50. Rencana 🌻

1K 143 34
                                    

Sebelum membaca, utamakan ibadah dan kewajiban terlebih dahulu.

A story by
DINDA VIRANI

☔☔☔

Naura menyandarkan punggung di dinding pintu kamar sel. Kedua kaki ia biarkan terulur agar mendapat posisi paling nyaman, sedang tangan lentiknya sibuk membolak-balikkan buku yang dipinjam oleh Ustadzah Rahma kemarin.

Di hari minggu seperti ini, para narapidana Lapas akan bebas melakukan aktivitas apa pun sesuai dengan keinginan masing-masing. Berhubung gas tabung di dapur umum sedang habis, dan benang wol yang biasa ia gunakan untuk merajut hilang entah ke mana, pada akhirnya wanita itu memilih untuk membaca buku.

Oh iya, Ada satu kabar baik yang belum diumumkan oleh Naura untuk para pembacanya. Tepat berapa minggu lagi, mungkin selang 25 hari ia akan terbebas dari masa tahanan.

Semua penantian itu tentu saja berkat kerja keras selama ini. Ia selalu mendapat pengurangan waktu jika berhasil mengumpulkan poin dengan jumlah yang banyak, berbuat baik terhadap sesama, dan melakukan hal-hal positif selama berada dalam penjara. Masa tahanan yang harusnya beberapa tahun lagi di perpendek menjadi beberapa minggu lagi.

Karena itu, Naura ingin menghabiskan waktu sebaik mungkin sebelum benar-benar meninggalkan Lapas tersebut.

Jika diingat-ingat, dulu ia sangat membenci tempat terkutuk yang di juluki neraka dunia ini. namun sekarang, rasanya enggan meninggalkan tempat sempit itu karena sudah terbiasa dengan lingkungan sekitar. Benar kata orang, butuh waktu yang lama bagi setiap manusia untuk menyesuaikan diri di mana pun ia berada.

Apalagi di tempat inilah pertama kali ia belajar Islam, belajar banyak sekali ilmu pengetahuan dan hal-hal positif dari Ustadzah Rahma. Suatu saat nanti ia pasti akan sangat merindukannya.

"Naura, ada yang ingin bertemu."
Tiba-tiba saja seorang penjaga Lapas datang menghampiri.

"Siapa, Pak?"

"Sepertinya orang tua kamu. Beliau menunggu di ruang tamu tahanan." Wajah yang semula berseri itu berubah suram. Naura mengambil napas lalu menghembusnya pelan.

"Baik, Pak. Saya ke sana," katanya berjalan mengikuti sang petugas dari belakang.

Sampai di ruang tamu, kedua netranya menangkap Pak Iwan datang seorang diri. Ia sedikit bersyukur tidak ada Ferdy yang mengikuti.

"Papa?"

PLAAAK!!!

Satu tamparan keras mendarat di wajah cantiknya. Semua orang yang ada di ruangan terbuka itu langsung menatap ke arah mereka berdua.

Sembari memegang pipi yang terasa panas, mata Naura membulat sempurna. Siapa sangka kehadiran sang papa hanya untuk menamparnya di depan orang ramai seperti ini.

"ANAK KURANG AJAR!!!" umpat Pak Iwan dengan amarah tiada tara, "berani-beraninya kamu pergi dengan lelaki itu!!!"

Naura mengatur degup jantung yang sedari tadi naik-turun tak beratur. Berusaha menahan sakit yang teramat dalam atas perlakuan ayah kandungnya.

"Papa udah muaaak dengan sikap kamu, Nauraaa!!!! Dari awal seharusnya Pa—"

"Cukup, Pa!!! Cukup!!!!" potong Naura dengan suara lantang.

"Aku capek nurutin kemauan Papa selama ini!!"

"Aku capek terus-terusan diatur kayak gini!!"

"Papa nggak punya hak ngelarang aku pergi dengan siapa pun!!!"

BAD FATE (End✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang