O6. Yang Terdalam

727 68 4
                                    


Hubungannya kini dengan Mingyu hanya sebatas teman yang seakan sedang memulai kembali untuk saling menyukai. Tidak ada keintensifan sikap yang Seokmin tunjukkan seperti dulu terhadap lelaki jangkung itu.

Apakah Seokmin berhenti peduli?
Tentu saja tidak. Ia harus menahan diri agar tetap teguh pada ucapannya bahkan ketika melihat Mingyu lebih sering berkumpul bersama Seungcheol, Wonwoo dan Vernon. Hanya ada sapaan alakadar begitu Mingyu bertemu dengannya, berbeda dengan celotehan panjang lebar yang Mingyu lakukan saat berkumpul dengan manusia-manusia itu.

Seokmin menghela nafasnya pelan. Ayolah, kenapa harus panas? Seokmin kan kuat, bertanggungjawab dan harusnya Ia tenang. Mingyu mengatakan bahwa dia menyayangi Seokmin, Ia harus tenang saja, kan?

Baru memalingkan wajah sebentar, matanya kini terbelalak melihat Mingyu sudah gelendotan manja di bahu Seungcheol.

Wah, sinting.

Buru-buru Seokmin melangkahkan kakinya mendekati pendopo yang memisahkan fakultasnya dengan fakultas Mingyu.













Mata Vernon tertuju sepenuhnya pada laptop. Video cover yang sudah mereka kerjakan kini menjadi tanggungjawabnya. Hanya editing mudah, bukan masalah rumit. Namun teman-teman tak berakalnya kini yang sibuk menggoda dan mengganggu.

"Bocah Chwe, temani aku beli sosis bakar ayo!" ajak Wonwoo sembari menyikut lembut badan Vernon. "Jangan fokus begitu, nanti matamu keluar loh."

Ucapan tadi diucapkan oleh yang lebih tua, Choi Seungcheol, yang langsung dihadiahi tawa receh dari Mingyu.

Ya Tuhan, salah Vernon apa sampai harus berhadapan dengan makhluk-makhluk Tuhan ini.

"Hey!"

Keempat wira tersebut langsung mengarahkan atensi mereka pada sumber suara. Adalah Lee Seokmin, pemuda populer yang satu fakultas dengan Vernon dan satu kelas dengan Wonwoo.

"Ya?" tanya Seungcheol serius, merespon ucapan Seokmin yang entah apa alasannya. Mingyu dan Seokmin melempar kontak mata satu sama lain. Seokmin dengan tatapan sinisnya, Mingyu dengan tatapan penuh bingung.

"Kalau tidak ada yang ingin dibicarakan, nanti saja. Kami sendiri pun sibuk dengan proyek kami sekarang," titah Wonwoo dengan tenang.

"Kim Mingyu!"

Seokmin berbicara tanpa memberikan keterangan yang membuat kondisi jadi semakin membingungkan. Pemuda itu sinting atau bagaimana, sih?

"Tidak ada yang dibicarakan, kan? Aku dan Mingyu mau beli kudapan untuk disantap bareng. Sampai jumpa nanti, ya."

Tangan Mingyu ditarik oleh Seungcheol. Yang lebih tua melangkahkan kakinya secepat yang dibisa membuat Mingyu kewalahan karena belum bisa mencerna situasi yang terjadi, tadinya.

"Kalian biarkan Mingyu bersama lelaki itu?!" tanya Seokmin dengan suara yang sedikit meninggi. "Kau populer, semua orang juga tahu ketika kau berubah pikiran dan membiarkan Mingyu begitu saja," respon Vernon.

Menyesal.

Seokmin menyesal. Ia seakan memberi kesempatan pada Seungcheol untuk mendapatkan Mingyu yang manis tersebut. Ia berbalik dan meninggalkan pendopo, meninggalkan dua orang pemuda yang masih santai saja kemudian Wonwoo kembali menggoda Vernon seakan tak ada yang terjadi tadi.












"Ah, jadi begitu."

Seungcheol menganggukkan kepalanya paham. Menyimak cerita Mingyu membuat waktu yang harus mereka tunggu saat membeli sosis bakar saat ini jadi tidak terasa. Mingyu hanya mengangguk lemah.

Seungcheol tersenyum tipis dan merangkul Mingyu, "Yo Kim Mingyu! Ayo semangat! Kamu punya banyak teman, termasuk saya, ya kan?"

Kasarnya, wajahnya dengan Seungcheol terpaut dekat. Dalam jarak sedekat ini, Mingyu bisa memperhatikan helai demi helai lembutnya bulu mata Seungcheol yang lentik pun bibir agak mengering milik lelaki bermarga Choi tersebut.

Manis, pikir Mingyu.

"Ish, Mingyu, mulai melamun lagi." Seungcheol membayar sosis bakar yang mereka beli dan menyikut perut Mingyu pelan untuk menyadarkan Mingyu dari lamunannya.

Tubuh mungil meski sedikit kekar, wajah manis, sikap terbaik, bersahaja, bersahabat, cerdas, kritis, peduli. Choi Seungcheol adalah sosok sempurna bagi Mingyu. Belum lagi surai lembut Seungcheol yang beraroma buah-buahan dan lembut meski terlihat acak-acakan.

Mingyu hanyut dalam pikiran sembari atensinya tertuju pada Seungcheol yang berjalan didepannya, tak sadar bahwa sepatu putih yang Ia kenakan sudah tak putih lagi karena menginjak genangan air berkali-kali.

"Hyuuunggg!" Mingyu langsung sadar begitu merasakan kakinya basah dan merengek tak jelas yang dihadiahi tawa dari Seungcheol.


Melamun terus, Seungcheol sampai penasaran dengan apa yang Mingyu pikirkan.









Sorot mata tajam penuh rasa serius itu bertemu dengan Mingyu, membuat sang tuan menjadi salah tingkah sebelum hendak melanjutkan perjalanannya.

"Permisi," ucap Mingyu cepat sembari menundukkan kepala. Baru saja berpikir bahwa Ia berhasil menghindar dari Seokmin, nyatanya lelaki itu kini mencengkeram pergelangan tangannya erat sekali hingga membuat Mingyu meringis kesakitan.

"Kenapa, sih?!" tanya Mingyu menghempas kasar cengkeram Seokmin dari tangannya. Mendapatkan respon tak biasa dari Mingyu lantas membuat Seokmin terkejut bukan main.

Sudah tak ada lagi Mingyu yang pemalu atau salah tingkah ketika bersamanya. Mingyu sudah terlihat tampak biasa saja.

"Maaf."

Hanya ucapan itu yang mampu diucap oleh lelaki berhidung mancung tersebut. "Jangan kasar, tidak semua orang suka diperlakukan seperti itu kecuali pemenuhan kebutuhan seksual mereka."

"Kenapa menjauh?"

Suasana menjadi hening tatkala pemuda bermarga Lee itu menghujam Mingyu dengan pertanyaan mendadak. Mingyu menghela nafasnya pelan, "Sesuai dengan ucapanmu, kan? Aku juga mencoba bersikap biasa saja setelah pembatalanmu terhadap hubungan kita kedepannya nanti, Seokmin-ssi."

Tanpa perlu dijelaskan dengan rinci, Seokmin bisa paham pembicaraan Mingyu mengarah kemana. Ia menganggukkan kepalanya pelan, mengerti dan menerima pendapat dari Mingyu.

"Kenapa harus Choi Seungcheol? Kenapa harus Jeon Wonwoo? Kenapa harus Chwe Hansol?"

"Urus urusanmu sendiri, Seokmin-ssi. Mereka teman-temanku. Ah, aku akan terlambat masuk kelas. Maaf, aku izin permisi. Semoga harimu menyenangkan, Seokmin-ssi!" Mingyu membungkukkan badannya dan berlalu bergitu saja.

Membiarkan Seokmin sibuk bergelut dengan benak sendiri.

SEOKGYU: PopulerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang