"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)🌿🌿🌿
"Aku cukup kagum melihatmu yang tidak menangis setelah disakiti oleh orang itu."
Brian duduk di depanku. Menatapku dengan penuh senyuman. Aku menghela napas. Merasa bersalah padanya.
"Aku minta maaf, aku tidak mendengarkan nasehatmu," kataku pelan. Brian mengibaskan tangan.
"Tak masalah, jatuh cinta memang membuat kita bodoh," katanya.
"Seperti kata Agnes Monica, cinta ini kadang-kadang tak ada logika," tambah Brian membuatku tertawa sedikit.
"Lagipula tidak cuma kau saja yang seperti ini, banyak sekali orang yang tidak mendengarkan saran otaknya saat sedang jatuh cinta," kata Brian.
Aku terkekeh.
"Iya, Brian."
Brian menatapku datar.
"Namaku Brain, kalau kau lupa."
Aku tertawa lagi.
Iya benar. Selama ini Brian yang kuceritakan adalah otakku. Namanya kuubah sedikit agar kegiatanku yang suka berbincang dengan diri sendiri jadi tidak terasa membosankan. Lagi pula Brian dan Brain memiliki nama yang hampir sama kan?
"Dengar, kalau kau ingin jatuh cinta lagi, pastikan otakmu setuju dengan pilihanmu, jangan terlalu mengedepankan hati, karena hati mudah tertipu tapi otak tidak," kata Brian.
"Dan satu lagi, jika kau jatuh cinta, pastikan cinta yang kau rasakan itu tidak satupun melanggar aturan syariat, aku sudah lama hidup, jadi aku selalu tau, sesuatu yang dimulai dengan buruk, akan berakhir buruk juga. Kalau kau memilih seseorang karena dia sangat manis kepadamu saat pacaran, besar kemungkinan dia aslinya tidak bersikap manis," kata Brian lagi. Aku mendengarkan nasehatnya dengan seksama kali ini.
"Apalagi kalau sejak pacaran dia sudah berani berbicara kasar atau melakukan tindakan kekerasan padamu, jika kau lanjutkan sampai pernikahan hubunganmu akan terasa seperti neraka."
Brian berdehem sejenak.
"Kau tau tidak? Selain di panggung, manusia itu beracting saat pacaran."
Aku tertawa kecil. Brian tersenyum melihatku sudah kembali ceria.
"Setidaknya ada kabar bahagia yang kau dapatkan dari kejadian ini," kata Brian. Aku mengerjap.
"Apa?"
"Kau beruntung berada di posisi tersakiti saat ini, setidaknya kau tau lebih cepat jika dia bukan orang yang setia. Beruntunglah karena kau tidak berada di posisi selingkuhannya, apa kau bisa bayangkan? Rasa sakit yang gadis itu terima di masa depan pasti akan lebih menyakitkan."
Aku bergumam.
"Kau benar juga," jawabku.
Brian tersenyum sombong.
"Kapan aku salah heh?" katanya dengan nada menyebalkan namun berhasil membuatku tertawa lagi.
🌿🌿🌿
Apakah maksud cerita ini sampai?
Author agak cemas kalau penjelasannya agak rumit dan susah dimengerti.
:')Terimakasih sudah membaca 😆 Jika ada penjelasan yang terasa kurang tepat tolong dikomentari ya. Sampai jumpa di cerita lainnya 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Trust To Much [SELESAI]
Spiritual"Saat cinta tak sesuai syariat." Cinta memang tak bersyarat. Tapi harus sesuai aturan syariat. Dilanggar hanya membuatmu terjerat pada hubungan yang tidak sehat. :) Selamat membaca! P.s : Cerita ini hanyalah cerita Fiksi. Bukan benar-benar terjadi...