Bab 1

111 24 22
                                    

Hari Pertama
❤❤❤

"Karena setelah keributan terjadi kedamaian. Setelah kesedihan timbullah kebahagiaan. Setelah kegundahan timbullah ketenangan. Dan setelah pertengkaran timbullah rasa sayang."

•••


"Banggg cepetan dong mandinya, udah jam setengah tujuh niii!" Teriakan gadis itu menggelegar sampai ke tetangga.

Gadis itu bernama Ainiya Faida Azzahra. Ainiya sangat cantik dengan bulu mata lentik, hidung mancung, bibir tipis, kulit putih bening, serta dua gigi gingsul yang menghiasi senyumnya. Tubuhnya kecil dan tidak tinggi, tapi sangat lincah. Suaranya cempreng saat berbicara dan merdu saat bernyanyi. Gadis penyuka warna biru ini terlihat sangat menggemaskan di umurnya yang masih empat belas tahun.

Drama pagi hari selalu saja dimulai dengan keributan dari dua bersaudara ini, Ainiya dan abangnya Atha. Itu karena di rumah Ai hanya ada satu kamar mandi. Padahal Ai sudah meminta untuk dibuatkan kamar mandi lagi, tapi umminya hanya menjawab "Berbagi itu indah, Ai". Alhasil sekarang Ainiya hanya bisa pasrah menunggu abangnya di depan pintu kamar mandi sambil teriak-teriak dan menggedor-gedor pintu.

Hari ini hari pertama Ainiya dan juga Atha masuk sekolah setelah berminggu-minggu tidak berangkat sekolah. Bukan bolos sekolah ataupun kena skors. Tetapi memang libur sekolah akhir semester. Hari yang dinanti Ai setelah sekian lama terjebak bersama abangnya yang super menyebalkan itu. Apalagi hari ini Atha sudah berbuat ulah lagi. Tapi, akhirnya ia kesal juga mendengar teriakan adiknya yang cempreng itu. Ia pun segera keluar.

"Ihhh ganggu aja lu, Aipong!" umpat Atha kesal.

"Yeee egois banget si, besok-besok kalo mandinya lama tu mending aku duluan aja deh,"

Atha sama sekali tidak menggubris perkataan Ainiya. Dia pergi tanpa rasa bersalah meninggalkan Ai yang masih terus sibuk mengoceh mengomelinya. Bodo amat, pikirnya. Ai yang merasa terabaikan, segera ia bertindak, tangan kanan Ai bergerak memegang dayung ingin balas dendam.

Byuurr

Ai menyiram Atha tepat mengenai bajunya yang kering menjadi basah kuyup. Tawa Ai tak bisa ditahan lagi, ia tertawa sampai perutnya sakit. Melihat badan abangnya berbalik, tak perlu aba - aba lagi Ai langsung menutup pintu kamar mandi.

"Awas lu, Aipong!" murka Atha.

Begitulah drama pagi Ainiya yang tidak akan pernah usai. Ainiya tak perlu membutuhkan waktu lama seperti abangnya untuk mandi, dia hanya butuh waktu 15 menit. Tapi, kali ini dia akan mempercepat pekerjaannya di dalam kamar mandi menjadi 7 menit saja. Tepat! 7 menit semua terselesaikannya.

***

Hampir saja Ai terlambat karena ulah abangnya itu. Kurang lebih pukul 06.50 dia sampai di sekolah. Seorang Ainiya seakan seperti bunglon yang bisa beradaptasi. Saat waktunya hampir habis, dia akan melesat secepat kilat. Namun, saat waktunya masih banyak dia akan bersantai menikmati suasana dan pemandangan pagi yang cerah. Tapi tetap saja dia pasti akan sampai di sekolah pukul tujuh kurang sepuluh atau lima menit. Tidak bisa diubah.

Di semester kedua kelas delapan ini, Ai harus menghadapi hari - hari tanpa sahabatnya yang baik dan ceria. Oktober lalu sahabatnya pergi meninggalkan Ainiya selamanya dijemput oleh malaikat izrail. Tidak ada kata - kata yang bisa diucapkan untuk menggambarkan betapa terpukulnya dia saat itu. Heran, terkejut, cemas, sedih, percaya dan tidak percaya. Tetapi dia tak ingin terus terpuruk dalam kesedihan. Tidak ada yang perlu disesali. Dia yakin pasti sahabatnya itu sudah tenang. Semua sudah takdir. Semua yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Ya, semua yang ada di dunia ini hanya titipan, kapan saja Tuhan pasti bisa mengambilnya lagi.

Part of Fisabilillah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang