1

752 50 0
                                    

"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), maka ketahuilah bahwa mereka hanyalah mengikuti keinginan mereka. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."
(QS. Al-Qasas 28: Ayat 50)

🌿🌿🌿

"Jadi akhir-akhir ini kau sering telfonan dengannya?"

Brian duduk di depanku. Menopang dagu dengan sebelah tangan. Tatapannya terasa menghakimi namun perasaan bahagiaku tak terpengaruh oleh itu.

"Yah, bisa dibilang begitu," jawabku malu-malu.

Brian menghela napas.

"Sudah ku bilang berapa kali, jauhi dia, kenapa kau tak mengerti juga?" tanya Brian, terlihat sedikit frustasi.
Aku mendengus.

"Kau terlalu memandangnya buruk Brian, dia tidak sejahat itu, kau tau aku dan dia sudah berteman hampir 3 tahun lebih," kataku membela diri.

"Dan aku mengenalmu sejak kau masih bayi, apa dia lebih berharga ketimbang aku?" tanya Brian, tersinggung.

Aku mengerucutkan bibir.

"Kau yang lebih penting, tentu saja," kataku.

Dia Brian. Sahabatku sejak masih kecil. Brian bilang dia sudah mengenalku sejak bayi, tapi aku tak ingat apapun soal dia di masa itu. Yah mana mungkin aku bisa mengingat jelas saat bayi.

Brian selalu mengikutiku. Bahkan sampai sekarang, saat aku ke luar kota untuk kuliah. Brian selalu ada, 24 jam hanya untukku.

Apakah aku menyukainya? Yah, kadang-kadang. Gadis mana yang tidak menyukai sosok pintar dan bijaksana seperti Brian? Meski kadang-kadang aku kesal juga karena dia suka lupa hal-hal sederhana. Tanggal ulang tahun misalnya. Brian bilang dia susah mengingat angka.

Dan salah satu alasanku tidak bisa menyukainya karena dia terang-terangan bilang dia tak percaya dengan cinta. Karena itulah setiap aku bercerita tentang orang yang kusukai, Brian memasang tampang masam.

"Jauhi dia, aku tidak mau mendengar tentang dia lagi," kata Brian. Mengambil kaleng soda dan menegaknya sampai tandas.

Aku menolak.

"Tidak. Aku kesepian di sini. Kau tau terkadang aku suka kangen keluargaku. Dan berbicara dengan Fathian adalah salah satu cara yang ampuh untuk menghilangkan rasa kesepian itu," jelasku, agak emosi.

Brian diam saja. Namun tatapannya terlihat berkilat.

"Sejak awal aku tak suka dia," kata  Brian membuatku langsung memutar bola mata.

"Tepatnya kau tidak suka dengan laki-laki manapun yang mendekati aku," tambahku.

Brian tersenyum.

"Jadi apa kau mau menjauhinya? Setidaknya demi aku?"

Aku balas tersenyum.

"Tentu saja.. tidak."

Brian menatapku kesal saat mendengar jawabanku.

🌿🌿🌿

Jadi ini jenis ceritanya short story. Langsung author update seluruh part nya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ehehe.

Selamat membaca 😆

Don't Trust To Much [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang