Ada kalanya dalam cinta terdapat sisi yang berbeda. Perbedaan yang membuktikan bahwa tak selamanya mereka yang mencinta memiliki dan meyakini hal yang sama.
Harus kuakui, itu benar adanya.
Saat aku duduk berdua bersama ayah di kursi teras rumah sembari mengamati hamparan langit sore yang mulai menjingga, saat itulah aku mengatakan pada ayah bahwa masa remaja adalah masa di mana kita membuka diri pada dunia dan mulai mencari pasangan untuk kita bahagia. Berpacaran, maksudnya.
Tapi, saat itu ... ayah menatap tajam ke arahku. Pertama kalinya dia menatapku seperti itu. Dia menggeleng cepat dan segera meralat perkataanku dengan mengucapkan kalimat yang tak kusuka.
Masa remaja adalah masa di mana kita memulai pencarian jati diri yang sebenarnya. Masa yang seharusnya digunakan untuk belajar, mendapat banyak hal, memikirkan impian dan berusaha keras meraih impian tersebut.
Tak ada kata cinta, pasangan dan berpacaran dalam kalimat itu.
Maka, untuk pertama kalinya aku menatap ayah dengan tatapan tak suka. Merasa muak saat ayah mengatakannya. Merasakan adanya perbedaan di antara kita.
Cinta yang kukira selalu berarti tentang persamaan namun ternyata ... aku salah. Benar-benar salah.
Aku ... kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandika Cinta (TAMAT)
KurzgeschichtenSungguh, beragam sekali pendapat di semesta mengenai cinta. Setiap manusia pasti pernah jatuh cinta. Mendefinisikan sendiri artinya, pun memaparkan sendiri makna rasanya. Di sini aku akan menuliskan seperti apa itu cinta. Sesuai bahasaku, tentunya. ...