Teman

4 1 0
                                    

"Mbak senja, kasian Kay. Di belum ada temen. Anak lain enggak mau temenan sama Kay karena enggak bisa bahasa inggris, mbak kan bisa bahasa inggris harusnya mbak deketin dia," cerocos Ayu.

"Udah lah, bisa enggak sih sekali aja mikirin diri sendiri. Mau berbuat baik berapa kali pun, kamu bakal dianggap nakal."

"Iya emang aku nakal, mbak."

"Nakal kamu beda, Yu. Kamu nakal buat kebaikan orang-orang. Kalo kamu anggap aku mbak mu. Rungokake  mbak, kowe kudu ndemeni awak dhewe." 

¶¶¶P

Saat Ayu dan senja sedang makan di kantin, Kay menghampiri mereka terus nyapa. "Ayu. Aku duduk sini, ya."

Mereka berdua kompakan mengerjap, tak mengira Kay bisa berbahasa bahasa mereka. "I-iya."

"Ayu, maaf tadi saya enggak anggap kenalan kamu. Sekarang masih mau kenalan enggak? Ini secara resmi, bukannya kita teman?"

"I-iya." Ayu menjeda kegiatan makannya, melirik sebentar Senja yang asik dengan makanan mengabaikan Kay. Menatap Kay lekat.

"Tapi ada syaratnya, ada pepatah bilang 'Tak kenyang maka tak teman." Kalau ingin berteman dengan saya, kamu harus traktir setiap hari, ya?"

Senja mengebrak meja mengejutkan pengunjung lain, "Kaku amat kamu ngomongnya. Kalo enggak mau temenan sama kita ya silahkan enggak usah manfaatin orang. Kalo kayak gitu bukan teman namanya. Sok banget bahasa inggris, jaim kamu?"

"Mbak udah. Kalo Kay maunya gitu enggak apa. Makin banyak teman bagus kan mbak?"

"Ayu, sekali aja jangan naif."

KekosonganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang