7. Our Distance Goes Wider

699 84 7
                                    



















🌸Happy Reading🌸



















Semilir angin berhembus, terasa sejuk menyentuh kulit. Disertai indahnya matahari yang bersinar, menerangi Bumi dengan cahaya terang-benderang.

Sehun tersenyum, tak kalah cerah dari pagi. Ia baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya. Bermimpi, tentang sebuah kenangan masa lalu. Terputar ulang, sangat jelas memperlihatkan bagaimana Sehun hidup bahagia, bersama ayah dan ibunya kala di Paris beberapa tahun ke belakang.

Ia rindu suasana itu. Benar-benar rindu.

Andai Sehun diberikan kesempatan, untuk meminta satu keinginan terbesarnya selama ini, maka Sehun akan memohon, agar ia bisa kembali pada saat ia berusia lima tahun.

Orang tua pemuda itu---Siwon dan Yoona---sebenarnya sama sekali tidak melalaikan kewajiban mereka. Sehun mendapatkan kasih sayang yang cukup, bahkan lebih.

Tapi permasalahannya, keadaan sudah berbeda. Bukannya Sehun tidak bersyukur karena bisnis Siwon sukses besar. Ia hanya menyayangkan, kalau sekarang ia tidak bisa lagi menemukan teman-teman setulus dulu.

Percintaan. Mungkin pada kenyataannya, hal tersebut sangat lumrah di kalangan remaja labil seperti Sehun. Jadi semestinya, ia tak perlu terlalu ambil pusing, kala ia bertengkar dengan Kai karena satu alasan...

... Yeom Seegyoo.

Sehun menghela napas berat. Memori dalam otaknya terlempar, pada kejadian kemarin, tepat satu hari sebelum hari ini.

"Sehun, aku ingin bicara sebentar."

Yang dipanggil sontak menoleh, mengernyit bingung. "Ya, Kai. Ada apa?" tanyanya.

Kai bersedekap dada. Berdecih secara terang-terangan, menunjukkan ketidaksukaannya. "Kau menyukai Seegyoo?" ujar Kai, langsung to the point.

Pipi Sehun lantas bersemu merah. Namun sebisa mungkin, ia berusaha menyembunyikannya. "A-aku tidak---"

"Jangan berbohong." Nada bicara lelaki tan itu terdengar menyeramkan, membuat atmosfer diantara mereka menjadi lebih tegang.

"I-iya, sepertinya."

BUGH

"Brengsek!" Kai memekik keras, sedangkan Sehun sibuk memegangi rahangnya yang terasa sakit bukan main. "Kau bilang tidak tertarik kepadanya! Lalu kenapa sekarang kau bilang begitu, huh?!"

Dada pemuda tersebut naik turun karena emosi. Apalagi, Sehun hanya diam tak berkutik, ia pun semakin geram. "Oh Sehun, KAU MUNAFIK!"

Tetap bungkam.

Lama-lama Kai kehilangan kesabarannya. Ia berdecak, kemudian meludah ke sisi Sehun. "Mau kuberitahu sebuah fakta? Kau pasti akan sangat terkejut mendengarnya," ucap sang sahabat, sambil tersenyum evil.

"A-apa maksudmu?" tanya Sehun dengan susah payah. Untuk sekadar mengucapkan sepatah kata saja, rasanya sungguh ngilu.

Kai menatap angkuh. "Aku, berteman denganmu, hanya untuk popularitas."

Lelaki yang tersungkur tak berdaya di hadapannya terbelalak lebar. Tak percaya. "O-omong kosong!"

"Aku serius, Sehun. Benar-benar serius," ucapnya sinis. "Namun kini, aku sudah mendapatkan semua yang aku inginkan. Aku tidak memerlukanmu lagi! Kau sampah!"

If || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang