5

29 0 0
                                    

Aku merasakannya. Tapi aku memilih diam.

****

Jam di atas nakas menunjukan pukul 06:30 tapi sang gadis tak kunjung memberikan tanda-tanda bahwa dia akan bangun.

Seseorang sedari tadi mengetuk pintunya.

" Sheilaaa bangun! Ini udah jam 07.00. Kalo kamu gamau sekolah, Bunda siram!" Ucap Lidya a.k.a Bunda Sheila.

Karena teriakan Bunda Sheila langsung terbangun dan melihat jam di atas nakasnya.

" Yaampun bundaa kok bunda baru bangunin Sheila sih?! " Teriak Sheila lebih kencang dan langsung berlari ke arah kamar mandi untuk bersiap-siap.

Dibalik pintu kamar, sang bunda tak kalah menggerutu.

" Idih untung-untung lho ya bunda bangunin, itupun harus naik berapa oktaf suara bunda? Aduh pusing punya anak gadis." kemudian pergi ke dapur membiarkan anak gadisnya bersiap-siap.

15 menit berlalu Sheila.

Sheila kembali dengan seragam acak-acakan dan rambutnya seperti anak singa. Sama galak nya sih.

"Bundaaaaaa." Teriak Sheila dari tangga.

"Apaaaaaa." Balas Bunda tak kalah tinggi. Mendengar balasan bunda, Sheila terkikik geli. Kenapa harus dijawab teriak juga sih, pikirnya.

" Shei langsung pergi, assalamualaikum." ucap Sheila dan langsung bergegas menuju sekolah dengan motornya.

Lidya menjawab salam Sheila pelan, dibalik jendela. Sembari memegang kedua dadanya sesak.

" Semoga kamu menjadi gadis yang kuat." lirihnya sembari menyeka air matanya dan kembali membersihkan rumah.

Di tempat lain.

" Sudah bapak peringatkan berapa kali Sheila- "

" 3 Pak." celetuk Sheila.

" Bapak belum selesai bicara Sheila,jangan potong omongan bapak." balas Guru itu kejam.

"  Baik pak, silahkan omelannya dilanjutkan. Tapi jangan lama-lama disini panas pak. " Balas Sheila sembari mengelap keringat di dahinya.

Selama ceramah Pak Budi berlangsung, Sheila harus terus hormat di depan tiang bendera dengan panas teriknya matahari.

Sheila mendengar ceramah pak Budi dan menjawabnya dengan mengangguk-anggukan kepalanya pelan.

Bel istirahat berbunyi, tanda hukuman yang dijalani Sheila selesai. Sheila langsung bergegas menuju kelasnya dan menyusul fani di kantin.

Sheila berjalan gontai, dia lupa sarapan meskipun ini bukan hari senin. Pandangan Sheila lama-lama menjadi buram dan.

BRAKKK.

sheila terjatuh pingsan, semua orang di bibir kantin berteriak histeris. Seseorang kemudian berlari dan menggendongnya ala bridal style.

" lo temennya kan?, lo buka kunci uks gue yang bawa dia, cepetan."  ucap sang lelaki itu membuat Fani yang terbengong-bengong lalu segera melangkahkan kaki ke uks, menembus kerumunan murid di kantin dengan berbagai tatapan bingung.

***

Gilang. Ya laki-laki yang menggendong Sheila tadi adalah Gilang. Namun di uks sekarang hanya ada Fani, Gilang berpamitan tadi karena ada jam dikelasnya.

Fani menggerutu lagi-lagi Sheila belum sadarkan diri dari pingsannya. Apakah sesakit itu? Apa dia ini pura-pura agar tidak ketahuan dia belum mengerjakan pr? Berbagai asumsi memenuhi pikiran Fani.

Ketika Fani sedang bergelut dengan pikirannya, Sheila meracau tak jelas dan menangis.

" Jangan tinggalin Sheila lagi pah, Sheila mohon" lirihan Sheila berulang-ulang dengan banjir air mata.

Fani melihat itu mulai khawatir dengan keadaan Sheila.

" Shei, lo kenapa? Shei." tanya Fani seraya menepuk-nepuk pipi Sheila.

" Sheii." Panggil Fani lagi dan kembali menepuk pipi sheila agak keras, hal itu membuat Sheila terbangun dan menarik nafas panjang.

" huhh huhh huft." nafas Sheila terdengar menderu.

Buru-buru Fanu memberikan air putih untuk menenangkan sahabatnya itu.

" Berapa jam gue pingsan? "

" hm kurang lebih 4 jam."

" Buset, gue koma apa pingsan ya? " tanya Sheila pada dirinya sendiri.

" Gue takut banget lo gak bangun Shei. " balas Fani.

" Temen kurang ajar, doanya bagus banget. " balas Sheila mendelik, membuat Fani tertawa.

" Shei. " Panggil Fani membuat Sheila menoleh.

" Kenapa?"

" Em boleh gue tanya sesuatu? "

" Tumben izin dulu? Biasanya langsung nanya, kenapa sih? "

" ee..  Tadi pas pingsan lo ngeracau dan nangis-nangis gue takut banget nanyain sama lo tapi gue penasaran. Dan lo manggil nama papah lo tadi. " ucap Fani dengan cepat dan satu tarikan nafas. Takut membuat sahabatnya ini tersinggung.

" Gue bakal bilang ke lo, kalo gue udah siap." balas Sheila dan meninggalkan Fani sendiri dengan keingintahuan nya yang besar.

Tbc!  Love you so muchh 💓💓

SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang