2. Jalan Buntu

162 64 15
                                    

▁ ▂ ▄ ▅ ▆ ▇ █ 𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐈𝐍𝐆 █ ▇ ▆ ▅ ▄ ▂ ▁

PART 2: Jalan Buntu

"Pak, bagaimana perkembangan dari kasus ini? Apakah pihak kepolisian sudah mendapat kabar tentang keberadaan Tamara?" tanya Kansha yang duduk di samping Geva saat berada di kantor kepolisian.

"Saat ini, kami belum bisa memastikan di mana saudari Tamara berada. Namun, pihak intel memberikan informasi bahwa ada salah satu tempat yang sangat mencurigakan," jawab kepala kepolisian Fantasy City itu.

"Jadi, apa lagi yang harus kita tunggu? Kenapa tidak langsung kesana saja?" tanya Geva.

"Gev, ini gk gampang. Kita benar-benar harus tahu lebih dalam dulu," ujar Kansha mencoba mengingatkan dan menenangkan partnernya itu.

Geva hanya membuang napas kasar. Ia merasa greget sendiri dengan informasi yang mereka dapatkan. Pihak kepolisian juga belum bisa mengambil tindakan lebih karena informasi yang mereka dapatkan masih sedikit.

Kini mereka hanya bisa menunggu. Merasa sudah sangat suntuk, Geva kemudian keluar dari kantor tersebut. Melihat hal itu, Kansha kemudian mengikuti arah langkah Geva.

"Ngapain?" Geva bersuara tanpa menengok ke belakang. Ia tahu bahwa seseorang mengikutinya yang tak lain adalah Kansha.

Kansha sedikit terkejut mendengar suara Geva, "G-gue pengen keluar juga, kenapa?"

Keduanya terhenti di depan Indopoin. Tanpa berpikir panjang, Geva langsung berjalan untuk masuk. Sedangkan Kansha, ia menjadi bingung dan akhirnya memilih untuk ikut bersama partnernya itu.

"Masuk kesini gue mau beli apa?" Kansha bermonolog. Ia kemudian berjalan menyusuri lorong-lorong Indopoin meskipun tidak tahu akan membeli apa.

bruukkk...

"Awwsss," Kansha meringis pelan.

"Aduh, kalo jalan pake mata dong. Sakit nih kepala gue ah," Geva bergerutu sambil memegang kepalanya.

"Sorry, gue gk sengaja. Jidat gue juga sakit kali," balas Kansha sedikit kesal.

"Mangkannya jalan hat—, Kansha?!"

"Anjir, Geva?"

"Tuh kan, lo ngikutin gue."

Perempuan di depannya hanya melihatnya sambil mengerutkan keningnya. Ia memutar bola mata malas, "Iyaa gue ngikutin lo, ya gue bingung aja. Gk ada temen buat ngobrol."

Geva tertawa sumbang, laki-laki itu kemudian berjalan ke arah kasir untuk membayar apa yang dibelinya. Kansha tersenyum paksa melihat kelakuan partnernya itu.

Keduanya sudah duduk di kursi depan Indopoin. Masih terdiam dengan pikiran masing-masing, hanya ada suara kendaraan dan orang-orang yang berlalu-lalang di jalanan.

"Kansha, Kaneisha Vanuzella. Kita dari kampus yang sama, tapi fakultasnya beda. Kita ketemu disini terus jadi partner kerja," ucap Geva memecahkan keheningan di antara keduanya.

Kansha hanya tersenyum mendengar ucapan Geva yang tiba-tiba. "Emangnya kenapa?"

"Gk ada sih, cuma agak heran aja kalau ternyata masih ada orang seperti lo yang gabung di Kanaraga."

"Gue udah lama ada disana, tapi emang kita aja yang gk pernah ketemu," balas Kansha.

"Iya sih, gue juga udah lama ada disana."

"Btw, lo tau sistem kelas terpisah dari Stargazer?" tanya Geva membuka topik pembicaraan baru.

"Iya tahu, kenapa?"

Hole Of Reality [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang