7. Erfan

31 1 0
                                    

Apa yang akan kau lakukan saat kau di jadikan simpanan untuk orang tuamu sendiri? Mendonor setiap yang kau punya untuk adikmu.
-Erfan Yunanda


Di ruang keluarga yang bercat warna hijau dan dihiasi beberapa foto keluarga dan hiasan lainnya. Di tengah suasana serius seorang Erfan Yunanda terlihat memelas di depan orangtuanya.

"Besok kita pergi!" seru Ayahnya pada Erfan yang sedang duduk disamping sang Ibu.

"Yah, Erfan mohon. Sampai Erfan lulus." Ia terus memelas pada sang Ayah berusaha agar kemaunya di turuti. Ini sudah kali ke dua dia meminta pada Ayahnya.

"Erfan! Adik kamu lagi sakit disana dan harus di bawa kerumah sakit lain!" sungutnya lalu menggelengkan kepala, heran melihat anaknya itu tetap tak mau pindah sebelum lulus.

Sejujurnya memang mereka sudah sering pindah karena kondisi adik Erfan yang sakit, menyesuaikan tempat tinggal di dekat rumah sakit tempat adiknya di rawat.

"Yah, untuk kali ini. Erfan pengen lebih lama di sini,"

"Yah, sekali aja turutin anakmu ini," sambut sang Ibu.

"Hah! Kalian ini sama aja, kalian gak mikirin Kayla?!" geram sang Ayah penuh emosi sambil berdiri.

"Ayah! Erfan selalu nurutin Ayah. Ginjal. Ginjal Erfan salah satunya udah didonorin buat Kayla. Aku juga pengen hidup!" Kini ia mengeluarkan isi hatinya, sambil menangis. Seorang Erfan menangis?

Perkataanya membuat Ayah dan Ibunya tak kuasa menahan tangis. Mereka juga sebenarnya tak mau seperti ini, namun ia merasa tak adil pada Kayla. Mereka juga harus memberikan hidup untuk adik Erfan itu. Namun, satu sisi Erfan yang telah memberikan ginjal dan darah untuk adiknya itu juga merasa harus bertanggung jawab.

2 tahun lalu ketika ia yang masih berusia 15 tahun sedang bermain bersama Kayla Hanima yang tak lain adiknya sendiri. Mereka yang sedang bermain tenis di halaman. Hingga giliran Erfan memukul, ia memukulnya terlalu kencang. Bola tersebut melesat jauh ke jalanan dan Kayla pergi mengambilnya.

Jalanan cukup sepi, jadi untuk Kayla yang berumur 12 tahun sudah tak perlu diawasi. Namun, entah dari mana datangnya sebuah mobil dan menabrak Kayla lalu pergi tanpa pertanggung jawaban. Erfan yang sedang duduk istirahat mendengar tabrakan itu. Kemudian lari melesat ke arah jalan.

Ia melihat adiknya sudah terkapar lemah di tengah jalan, darah mengalir dari mulut dan hidungnya. Dia berfikir adiknya akan mati, tetapi Allah berkehendak lain. Kayla tetap hidup, tetapi setiap waktu ia terus memburuk. Mulai dari ginjalnya rusak, dan entah penyakit apalagi, Erfan tak tahu.

Mulai saat itu ia dihantui rasa bersalah, seharusnya dia yang berada disana. Sakit bertahun-tahun. Namun, sebagai bentuk tanggung jawab ia mendonorkan satu ginjalnya. Memberikan darah setiap diperlukan. Ayahnya memang cocok dengan Kayla, tetapi ia juga sering sakit jadi tak bisa.

Itulah mimpi buruk Erfan, ia tak mau adiknya mati karena kesalahannya. Namun, ia juga ingin hidup. Setidaknya melihat gadis di sebrang jalan itu setiap hari.

*****

Hari-hari cepat berlalu, hingga ujian sekolah telah berjalan. Ainun harus menjadi yang terbaik di sekolah, agar Andi bisa memberikan apa yang Ainun mau.

Setiap hari ia giat belajar, kadang ia juga belajar bersama Dera, Erfan dan kadang mengajari Ari. Bagaimanapun nenjengkelkanya Ari, ia tetap temannya. Ia sudah tidak sabar kuliah di Jepang, mengamati bintang menggunakan teleskop. Seakan ia ingin memutar waktu secepat mungkin.

Malam-malam sunyi yang selalu menemani dirinya, angin malam yang kadang membuatnya flu, bintang jatuh yang kadang membuatnya teriak tak karuan. Ia benar-benar menyukai itu, mereka yang selalu menemani dirinya. Begitu kagum ia akan ciptaan Allah.

Indra Yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang