Secret Admirer

01| Prolog

Ketika kebanyakan orang lebih memilih mengungkapkan untuk memiliki, aku justru lebih memilih diam.

Ketika seseorang terang-terangan memperjuangkan, aku justru lebih memilih tersembunyi dan tak dikenal.

Cinta ini fitrah, dan aku tak mampu untuk menolak ataupun membantah.

Ingin rasanya ku sembunyikan saja, kukemas dengan rapi tanpa ada yang tahu akan rasaku ini.
Menjadikannya hilang meski ada,
Menjadikannya lupa meski ingat,
Namun sulit, tak semudah yang terucap.

Maafkan aku, yang telah mengharapkanmu ada tanpa izin.
Memandangmu tanpa batasan jarak.
Mengagumi tanpa ada keberanian mengungkap.

Ku harap, kamu tidak pernah tahu dengan persembunyian kisah tak berucapku ini.

Meski tidak bohong, hatiku meminta kamu faham dan membalasnya dengan rasa yang sama.
Namun aku sadar cinta bukan hanya tentang menyatukan, adakalanya kita harus berbesar hati menjadi ikhlas dalam hal melepaskan.

Bagaimanapun aku berjuang atas ini, jika ternyata Allah menakdirkan kamu untuk yang lain, aku bisa apa?

Yang harus ku pelajari dari kisah ini adalah bahwa sekeras apapun kita berjuang, jika itu ternyata bukan milik kita Allah tak akan beri. Karena hidup sudah memiliki porsinya masing-masing.

Aku memang berharap mampu menjadi fatimah az-Zahramu, dan kamu mejadi Ali Bin Abi Thalib ku, kita sama-sama berjuang atas cinta yang sama menuju Allah.

Namun aku sadar, kamu terlalu baik untuk ku. Rasanya bayangmu saja sulit untuk ku gapai. Sangat sulit.

Mencintaimu yang tidak mencintaiku, bagaikan menusukan belati pada diri sendiri.

Oh Allah, bantulah aku menghapus semua angan-anganku.
Hilangkanlah keindahan wajahnya dari pandanganku.

Bantulah aku untuk ikhlas meski rasa ini terus saja mendesakku untuk berjuang.

Jadikanlah aku kuat meski rasa sakit selalu saja menyapa diri.

Jadikanlah diri ini sabar, dalam penantian yang tak terbalaskan.

Bantu aku menemukan hati yang tepat, tuntun langkahku menuju pelabuhan cintaku yang sesungguhnya.

Aku yakin, dan aku percaya.
Rencanamu lebih baik daripada rencana ku.