10B&P

20 5 0
                                    

Happy reading :)

-------------------

"Kamu nggak papa?"tanya Dev ditengah isakan Ratna,membuat Ratna diam.

Setelah Rey mengatakan beberapa kalimat yang cukup membuat hatinya sakit kemudian pergi tanpa tahu keadaan Ratna sekali lagi ia dibuat menangis setelah tadi dan sekarang.

Isakan kecilnya tak pernah berhenti menggema di setiap lorong yang sepi,tanpa diketahui orang-orang namun diketahui cowok disampingnya itu.

"L-lo pikir gue n-nggak papa?, Mata lo bisa ng-elihat kaga?" Ketus Ratna kamudian berlalu dari hadapan Dev.

Baru beberapa langkah tangan Ratna sudah dicekal dahulu oleh Dev kemudian berlari melewati lorong entah menuju kemana, yang jelas Ratna kebingungan dia juga tidak bisa menyesuaikan langkah kakinya dengan Dev sampai sesekali dia terlihat oleng maupun seakan ingin terjatuh tapi untungnya Ratna bisa menjaganya.

"Huh..... L-lo gila" kata Ratna dengan nafas terengah-engah. Bayangkan mereka lari dari lorong terbawah sampai di Rooftop, mereka melewati seenggaknya 3 tingkat wowwww! Baru kali ini Ratna diajak lari-lari nggak jelas dan nggak bermanfaat yang ada kakinya sakit.

Dev melihat sejenak Ratna yang berusaha mengatur nafasnya, tatapannya tertuju pada kedua bola mata yang baru saja mengeluarkan air kini sudah kering akibat angin yang menghempas mengenai wajahnya namun keringat justru mengalir.

Tetap saja Dev tersenyum setidaknya dia bisa menghapus jejak air mata Ratna walau bukan dengan cara yang manis
"Gimana?" Pertanyaan Dev membuat Ratna mengalihkan pandangannya.

"Apa?" Ratna dengan wajah bingung sembari mengusap keringat diwajahnya.

"Lihat depan, pikirkan , katakan " suruh Dev  yang langsung di lakukan Ratna.

"Yaelah langit kek gini gue biasa kali, awannya diambil malaikat buat kasih rezeki ke orang sana"  jawab santai Ratna.

"Aku nyuruh untuk berpikir kemudian katakan, apapun." Sangkutnya setelah mendengar jawaban Ratna yang kurang memuaskan.

"Apapun?" Sekali lagi Ratna meyakinkan dan di angguki Dev.

"Hm...." Terlihat Ratna memejamkan matanya sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang menusuk-nusuk setiap inci wajahnya, rambut pendek nanlebatnnyapun  ikut berterbangan searah angin menghempas.

Sedangkan disampingnya Dev menikmati setiap inci wajah ciptaan Tuhan yang tidak sempurna namun dia yakin bahwa hatinya cukup sempurna. Dev percaya bahwa dibalik semua perilaku Ratna yang ada diluar tidak sama dengan dihatinya, tanpa mengerjap dan berkedip sedikitpun dengan betahnya Dev menatap wajah Ratna yang cukup imut, cantik dengan kulit putih kekuningan, rambut pendek lurus tapi cukup lebat. Membuat tatapan matanya tidak bisa teralihkan.

"Gue pingin tinggi!"pecah Ratna mengubah   pandangan Dev dengan sedikit terkikuk.

" Kenapa lo jadi setinggi ini si! Hmmm liat deh gue cuma sebahu lo!!, Oh nggak-nggak ini cuma sedada aduh dikit lagi cuma nyampe seperut," kata-katanya itu membuat Dev melongo mendengarnya.

Ia kira yang akan dipikirkan Ratna tidak sedongkol ini, mungkin Ratna bisa berpikir lebih semisal menyadari kesalahannya, bertanya tentang keadaan sekarang atau meminta solusi. Namun semua tidak sesuai expentasi.

Tapi tetap saja Dev melangkahkan kakinya lalu mengambil sebuah kotak dari kayu yang kemudian ia papankan disampingnya.

"Naik" suruh Dev mengulurkan tangannya membantu Ratna. Dan Ratna menerimanya tanpa keberatan.

"Sudah tinggi?" Tanya Dev lagi.

Ratna hanya tersenyum kemudian memejamkan mata lagi menikmati angin dan mulai berpikir keras.

"Apa yang ada dipikiran kamu?"tanya Dev.

"Gue salah,                  tapi gue juga benar"kata Ratna masih memejamkan matanya

"Apa yang salah dan apa yang benar" tanya ulang Dev.

Segera Ratna membuka mata dan mengarahkan pada Dev lalu bersiap berkata menjelaskan apa yang baru saja dia mulai.

"Gue salah karena keegoisan gue yang ingin menang sendiri, keras kepala gue yang merasa paling benar, sombong gue karena mulut ini tidak bisa dikunci"

"Lalu?"

"Gue benar, ketiga sikap itu bisa bikin gue jadi seorang yang biasa bicara dengan gitu gue nggak dianggap judes, suka tanyaan, nggak bisu aja tapi sayangnya gue suka berlebihan. Gue juga bener setidaknya gue punya hati yang bisa ikhlas saat mereka nguji gue, dan gue tau bukan mereka yang nguji tapi tuhan"

Baru tadi Dev yakin bahwa hati Ratna tidak sebanding dengan sikap luarnya yang egois,sombong, keras kepala. Dan baru saja dia membuktikannya, tuhan memang paling tahu apapun bahkan saat kita berbicara dihatipun dia mendengarnya.

"Ah... Nggak-nggak gausah pikirin Ratna!,apapun itu percaya tuhan yang paling tau rencananya! Kita manusia cuma bisa berusaha dan berdoa apa yang menurut lo baik kerjain dan yang jelek jauhin oke! Ratna semangat!!!!" Ujar Ratna menyemangati diri sendiri .

Dev semakin percaya bahwa Ratna gadis hebat penerima takdir apapun dari tuhan, perendah hati jika dengan tuhanya dan selalu percaya pada tuhannya.

"Mau bolos!?"ajak Ratna dengan mata berbinar-binar.

"Katanya mau melakukan hal-hal yang baik" balas Dev tetap dengan wajah datar tapi nada suara cukup lembut.

"Emmm, tapi ini baik buat nenangin hati dan pikiran gue, pleasss! Sekali aja!!" Tidak lupa eyesmile Ratna membuat Dev tersenyum seadanya lalu menganggukkan kepalan.

"Yesss!! Ayo!" Kali ini giliran Ratna mengambil alih untuk menggenggam tangan Dev kemudian berlari menuju kelasnya untuk mengambil tas, tidak seperti Ratna tentunya Dev bisa menyeimbangkan langkahnya.

Dubrakkl!!!

Seketika kelas hening dan semua pandangan tertuju ke arah Ratna dan Dev.

"Ratna kamu ngapainn!!"Bentak Bu Eva yang kebetulan sedang mengajar.

Tanpa menjawab pertanyaan bu Eva yang hampir menyerupai sebuah bentakan Ratna mengambil tasnya dan Dev.

"Bolos bu, sekali aja!! pleasss?! Aku pusing disekolah mulu"permintaan Ratna dengan aegyo dan pupy eyes nya. Tapi belum sempat dijawab bu Eva Ratna sudah membawa Dev terlebih dahulu.

Mereka keluar dari kelas dan mulai berlari di sepanjang koridor, tentunya dengan suara sepatu mereka yang beradu keras mengalihkan perhatian kelas-kelas lain tak sedikit murid memperhatikan mereka berdua dengan tatapan aneh dan jangan lupa para guru yang mengajar mulai kesal karena merasa terganggu. Tentu saja mereka ingin menegur kedua sejoli yang berlarian di koridor itu tapi lari mereka terlalu cepat sehingga tidak sempat untuk ditegur.

-------------------

900+ kata

Vomen

Thanks for reading 🙏

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUKU dan PENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang