09

269 28 1
                                    
















"yashmac, eyestalk, ord-"

"ah sumpah frustasi gue." ucap mina sambil melempar ponselnya.

lucas mengambil ponsel mina lalu memutar lagi pesan suaranya. "kita pasti bisa min, lo tega temen temen lo mati gitu aja?"

mina terdiam sejenak. "ngga. makanya gue mau ngorbanin diri gue aja."

"min? apaan si?" lucas langsung menatap mina.

mina dengan cepat mengambil pistol yang ada di dekat lucas dan membidik kepalanya sendiri.

"MINA! LO GILA?!" bentak lucas namun suaranya tetap kecil.

"gue ga bisa ngeliat kalian mati satu satu. mending gue pergi duluan." mina meneteskan air mata.

"min, ga gini caranya," ucap lucas lembut.

"kita disini bareng-bareng, kita juga pasti selamat bareng-bareng. coba lo pikirin doyeon. dia udah kehilangan yoojung, masa lo juga mau ninggalin dia?" perlahan lucas mengambil pistol yang ada di tangan mina.

"gue tau lo takut. kita semua disini takut. tapi bukan berarti kita ga bisa menangin ini."

akhirnya lucas berhasil mengambil pistol dari mina. mina tetap terdiam. ia tetap meneteskan air matanya walau tatapannya kosong.

"iya lo bener," akhirnya mina bersuara. "tapi gue yakin yoojung nungguin gue disana."

mina langsung berlari dan loncat lewat jendela. kebetulan mereka bersembunyi di kamar orang tua tzuyu yang memiliki jendela besar. mina tau, di bawah sana ada pagar yang sangat amat tajam. bahkan bisa dibilang mirip pedang. jadi ketika ia jatuh, ia akan langsung kehilangan nyawanya.

lucas kehabisan suara. ia masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"lagi-lagi kalian salah, mina baru saj- ah dia bunuh diri? menyedihkan. yasudah lah, farewell mina. hei kalian tidak perlu shock seperti itu! cepat lanjutkan."


"mina..." lirih doyeon lemah.

yeri yang sedang berkutat dengan ponselnya beralih menatap doyeon.

"yeon, gue tau lo sedih. tadi yoojung, sekarang mina. pasti bakal bikin lo terpukul banget." ucap yeri haru. "tapi kita harus lanjut, biar ga ada lagi darah yang bertumpahan."

doyeon mengangguk dan melanjutkan mencari jawaban dari petunjuk sebelumnya.

"d-o-y-e-o?" eja yeri. "lo?!"

mata doyeon membulat. "hah, ga mungkin anjir. itu liat petunjuk kedua deh masa gue."

doyeon hendak mengambil ponsel yeri untuk melihat petunjuknya, namun yeri menepis tangannya. "gue ga percaya sama lo."

"yer? lo serius? mana tega gue ngebunuhin orang terutama yoojung ama mina. lo sendiri yang bilang gue jadi merasa terpukul. tapi sekarang lo bilang gue pelaku? gue ga paham lagi sama lo yer." ucap doyeon sambil menitikan air matanya.

"kalo emang iya bukan lo, gue yakin lo ga perlu susah susah ngejelasin panjang lebar." ucap yeri. "tapi ternyata? penjelasan lo malah bikin lo terlihat lebih bersalah."

yeri mengambil pistolnya. doyeon yang melihat tangan yeri pun perlahan mundur.

doyeon berusaha mundur perlahan sambil mencari barang yang bisa ia pakai untuk melawan. "yeri! serius bukan gue."

"bacot." yeri sudah membidikan pistolnya ke arah doyeon. "munafik lo."

betis doyeon tergores besi tajam. "aduh!"

doyeon melihat goresannya cukup dalam dan darahnya mulai bercucuran. ia berusaha menghindar dari yeri walau jalannya pincang.

"haha, dasar lemah. lo kuat ngebunuh temen-temen lo. tapi lo sendiri kegores gitu aja alay." ucap yeri lalu ia menarik pelatuk. "titip salam gue buat mereka yang udah nyampe kesana."

duar!



"selamat telah berpikir dengan benar. rocky tewas oleh tzuyu, dan rocky merupakan pelaku. ayo cari tempat persembunyian lagi." ucap ray.




"wtf?" yeri mengerutkan dahinya lalu ia melihat doyeon yang ketakutan. "doyeon! maafin gue."

yeri meletakan pistolnya di lantai lalu berlari memeluk doyeon dan menangis. "maafin gue, gue cuman takut."

"i-iya. gue ngerti ko." doyeon masih tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.


— — — — —

ayo vote dong):

hey, ray! » 99 lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang