"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 32)🌿🌿🌿
"Dia sangat manis, selalu memberikanku perhatian, bahkan saat aku bilang aku lapar dia langsung mengantarkan makanan ke kos, kau salah kan? Kau itu terlalu berfikir buruk soal Fathian."
Brian menghela napas.
"Kau tau? Semua laki-laki memperlakukan semua perempuan dengan manis sampai tujuannya tercapai," katanya.
Aku melipat tangan di depan dada. Memperhatikan Brian yang malah asyik memakan kentang goreng.
"Kenapa sih kau benci sekali dengan dia? Padahal dia tidak punya salah padamu."
"Aku tidak benci dia, aku hanya merasa dia tidak baik untukmu."
"Lalu siapa yang baik untukku?" tanyaku kesal.
Brian bergumam.
"Entahlah," jawabnya tak jelas.
"Yang pasti bukan dia," katanya menambahkan lalu kembali memakan kentang goreng.
Aku menggigit bagian bawah bibir. Agak ragu untuk menceritakan sesuatu pada Brian. Dia selalu tidak suka dengan apapun yang berkaitan dengan Fathian. Lagipula sudah tau Brian tidak suka dengan semua laki-laki yang mendekatiku, kenapa aku selalu berdiskusi dengan dia setiap aku dekat dengan seseorang?
Heh, entah kenapa, aku hanya merasa dia harus tau soal apapun tentang aku.
"Kau tidak berencana akan bertemu dengannya kan?" tanya Brian santai.
Mataku membulat. Eh?
"Kenapa ekspresimu begitu? Kau tidak benar-benar berencana untuk bertemu dengannya kan?" tanya Brian lagi, sekarang dengan ekpresi kaget. Bahkan kentang yang hendak ia makan jadi tergantung di udara. Batal masuk ke mulutnya.
Aku membasahi bibir.
"...ya"
Brian mengerutkan kening.
"Apa katamu tadi?"
"I-Iya.."
"YA TUHAN! KENAPA KAU TIDAK PERNAH MENDENGARKAN NASEHATKU HAH? KAU MERASA HEBAT SEKARANG?"
Aku meringis mendengar teriakan Brian. Beberapa pasang mata jadi melihat aneh ke arah kami.
"Hei, kecilkan suara-"
"TIDAK! DASAR BODOH!"
"Kau terlalu kasar, semua orang jadi melihat kita."
Brian menarik napas. Lalu menghembuskannya pelan. Matanya berkeliling, menyadari jika semua mata di sana jadi menatap kami, dia akhirnya diam cukup lama. Sepertinya menenangkan diri.
"Aku sudah mengatakan hal ini padamu, dia tidak baik. Dia tidak baik untukmu."
Aku menghela napas.
"Hanya karena dia tidak bisa berhenti merokok dan suka nongkrong dengan teman cowoknya bukan berarti dia sejelek itu."
Brian tidak mengatakan apapun lagi. Dia hanya duduk diam sambil menyandar di kursi restoran cepat saji selama beberapa saat.
"Apa kau marah?" tanyaku hati-hati.
"Aku heran kau masih bertanya," jawab Brian.
🌿🌿🌿
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Trust To Much [SELESAI]
Espiritual"Saat cinta tak sesuai syariat." Cinta memang tak bersyarat. Tapi harus sesuai aturan syariat. Dilanggar hanya membuatmu terjerat pada hubungan yang tidak sehat. :) Selamat membaca! P.s : Cerita ini hanyalah cerita Fiksi. Bukan benar-benar terjadi...