Chapter 7

12.1K 2K 134
                                    

Jangan lupa biasakan vote dan komen ^^

-

-

Velven membuka gorden, mengamati kaca jendela kamar Prelove yang tertutup rapat. Ini sudah hari ketiga sejak kejadian di rumah sakit. Semua pesannya tidak dibalas dan teleponnya diabaikan. Dia sudah datang ke rumah Prelove berulang kali, menggedor pintu cukup keras tapi tak ada jawaban. Dia semakin khawatir. Entah mengapa hatinya mendadak tidak tenang.

Hari ini dia akan kembali menggedor pintu rumah Prelove. Berhubung Victory sedang tidak ada jadwal jadinya dia bebas melakukan apa pun. Kesibukan mereka baru akan dimulai bulan depan karena ada rekaman yang harus diurus.

Tepat saat dia membuka pintu rumah ada sepupunya yang sudah berdiri di depan dan hendak menekan bel. Sepupunya itu tersenyum penuh arti.

"Vel, gue titip Belle ya. Soalnya asisten pribadi gue berhenti," ucap Marco seraya memindahkan putrinya ke pelukan Velven.

"Lo mau ke mana? Bukannya Belle diurus sama orangtua lo?"

"Waktu kemarin jemput Belle di rumah bokap, gue berantem sama dia terus akhirnya gue bawa pergi sekalian. Sialnya baru tadi pagi gue diingetin sekretaris kantor kalo ada jadwal ke Singapore. Ya, mungkin dua atau tiga harian deh. Boleh ya? Soalnya sepupu yang lain sibuk dan cuma lo doang yang lagi free."

"Lo pikir gue tempat penitipan anak!"

"Udah deh, pokoknya gue titip Belle. Jangan lupa ya dia alergi cokelat sama kacang."

"Kenapa nggak titipin ke Savannah aja sih?" protes Velven.

"Savannah lagi ke Bali. India sama Venus nggak suka anak kecil. Terus waktu gue tanya mau main bareng Om Velven atau Om Jupiter, dia bilang maunya sama lo." Marco mengusap pipi putrinya. "Belle mau main sama Om Velven, kan?"

Belle mengangguk dan tersenyum riang. "Iya, mau main sama Om Vel."

"See? Gue nggak bohong. Gue pergi sekarang ya Vel. Thank you!"

Marco sudah berlari menuju mobil Ferrari miliknya dan meninggalkan pekarangan rumah. Velven tidak bisa menolak karena sepupu sialannya itu memang paling sering menelantarkan anaknya. Kebetulan baru Marco saja yang punya anak, sisanya masih waiting list. Velven menghela napas berat.

"Om Vel?"

Velven buru-buru mengubah ekpresi wajahnya. Dia menarik senyum lebar memandangi gadis kecil berumur lima tahun itu. "Iya? Kenapa, Belle?"

"Belle laper. Papa belum kasih mamam," adu Belle dengan wajah memelas.

Great! Marco benar-benar keterlaluan. Dia sedang pusing begini malah dititip bocah. Kalau begini caranya dia harus mengurus Belle dulu sampai Marco jemput baru menghampiri Prelove.

"Kayaknya Om punya sereal kesukaan Belle. Ayo, kita makan."

Velven mengangkat tas berukuran sedang berwarna pink yang ditinggalkan Marco di depan pintunya—yang mana biasanya diperuntukkan untuk menyimpan barang-barang Belle. Setelah menutup pintu Marco meletakkan tas milik Belle di depan pintu dan menurunkan gadis kecil itu.

"Om, Belle mau unicorn."

"Beli boneka unicorn?"

Belle menggeleng. "Bukan, Om. Unicorn di dalam tas."

Ini kali pertama Velven mengurus Belle jadinya dia bingung. Mendengar ucapan gadis kecil itu dia segera mengambilnya dari dalam tas. Dia terkejut saat melihat isi tas yang hanya dipenuhi mainan Belle. Tidak ada celana, pakaian, atau pun susu yang biasa diminum Belle.

It Starts With A Boxer [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang