Selamat Membaca
Karena insiden tangannya yang memerah, semua keluarga kompak heboh dan memaksa Ara ke rumah sakit. Namun, Ara kekeh menolak dan meyakinkan bahwa itu hanya lecet biasa. Beruntung Angelina mau membantunya menjelaskan pada anggota keluarga yang lain.
"Yaudah. Biar Mom obatin dulu lukamu. Ada salep juga biar cepet sembuh," ujar Angelina dengan kotak P3K yang sudah dibawanya
Ara menurut. Dia membiarkan tangannya untuk diobati, sesekali meringis menahan perih di telapak tangannya yang sedikit terkelupas. Sementara keempat kakaknya belum beranjak pergi. Mereka tetap berdiri mengelilingi Ara yang duduk di sofa. Tatapannya sejak tadi terus mengawasi Ara dan Angelina dengan tajam.
"Emang siapa yang nabrak kamu?" Zander masih terus bertanya karena Ara tidak menjelaskan secara rinci kejadian sebenarnya.
"Lupain saja, Kak. Ara udah baikan kok."
"Baikan gimana? Liat telapak tangan kamu lecet gitu? Kalo bekasnya tidak hilang, gimana?" Tanpa sadar, Aron menaikkan nada bicaranya yang membuat Ara mengkerut ketakutan. Sadar adiknya ketakutan, Aron menarik napas panjang. Dia harus menahan emosinya bila di depan Ara yang diketahuinya sangat lemah lembut dan takut pada bentakan.
"Ara, cerita sama Mommy! Kamu kok bisa jatuh gini?" Giliran Angelina bertanya hati-hati di sela kegiatannya mengobati luka lecet tersebut. Tidak parah, hanya saja mereka takut berbekas pada kulit putih Ara. Saat mendapatkan kabar tentang Ara yang terluka, Angelina dan Diana kalang kabut dan khawatir dengan keadaan gadis tersebut.
Ara menghela napas panjang. Dia melirik keempat kakaknya yang seperti menunggu penjelasannya. Terpaksa, dengan nada rendah, Ara menjelaskan kejadian tadi di depan toilet. Dimulai dengan insiden tersesat dan berakhir ditabrak seseorang lelaki.
"Yah, tapi cowok itu tidak sengaja kok, Mom. Terus waktu balik ke meja, kulit telapak tangan Ara tidak sengaja menggesek meja yang kasar, jadi tambah luka deh," akunya pelan.
Angelina menghembuskan napasnya kasar. Dia tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi Ara yang seperti ini. Rasa khawatirnya memang berlebihan. Namun Angelina hanya takut Ara sakit dan kenapa-napa. Apalagi sampai Adam tahu, bisa-bisa suaminya itu akan marah dan menganggap dia tidak becus menjaga Ara.
Selesai mengobati luka di telapak tangan Ara, Angelina menutup kotak P3K-nya dan memandang Ara dengan lembut. Tangannya terulur dan jatuh di kepala perempuan cantik dan manis tersebut. Dia mengelus surai indah Ara yang terasa lembut di kulitnya.
"Kamu harus hati-hati ke depannya. Jangan ceroboh lagi. Kami semua khawatir."
Ara mengangguk paham. Dalam hati dia akan berusaha untuk tidak ceroboh, setidaknya saat ada keluarganya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable Brother (PINDAH KE DREAME)
General FictionAurora Putri memutuskan pindah dan tinggal bersama ayah kandungnya setelah sang ibu menikah dengan lelaki lain. Di bawah langit Manhattan, Ara dan kehidupan barunya ternyata tak selalu berjalan mulus. Dia harus banyak belajar menyesuaikan diri denga...