3. I'm Always Worry To You

907 97 1
                                    



















🌸Happy Reading🌸



















Pulang sekolah, adalah waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh para siswa. Tak terkecuali Lily.

Tetapi meski begitu, Lily tidak berniat keluar dari kelasnya terlebih dahulu. Ia memilih untuk duduk saja di kursinya, tak mau berdesak-desakkan di depan pintu.

Gadis cantik tersebut melirik jam tangannya sejenak, lalu menghela napas lesu. Sudah lima belas menit, namun belum juga ada tanda-tanda kelas akan sepi. Lily merengut, memajukan bibirnya kesal.

"Kenapa mereka lama sekali, sih? Tinggal pulang saja, kenapa harus pakai acara bergosip segala? Menghalangi jalan, cih!"

Ia bersandar, memutuskan untuk bermain ponsel sebentar. Percuma menggerutu. Lagi pula, ia takkan berani menghampiri mereka semua satu per satu, dan memberikan makiannya.

Lily lantas membuka galeri foto. Ia tersenyum, memandangi sebuah gambar yang selama ini selalu ia tutupi dari orang lain.

Perempuan itu terlalu asyik dengan kegiatannya, sampai-sampai tidak menyadari kalau keadaan kelasnya sudah kosong, dan hanya tersisa dirinya sendiri. Lily bahkan tidak tahu, jika ada sesosok pemuda sedang menatap ke arahnya. Ingin mendekat, tapi ragu.

Dia Sehun, tentu. Siapa lagi murid di Hanlim Multi Art School yang kenal dengan Lily selain lelaki bermarga Oh tersebut? Taeyong, Jaehyun, Johny, Yuta? Tidak mungkin! Mereka sudah dikeluarkan.

Sehun kemudian menarik sudut bibirnya. Senyum indah Lily menular, menyalurkan kebahagiaan, meski Sehun pun tidak paham dengan apa yang sedang dilakukan gadis itu.

Ia malah memantapkan tekad, berjalan, mendatangi Lily. Sehun sedikit mengendap-endap, tak mau Lily dapat mengendus kehadirannya. Ia ingin mengejutkan perempuan berponi tersebut.

Lily terlihat sangat serius. Sehun jadi semakin bersemangat. Ia terus melangkah, hingga akhirnya sampai di hadapan si gadis. Lily masih tak sadar. Manusia berwajah Barbie itu tetap berfokus pada ponselnya dengan seulas senyum yang tak kunjung pudar.

Sehun sedikit mencebik. Ia merasa diacuhkan. Dan...

BRAK

"Yak!" Lily terperanjat hebat. Bahkan tanpa disengaja, benda pipih dalam genggamannya terjatuh, terlempar kuat ke lantai.

Ia mengangkat kepalanya, guna mencari tahu siapa sang pelaku. Wajahnya merah padam karena emosi, rahangnya mengeras karena kesal.

"Sehun?!"

"Hehe." Yang terciduk hanya menyengir tak berdosa. Ia menggaruk tengkuknya canggung, merasa bersalah.

"Kenapa mesti menggebrak meja, huh?! Lily punya telinga! Seharusnya panggil saja Lily! Lily tidak tuli!" Gadis itu berseru marah. Dadanya bergemuruh, ingin sekali mencabik-cabik pemuda di depannya ini.

Sehun mengernyit. "Kau yang asyik dengan ponselmu. Jadi jangan salahkan aku!"

"Lalu? Salah Lily?"

"T-tentu."

Perempuan tersebut menggeleng tak habis pikir. Ia lantas mengambil ponselnya yang tergeletak mengenaskan. Egois, pikir Lily.

Dan yang terjadi setelahnya, adalah Lily membulatkan mata. Ia terkejut, mendapati layar handphone-nya retak. Benar-benar menjengkelkan.

If || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang