Selamat Membaca!
Xander baru saja pulang dari kantor dan mengernyit heran melihat keadaan rumah. Tumben sekali keadaan rumah sepi saat dia pulang. Biasanya semua orang sudah berkumpul di ruang tengah.
Dia semakin melangkahkan kakinya masuk. Mencari keberadaan orang-orang yang belum ditemuinya. Barulah saat dia akan naik ke kamar atas, Aron yang baru turun berpapasan dengannya.
Xander memutuskan bertanya pada Aron. "Kenapa rumah sepi? Tidak biasanya."
"Hmm, orang-orang baru saja keluar. David ada meeting dadakan."
"Zander belum pulang kuliah?"
"Sudah. Tapi dia balik lagi sama Ara. Katanya sambil jalan-jalan."
"Hanya berdua?" Ada nada tak suka di dalam ucapan yang Xander lontarkan.
"Begitulah," jawab Aron santai. Setelahnya dia melanjutkan langkah dan melewati Xander yang masih mematung.
Xander mengeram marah. Entah kenapa dia tidak suka Ara keluar berdua dengan Zander. Ada rasa khawatir yang terselip di hatinya. Apalagi mengingat Zander yang selalu lupa waktu dan kadang ceroboh. Adiknya itu bisa saja membuat masalah dengan membawa Ara. Mengingat perempuan itu yang masih polos.
Dengan langkah lebar, Xander menaiki tangga dan segera masuk ke dalam kamarnya. Di dalam sana, dia berusaha menghubungi Zander berkali-kali. Tidak ada balasan. Bahkan setelah belasan kali ditelpon, sama sekali tidak diangkat hingga berakhir di kotak suara.
Xander melemparkan ponselnya kesal. Beruntung hanya jatuh di atas kasur dan tidak sampai pecah. Dengan gerakan cepat, dia membersihkan diri dan segera mengganti baju kantornya dengan baju yang lebih santai. Xander perlu tahu ke mana perginya sang adik.
Aron yang asyik menonton TV, menoleh saat merasakan kehadiran seseorang.
Xander dengan penampilan santainya, bedanya wajahnya yang masih kusut seperti pakaian yang belum disetrika.
"Ada apa?" tanya Aron heran.
"Ini sudah malam. Kenapa Zander belum pulang?" tanya Xander resah.
Aron menjawab santai, "Kamu seperti tidak tahu bocah itu saja."
"Tapi dia tidak pergi sendiri. Dia bawa gadis itu. Bagaimana jika terjadi apa-apa di luar sana."
"Sebenarnya kamu khawatir dengan Ara, kan?" tebak Aron dengan smirk andalannya.
"Jangan ngawur!" bantah Xander, segera memalingkan wajahnya dari Aron.
Aron terkekeh. Dia menatap Xander dengan seringai jahilnya. "Mengaku saja. Aku lihat beberapa hari ini kamu sudah tidak sekeras biasanya. Apalagi wajahmu yang khawatir seperti sekarang. Jelas ini bukan khawatir pada Zander, kan? Mengingat anak satu itu sudah sering pulang larut bahkan menginap di luar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Brother (PINDAH KE DREAME)
General FictionAurora Putri memutuskan pindah dan tinggal bersama ayah kandungnya setelah sang ibu menikah dengan lelaki lain. Di bawah langit Manhattan, Ara dan kehidupan barunya ternyata tak selalu berjalan mulus. Dia harus banyak belajar menyesuaikan diri denga...