11. Cemburu🌻

1.7K 186 21
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

---

"Ck, mulai lagi ...."

----

Setelah selesai istirahat, Raffa dan Nazhira kembali berjalan menuju kelas. Di sepanjang jalan dekat lorong, para murid lelaki tak henti-hentinya menggoda Nazhira. Selain mempunyai paras yang cantik, ia juga sangat ramah terhadap siapa pun. Dan Raffa tidak menyukai itu.

Sudah seperti majikan dan pengawal, Raffa menatap tajam siapa saja lelaki yang membalas senyuman Zhira. Ia sengaja berjalan di belakang gadis itu agar bisa memperhatikan gerak-gerik di sekelilingnya.

Sudah tertancap dalam diri bahwa ia akan melindungi Nazhira apa pun yang terjadi. Dan janji itu, belum pernah ia ingkari dari zaman taman kanak-kanak dahulu.

Kadang lucu juga ketika mengingat kejadian di mana Raffa mencium Zhira waktu lalu. Di mana Deven -ayah Nazhira- dengan tegas membenci Raffa karena berani mengambil first kiss putri kesayangannya. Namun sekarang, lelaki itu justru meminta Raffa agar menjaga Zhira dan selalu ada di dekatnya.

Ternyata seunik itu jalan hidup mereka. Dan Raffa tidak pernah menyesal telah mendaratkan ciuman tersebut pada Nazhira. Justru ia merasa bangga karena menjadi sosok pertama dan satu-satunya orang yang berhasil mendapatkan kesempatan paling langkah tersebut. Ya, walaupun dengan alasan tidak disengaja.

"Zhi, pulang nanti kerjain PR Bu Dewi, yuk?" ajak Raffa yang kini duduk berhadapan dengan Zhira. Dari sekian banyak manusia yang ada di dunia ini, hanya Raffa-lah yang memanggil Zhira dengan tiga huruf di awal namanya.

"Yang ada sampai rumah kamu bukan malah ngerjain tugas, tapi main game sama Lais dan Daddy," jawab Zhira seakan sudah hafal bagaimana kebiasaan seorang Raffa ketika berada di dalam rumahnya.

"Ya nggak apa-apa, lah. Kalo tugasnya udah kelar 'kan bebas mau main game sepuasnya," balas Raffa

"Bo'ong banget!"

***

"Om Danieeeel!!!" teriak Zhira ketika mendapati paman kesayangannya sedang berdiri di pagar sekolah seorang diri. Gadis itu berlari menuju Daniel dan meninggalkan Raffa yang sebelumnya berjalan beriringan dengannya. Zhira tahu, Daniel pasti sengaja ke sekolah untuk menjemput mereka.

"Ck, mulai lagi...," ucap Raffa malas. Ia ikut menghampiri Daniel dengan langkah kaki biasa. Tidak seantusias Nazhira ketika menyambut kehadiran pamannya.

"Hai, Cantik," sapa Daniel sembari mengusap lembut pipi keponakannya.

"Om nggak kerja, ya? Pasti disuruh Mommy buat jemput kita?" Gadis cantik itu sudah tahu jawabannya namun masih saja bertanya.

"Iya, Om baru saja pulang kerja tapi langsung jemput kalian. Yuk kita pulang," ajak Daniel pada dua sejoli di hadapannya.

Zhira mengangguk. Hendak mengikuti Daniel dari belakang namun tangannya dengan cepat dicengkram oleh Raffa. Seketika gadis itu meringis kesakitan dan menghentikan langkahnya.

"Aaaaww! Kenapaaa??!" tanya Zhira kesal.

"Aku jalan duluan, kamu di belakang," ucap Raffa memerintah.

Seketika dahi Zhira berkerut tak suka. Aneh sekali teman idiotnya ini, di mana-mana perempuan dilindungi dan disuruh jalan paling depan. Namun, yang dilakukan Raffa malah sebaliknya.

"Tunggu apa lagi? Ayo," ajak Daniel ketika menyadari Zhira dan Raffa masih diam di tempat.

***

Di perjalanan menuju pulang ke rumah, Zhira asik berbincang dengan pamannya yang tengah menyetir di kemudi depan. Sedangkan ia dan Raffa duduk di kursi belakang. Gadis cantik itu dari dulu memang sangat dekat dengan Daniel. Ia selalu nyaman bercerita tentang apa pun kepada Daniel, menggantikan posisi sang daddy yang sering berada di pesawat udara.

Saking asyiknya mengobrol berdua, mereka tak sadar kalau kini Raffa sedang memperhatikan gerak-gerik keduanya. Diajak mengobrol pun ia hanya menjawab ala kadarnya. Karena sedari dulu, Raffa memang tidak menyukai Daniel. Entah kenapa wajahnya selalu berubah masam ketika bertemu dengan Daniel.

Dari sekian banyak lelaki yang mendekati Zhira, hanya Daniel-lah yang tak bisa ia kalahkan. Padahal, logikanya sederhana. Mereka berdua hanyalah seorang paman dan keponakan yang memang sudah akrab karena mempunyai status keluarga. Wajar bukan? Seharusnya Raffa tahu itu.

"Jadi gimana, Raff?" tanya Daniel memecahkan lamunan Raffa yang sedari tadi hanya memandang ke arah jendela.

"Haaa?" tanya Raffa spontan. Tak paham dengan pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Daniel.

"Om Daniel nanya, kamu 'kan sering ikut main basket. Mau ikut perlombaan di Jakarta, nggak?" sambung Zhira menjawab kebingungan Raffa.

"Enggak," jawabnya cuek.

"Kenapa? Kesempatan langka disia-siain," lanjut Zhira kemudian.

"Mending aku main game sama Om Deven dan adik kamu. Lebih seru," lanjut Raffa tanpa memperdulikan tatapan Daniel yang melihat dari arah kaca mobil.

Lelaki dewasa yang masih berstatus lajang itu hanya mengembangkan senyum geli. Ia tahu Raffa tak begitu suka dengannya. Dari tingkahnya saja sudah sangat ketahuan kalau Raffa menyukai anak gadis kesayangan Deven dan Kaila.

"Om antar sampai depan sini aja, ya...." Daniel menghentikan mobilnya tepat di depan rumah milik Deven.

"Lho, Om nggak masuk dulu?" tanya Nazhira sebelum membuka pintu mobil.

"Om masih ada urusan, nanti kalau sudah selesai baru balik lagi," jawab lelaki itu.

"Makasih, Om. Kita masuk dulu," ucap Raffa memotong percakapan antara paman dan keponakan itu. Ia semakin jengkel tanpa sebab dan memilih untuk keluar lebih dulu.

Nazhira berdecak kesal. Raffa sungguh sangat tidak sabaran. Mau tak mau ia pun ikut turun dari dalam mobil setelah berpamitan dengan Daniel.

"Salam sama Mommy dan Daddy di dalam ya, Chira...," pamit Daniel sebelum benar-benar pergi.

"Oke!!!" balas Zhira kemudian masuk ke dalam rumah.

"Kok sendiri? Om Danielnya mana?" tanya Kaila ketika mendapati putri sulungnya baru saja pulang sekolah.

"Om Daniel pamit langsung pulang. Katanya lagi ada kerjaan."

"Ohh, gitu. Kalian cuma berdua? Raffa nggak ikut?"

"Raffa udah pulang ke rumahnya, Mommy. Masa mau ikut masuk ke rumah kita juga?"

Kaila tersenyum menanggapi. "Ya sudah, kamu ganti baju gih habis itu makan," perintah Kaila pada putri sulungnya. Sosok mungil yang dulu masih bisa ia timang, kini bertumbuh menjadi gadis cantik dan digemari banyak orang.

☔☔☔

Setelah membaca, dimohon untuk kasih bintang dulu ya, teman-teman. Karena itu gratis!

Kalau ada kata yang membingungkan, ataupun typo yang bertebaran, dimohon dengan sangat untuk memberi tahuku agar aku bisa memperbaikinya.

Terimakasih sudah membaca😄
Jangan lupa komentarnya juga

BAD FATE (End✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang