CH.09 | Perempuan segudang ego

19 1 0
                                    


Nama, latar,cerita tidak menyangkut pihak manapun hanya ide bodo author:)

~~~

Panas itulah yang menggambarkan siang ini, sinar dari matahari yang menyengat terasa. Matahari seperti mendekat ke bumi. Di iringi suara berisik dari dalam kelas yang terlewati, sangat menggangu telinga.

Krieet

Bunyi dari pintu tua yang terpasang di depan kelas, yang perlahan terbuka karena dorongan dari Cakra.

"Askum" salam Cakra pelan, hanya terdengar sebagian bangku depan dekat pintu, ada yang menjawab dan ada yang hanya memperhatikan.

Cakra berjalan menuju kursi tempat berada tasnya, hampir semua mata tertuju pada wajah laki-laki ini, siapa juga yang tidak heran, yang tadinya keluar kelas wajah masih bersih saat kembali sudah lecet.

Ia memperhatikan sanudra yang duduk di kursi lain bertiga dengan Jonathan dan gilang, hanya beberapa detik, karena setelah-nya Cakra langsung mengalihkan tatapan pada tas miliknya lalu bergegas menyampirkan tas itu di bahunya.

"Cakra" suara gugup dari Tiara, hanya datar yang terukir di wajah Cakra. Ia pergi sesaat sebelum pintu ia berbalik arah dan berhenti sejenak.

"Aku tahu aku ganteng, kyak gapernah liat orang ganteng aja " sentak suara keras dari Cakra karena risih tatapan mata anak anak kelas

"Cak" ujar Jonathan menyela Cakra, yang terdengar hanya hembusan nafas Cakra panjang.

"mau kemana?"

"UKS" toleh Cakra pada Jonathan terlihat perlahan raut wajah kesal Cakra sirna.

Cakra beranjak pergi meninggalkan bangku menuju pintu kelas. Cakra menatap anak-anak ujung kelas "tai, pukulin juga nih".

Sesampainya depan kelas Cakra membelalakkan mata, ia menepuk jidatnya "bodoh, apaan tuh tadi" sekarang kedua tangannya yang berada di kepala, wajah Cakra heran karena mengingat tingkah nya.

Ia memutuskan untuk pergi saja,entah ia lupa akan kemana tadi tujuan nya, ia berhenti sejenak di tengah jalan dengan menutup mata dan menekan bagian atas kepalanya. "Ah kantin". Ingat untuk membelikan roti perempuan merepotkan yang pernah ia temui di jalan.

Tak jauh dari tangga belok kanan sudah terlihat yang dinamakan kantin. Tepat anak tangga terakhir "woah" teriak Cakra heboh dengan memegang dadanya, tepat di depan mata guru laki-laki dengan rambut sedikit beruban. Terlihat guru itu juga kaget karena bertatap muka langsung dengan Cakra "kamu mau kemana", "ke kantin pak" sontak Cakra menjawab, langsung menutup bibirnya yang menganga karena apa yang ia jawab barusan pada guru di depannya.

"Gak boleh!"

Cakra dengan tampang heran kenapa tidak bisa? tak jauh Ada beberapa anak di kantin sedang nongkrong

"Itu kenapa mereka tidak di usir pak?"

Perlahan terukir wajah lemah, tangannya terkepal cuma beberapa detik "itu mereka tidak ada pelajaran, jadi saya biarkan"

"Saya juga" saut Cakra dengan menatap serius.

"Terserah kamu, tapi kalau nanti ketahuan saya, saya gak segan-segan" ujar guru dengan name tag bertuliskan "Bambang S". Terlihat ia bingung sejenak dan meninggalkan Cakra menaiki tangga.

Cakra menatap tongkrongan dengan 5 anak itu setelah perginya pak Bambang "gak beres" batin cakra.

Tak pikir panjang Cakra berjalan ke arah kerumunan itu dan melewatinya menuju stand dengan roti yang berjejer, bermacam rasa ia bingung rasa apa yang perempuan itu suka. Stroberi? Cewek bar bar seperti itu apa iya?. Coklat?, Cakra mengambil keduanya dan membayar untuk lekas pergi, akan keluar kantin ia berhenti tiba-tiba dan memandang balik, ia berbalik menuju stand dekat arah keluar kantin "teh anget enten bu?"

"Enten" ujar penjaga stand, mulai menyiapkan panci untuk memanaskan air.

Cakra yang menunggu teh anget nya hanya termenung di sebuah kursi panjang yang menghadap ke arah para penjual di kantin.

Plek

Sebuah kantong plastik yang berisi es batu berada tepat pada celana Cakra yang membuat bekas bundar basah. Cakra yang tadinya merunduk mulai menatap dan mencari siapa pelakunya, gerombolan berjumlah 5 orang yang sedari tadi di kantin sudah berada di gerbang keluar kantin. Siapa lagi, cuma mereka dan Cakra yang berada di kantin saat ini.

"Hei" nada bernada dingin dan tatapan dingin telah siap.

Salah satu dari ke-lima orang menoleh pada sumber suara yaitu Cakra. "Hm?" dengan wajah yang menantang. Wajah yang tidak punya rasa bersalah dan sangat buruk saat ini, hanya tangan yang mampu mengungkapkan saat ini, sangat ingin memukul wajah itu.

"Ambil sampahmu dan buanglah di tempat yang benar" ujar Cakra dengan tatapan jijik.

Salah satu dari ke-lima itu mendekat, berdiri tepat di depan Cakra dengan tatapan mengintimidasi, hanya raut datar yang ada pada Cakra saat ini.

Laki-laki itu tersenyum perlahan" aku sudah membuang di tempatnya, sampah" pukul pukul pukul pikiran yang saat ini berputar di kepala Cakra, mungkin tidak ada orang yang bisa menahan amarah ini Sekarang dengan tangan terkepal kapanpun bisa mendarat di wajah manusia menjijikkan satu ini.

"Teh anget" suara berasal dari stand di depan Cakra, jari-jari yang mengepal menjadi lurus karena suara tadi, Cakra tersenyum dan menundukkan kepalanya sedikit pada laki-laki di depannya, segera pergi mengambil pesanannya.


***

Sesampainya di depan pintu kusen berwarna hijau pudar yang seragam dengan warna tembok di samping nya.

Cakra membuka pintu itu, hanya senyap sepi. "tan" yang terdengar hanya batuk dari balik tirai yang menutupi. Cakra masuk untuk segera memberikan apa yang di pesan intan tadi. Ia bingung setelah di dalam, dimana untuk menaruh roti ini. Cakra berjalan menuju balik tirai yang ada hanya perempuan berisik itu, Terbaring lemas. Cakra menuju meja di dekat kasur perempuan itu ada satu obat untuk pusing. Yang ada di angan Cakra "apa aku harus membangunkannya?".

Ia dilema antara membangunkan atau tidak selama beberapa menit. Cakra menepuk lengan kanan perempuan itu dengan punggung tangannya "woi" setelah beberapa kali ia melakukan itu "iya bun" suara pelan yang di iringi rintihan itu membuat Cakra berhenti dan melongo heran "bun?"

Perempuan itu perlahan membuka matanya dan terdiam melihat sosok Cakra berdiri di samping-nya. Bulat sempurna itulah bentuk matanya saat ini.

"Kenapa, ap apa lu" ujar Cakra yang bingung setelah mengecek tubuhnya.

"Tan, intan" teriak perempuan itu setelah mengalihkan pandangannya dari Cakra.

"Kaga ada"

"Kemana?"

Mana kutau"
Perempuan itu bangkit dari tidurnya, ia melirik dari bagian atas tubuhnya sampai bawah.

"Lu ngapain, saat aku tidur" ujar perempuan itu dengan membelalakkan matanya. Cakra menyikapi perempuan itu dengan wajah datar dan malas.

"Mau kuceritain?" raut wajahnya yang berubah menjadi senyuman aneh.

"Kau benar-benar rusak" perempuan itu menyilang kan tangan-nya di depan dadanya.

Cakra terus mempertahankan senyuman anehnya itu, ia berniat menggoda perempuan itu "sangat halus saat aku menepuknya" sambil memperagakan tangan-nya yang menepuk dengan punggung tangannya.

"Cakra" suara perempuan dari balik tubuh cakra, yang membuat nya langsung menoleh. Terlihat intan yang menutupi mulutnya dengan telapak nya. Matanya semakin melebar saat melihat gerakan tangan Cakra yang masih memperagakan menepuk.

Cakra yang tersadar segera menurunkan tangan kirinya dengan menutupi memakai telapak tangan kanannya, segera memasukkan dalam saku celananya. Ia menghela nafas panjang "hidupku"

FIST AND ROMANCE [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang