9 B&P

15 5 0
                                    

Happy reading!!

--------------------

"Shh...." Ringis Dev saat lukanya diobati oleh Ratna.

Mereka berada di UKS karena disuruh untuk membersihkan luka Dev itu. Sudah 30 menit  Ratna membersihkannya tapi masih ada saja luka yang belum diolesi obatnya, sehingga membuat Ratna harus teliti.

"Kenapa gak lawan sih!, Lo juga cowok,kekar pula, pasti juga punya tenaga. Jangan diem aja, tadi bukan salah lo, harusnya lo bisa jelasin yang sebenarnya, orang tadi cuma salah paham!!" Kesal Ratna sambil memarahi Dev.

"Udah nanti lo diem, biar gue yang jelasin. Lo sih cowok pendiem amat!!"suruh Ratna mengembalikan kotak obat ke tempatnya dan menarik Dev pergi ke ruang konseling.

Sebelum ke UKS mereka diminta pergi ke BK setelah membersihkan luka Dev. Jangan lupa dengan baju yang cukup basah, membuat badan Ratna menggigil.

Dengan inisiatifnya, saat di tengah lorong Dev menuju sebuah ruangan yang didalamnya terdapat loker cowok.

"Pakai"Dev menyampirkan jas almamater di pundak Ratna.

Jangan tanya expresi Ratna, ia sangat syok jantungnya seakan jatuh kelantai.

"M-ma-makasih"ucap Ratna kaku,dan gugup.

Tanpa bicara mereka meneruskan langkahnya ke lorong menuju ruang konseling. Disan sudah ada Rey yang menunggu dengan expresi yang tidak bisa dibaca antara cemburu,kecewa,marah,sakit hati semua menjadi satu.Tatapannya sendu, tajam, dan menukik siapapun yang melihatnya.

Ratna sama halnya, ketakutanyya pada Rey makin memburu. Ia tau pilihan ini akan sangat memungkinkan hubungan mereka runtuh, tapi kebenaran harus dinomor satukan.

"Silahkan duduk dan jelaskan"suruh guru konseling.

Ratnapun duduk disusul dengan Dev berada di sebelahnya.

Rey yang melihat sungguh sangat kesal,ingin rasanya dia mengumpat,dan menarik Ratna untuk duduk disampingnya ,tapi disini ada guru yang mengawasi mereka.

"Jadi bagaimana?"tanya guru konseling lagi

"Ekhm,tapi ini agak privasi bu"Ratna

"Gapapa ceritain aja"kata guru konseling lagi.

"Jadi...... " Belum sempat Ratna menjelaskan suara berat sudah memotongnya dengan kalimat super menyakitkan.

"Pacar saya selingkuh" jelas Rey bernada tajam dengan muka tegas.

"Enggak! Ini tuh salah paham! Rey lo belum lihat dari awal kan?" Sangkal Ratna.

"Jelas-jelas gue lihat lo pelukan sama nih cowok, kurang bukti apa lagi? Hm! Dasarnya lo emang murahan!"

Deg

Kalimat yang sangat dihindari Ratna, karena saat mendengarnya hatinya terasa seperti ditusuk, diremas, seakan tidak punya harga diri sampai dirinya di sebut cewek murahan.

"Lo belum dengerin penjelasannya" jelas Ratna lagi dengan penekanan disetiap kalimatnya, dan sulutan amarah yang ingin segera mencaci Rey balik.

"Gimana sih kalo urusan pribadi gini nggak perlu ke sini.saya nggak ngurusin masalah kayak gini. Eh Rey kamu nggak perlu juga tonjok-tonjokan sesama temen apalagi cuma gara-gara cewek, dan kamu Ratna kalo satu udah cukup kenapa pilih dua?. Saya berkali-kali lihat anak-anak remaja kek gini cuma masalah sepele juga kalian juga nggak mungkin sampai kejenjang menikah. Kalo masalah kek gini ibu nggak bisa bantu, silahkan kalian keluar"

Mendengar penjelasan dari guru konseling Ratna semakin emosi tapibsemua ucapannya itu benar kecuali 'kejenjang menikah' hahaha ya mungkin nggak sekarang tapi siapa tahu tuhan menjodohkannya pada lelaki didepan yang nyeselin,sering buat emosi tapi Ratna tetep cinta.semoga aja.

Rey keluar dulu dengan langkah lunglai.kemudian disusul Ratna yang mungkin ingin menjelaskan permasalahanya sekaligus.

"Ara kena bully"

Belum sempat Ratna dan Rey keluar dari ruang tersebut suara seorang terdengar menjelaskan dengan sangat singkat, tapi membuat perhatian guru konseling mengarah padanya.

"Siapa Ara?" Tanya guru konseling.

"Citaratna" jawabnya dingin.

"Ratna duduk dan jelaskan" perintah guru konseling, tapi bukan hanya Ratna yang duduk disusul juga Rey yang ingin mengetahuinya.

"Saya difitnah, kemudian kena bully, dan tadi saya sempet jadi bahan olokan" jelas Ratna tak lupa matanya yang mulai berlinangan air.

"Ya mungkin itu pantas"

Sebuah kalimat yang membuat Ratna,Rey,dan tentunya Dev tak habis pikir.
Secara bersamaan mereka menatap bingung pada guru konselingnya ini.

"Apa? Pantas kata ibu, ini itu pembulian!, Dan itu tidak disarankan di sekolahan bahkan tidak boleh ada! Gimanasih jadi guru konseling nggak becus banget!" Ratna sembari marah-marah tidak jelas jangan lupa ucapan terakhirnya membuat guru itu menatap Ratna garang.

"Kamu sadar apa yang kamu lakukan selama ini?, Saya tau latar belakang mereka yang membully kamu, saya juga tau motif mereka. Teman-teman kamu hanya ingin kamu sadar Ratna bahwa kamu banyak mempunyai kesalahan, makanya saya hanya bisa melihat tanpa mendukung apalagi membela kamu,Ratna"jelas panjang guru konseling membingungkan otak Ratna yang sekejap konslet karena ucapan orang yang lebih tuda didepannya ini.

"Maksud ibu, saya sering ngelakuin kesalahan gitu?, Bu sebagai manusia kita nggak akan pernah lepas dari kesalahan, bukankah kita bisa saling mengingatkan. L bukan dengan cara seperti ini untuk menyadarkan seseorang apalagi membully? What! Sangat kekanakkan." Bela Ratna pada dirinya sendiri dengan memberi solusi yang tentunya tidak berguna bagi dirininya juga karena siapa saja akan tau sifat seorang Citaratna Wulandari.

"Saya sudah menduga ini, tapi cara yang kamu katakan barusan tidak berguna untuk kamu sendiri Ratna, cobalah lagi untuk berfikir dewasa masalah seperti ini seharusnya bisa di tangani sendiri. Saya hanya bisa kasih saran supaya kamu mulai memikirkan diri sendiri mengapa kamu menjadi seperti ini, sehingga mereka mencoba menyadarkan kamu. Mungkin hanya beberapa dan lainnya hanya ikut dengan motif yang berbeda,saya harus mengajar silahkan keluar dari ruangan ini" jelas panjang lebar guru konseling yang sedikit menyadarkan Ratna.

Mereka bertiga keluar dari ruang konseling tsb. Dan berjalan dilorong menuju kelas masing-masing.tapi saat di tengah jalan seseorang membuka suaranya.

"Lo denger kata bu Emma?, mulailah nyadarin diri sendiri jangan egois,jangan keras kepala,Jangan sombong,jangan berlebihan,sikapnya diperbaiki bukanya ngelawan pake keras-kerasan suara. Cepet sadar!" Kata pedas dari Rey menghentikan langkah Dev dan Ratna. Tapi setelahnya Rey pergi dari dua sejoli yang masih mematung itu.

'Apa gue sejelek itu? Sifat gue, bukanya itu  karakter , pembentukan diri gue sendiri kenapa sikap harus disalahkan. Bukannya semua orang boleh beda-beda? Seenggaknya gue masih bisa jadi seorang yang bisa diakrabin sama siapa aja.! Karna itu karakter gue!' batin Ratna menggetarkan seluruh badannya, air matanya keluar tanpa perintah, isakan demi isakan keluar dari mulut mungilnya.

------------------

+970 kata.

Thanks for reading🙏
Vomen!
📷Ig: -aaaggguuussstttiiin
            -agustina_1217

BUKU dan PENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang