Perkenalan

7 1 0
                                    

Penampilan kali ini sungguh rapi, rambut yang di kuncir kuda, seragam mulus baru di setrika, sepatu baru, tas baru seragam yang di masukan dengan panjang rok di bawah lutut. Iya rapi dan semua hampir serba baru, tapi mukanya enggak baru. Kulitnya coklat kayak sawo matang, mukanya yang agak bulat ditambah poni bikin lucu dan imut. Bibirnya yang kehitaman itu lagi komat kamit, tapi pandangannya nunduk.

Seharusnya sekarang dia diarahkan guru buat ke kelas, tapi dengan halus menolak itu katanya engga mau ngerepotin guru. Dia akan masuk ke kelas 12 Bahasa, tempatnya agak jauh di ujung karena kelas bahasa cuma ada satu setiap angkatannya.

Pas sampai pintu dia masih mode kalem, dan keliatan kebingungan apalagi ditatap insten sama anak yang ada di depan kelas. Dari dalan kelas ke luar anak cewek lalu menyapanya.

"Oy, mbak di sini? Mau ngapain? Kok pake seragam? Bukannya kemarin lagi nemenin ibunya dagang? Tapi... mbak rapi amat kayak mau upacara," ucapnya panjang lebar diakhiri kekehan.

Terus siswi tadi yang natap ikut nimbrung, "Oh iya dia anaknya ibu Retno bukan?"

"Iya." Bukan anak baru yang jawab melainkan gadis bar-bar itu.

"Tapi dia pake seragam, mana mungkin anaknya. Ibunya kan receh banget, masa anaknya kalem kayak gini."

Sebuah ide meluncur pada anak baru itu. "Excusme, I am not children her. I am newmem to this class. I think you must help me, it is class bahasa?" tanyanya tersenyum senang, walau dirinya tidak yakin menggunakan kosa kata yang benar.

"Ehmmm, yes. Mbak ngomong apa?" tanya anak bar-bar ke anak satunya.

"Kurang paham aku, tapi intinya dia itu bukan anaknya ibu Retno dan dia anggota baru di kelas ini."

¶¶¶P

"Oy, nih ana anak anyar. Tapi ora iso indo," terang anak bar-bar yang gaya bicaranya agak medok.

"Yes, my name is Kay from Bandung. Nice to meet you." Anak baru itu memperkenalkan diri di depan anak yang lain sebelum bel masuk berdering.

Semua siswa dan siswi dudul di tempatnya masing masing, namun anak baru—Kay masih bergeming mencoba mencari kursi kosong yang nihil.  Hingga guru masuk mengeraskan suaranya, "Kamu kenapa masih berdiri, duduk! Atau lari lapangan." Sudah tertebak guru itu garang.

"So, I am sorry. I am newmem."

KekosonganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang