "Kau menyesal? Kemana kau selama ini?! Setelah semua yang terjadi, kau hanya bisa mengatakan bahwa kau menyesal?!"

Donghae terduduk di lantai dan mengusap wajah. "Aku sungguh menyesal," suaranya berubah menjadi parau. "Aku tidak tahu apa yang aku lakukan saat itu, aku sangat menyesal.. Ini menghantuiku, a-aku pikir Taeyong akan baik-baik saja.."

Kedua belah bibir Jaehyun mengatup rapat, ia menuruni kasur rumah sakit dan meraih kerah kemeja yang di pakai Donghae. Tidak mempedulikan rasa nyeri di perut, Jaehyun benar-benar kehilangan kesabaran. Ternyata Donghae lebih sakit jiwa bila di bandingkan dengan Taeyong!

LEE TAEYONG《Jaeyong》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang