Chapter.6🕊️

27 5 0
                                    

Disisi lain, aku tetap menulis kala itu. Plano putih itu sudah tercoret tinta hitam milik pena pekat itu, sudah tertulis 1.973 kata malam itu. Ku buka jendela kaca ku, ku lihat banyak bintang di langit itu, tapi.. yang ku perhatikan hanya satu. Terlihat sangat jauh, menyendiri, namun paling terang. Aku berandai, malam ini akan berlangsung lama. Semakin malam, rasanya pena itu memanggilku, dan jemariku mulai mencoba untuk menulis di tengah malam itu, hingga aku terlupa, jika ibu esok akan menua, iya benar, bahwa ibu besok akan bertambah usia.
Ku tunda untuk melanjutkan coretan ku, aku mulai merenung, apa yang akan ku siapkan pada ibu besok pagi, ku terpikir untuk menyanyikan lagu, dan memberi ibu puisi kala itu, namun rasanya tak cukup, jadi ku putuskan untuk menambahkan titup lilin setelahnya. Bergegas ku ambil celengan babi tanah liat ku, tak lama, ku pecahkan di malam itu jugaa, setelah ku hitung, setidaknya aku bisa membelikan ibu kue, dan lilin sebagai pelengkapnya.
Ku taruh uang itu di dompet merah jambu pemberian ibu, dan besok pagi, ingin ku membelikan kue tiramizu kesukaan ibu, dan sepulang ibu kerjaa, aku akan membuat ibu merasakan betapa indahnya malam itu, dan tentu aku akan membuat ibu berpikir bahwa aku tak pernah lupa akan ulang tahunnya. Ku coba untuk memikirkan dan mengerjakannya dengan matang, hingga lupa, itu sudah larut malam, dan segara ku liat jam di dekat lampu tidurku

 Ku coba untuk memikirkan dan mengerjakannya dengan matang, hingga lupa, itu sudah larut malam, dan segara ku liat jam di dekat lampu tidurku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Emmm... ternyata waktu menunjukkan pukul 00.00 PM, aku bergegas untuk tidur sembari memadamkan lampu tidurku.

                              ...💤💤...

Pagi tiba, aku terbangun pukul 07.30 hari itu, aku berpikir untuk membuat ibu kesal pagi ini, dan ibu akan bergegas pergi meninggalkanku. Hemm... ibu memanggilku, dan ini akan lebih mudah membuat ibu kesal.

"Putrii... Putrii...." teriak ibu memanggilku.

Aku akan tetap menghampirinya, namun dengan jalan yang cukup lama, hingga ibu mulai kesal

"Putriii, cepat nakkk" teriak ibu yang semakin keras

Aku berjalan lebih lama lagi, lebih lama dann semakin lamaa, namun, aku kesal, karna ibu selalu sabar menungguku, hingga akhirnya, ibu yang menghampiriku.

Seketika ku ubah alur drama ku, dan sekarang, drama ku akan lancar

"Putri, ibu panggil dari tadi, kau tidak mendengarnya? Nak ibu akan berangkat kerja 10 menit lagi, jadi ibu minta kamu membersihkan kamarmu, dan menyapu sampai halaman depan yaa" ujar ibu.

Itu memang tugasku, namun pagi itu, aku tak menjawab ibu sedikitpun, dan aku sudah membuat ibu benar-benar kesal, karna aku asik tiduran di sofa, dan memainkan ponselku. Sampai akhirnya ibu marah kepadaku, tapi tidak dengan memukuli ku, ibu hanya menatapku dengan tatapan tajamnya dan berakhir dengan menghiraukan ku, setelahnya ibu pergi tanpa memberiku kecupan pada keningku.

Rasanya sangat takut pagi itu, karna aku tak pernah melakukan itu sebelumnya, dan setelah ibu pergi, aku bergegas membersihkan kamarku, dan segera menyapu hingga ke halaman depan. Setelah tugasku selesai, ku ambil pena dan plano ku

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐏𝐮𝐭𝐫𝐢 𝐊𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐈𝐛𝐮 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang