Prolog

64.7K 2.8K 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat Membaca!

Di sebuah kamar yang lumayan besar, seorang perempuan tengah bersembunyi di balik selimut yang tebal. Isak tangis terdengar lirih dari kedua bibirnya yang mungil. Sudah lama dia berada dalam posisi tersebut, tapi belum ada keinginan untuk menyudahi.

Suara ketukan yang berasal dari balik pintu sama sekali tak dihiraukan. Bahkan panggilan yang terdengar, hanya dianggap angin lalu yang tak penting.

Lama dia berpikir, akhirnya dia mengambil sebuah keputusan besar yang mungkin akan membuat beberapa orang kecewa. Namun tetap saja, dia butuh waktu untuk menerima keadaan yang mendadak berubah.

Dia lemah dalam adaptasi. Dan karena satu alasan itu, perempuan yang sejak tadi berada di dalam selimut, mulai menyibak kain tebal yang menghangatkannya. Dia mengubah posisinya menjadi duduk dan memandang segala arah. Memindai barang-barang di sekitarnya hingga terhenti pada sebuah benda pipih yang terletak tak jauh dari tempatnya.

Dengan penuh tekad, dia mencari nomer seseorang yang sudah lama tak dihubunginya.

Me

Dad, Miss you so much!

Beberapa menit pesan tersebut terkirim, dia menunggu dengan sedikit cemas. Bagaimana tidak? Ini pertama kali dirinya memulai komunikasi terlebih dahulu setelah bertahun-tahun menjaga jarak. Hingga beberapa menit berikutnya, sebuah pesan muncul di layar ponselnya. Sesaat, dia menahan napas dan membaca pesan tersebut.

Dad

What's wrong, Princess?

Me

Dad, bolehkah aku tinggal di sana?

Dad

Kamu mau tinggal bersama Dad? Jelas sangat boleh, Sayang. Kapan kamu akan ke sini. Dad, tak sabar.

Perempuan itu tersenyum haru. Setelah semua cara yang dilakukannya untuk menghindari sang ayah, ternyata dia tetap membutuhkan lelaki baya itu.

Me

Secepatnya, Dad. Aku akan segera menghubungimu.

Setelah mengirimkan pesan tersebut, perempuan itu kembali menelentangkan tubuhnya. Menatap langit-langit kamar yang putih. Tak ada apa-apa di atas saja, kecuali pelarian dari pikirannya yang berkecambuk.

'Maaf, Ibu. Kali ini Ara butuh waktu sendiri,' batinnya.



Bersambung ...

Adorable Brother (PINDAH KE DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang