🌌Chapter 1

254 52 115
                                    

 01

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

 01. Happines

__

"Selamat ulang tahun, sayang!" Ucap Rara hangat, menatap anak perempuannya yang mulai beranjak dewasa hari ini, layaknya seorang ibu, Rara bahagia.

   Sebuah asap berterbangan menuju langit dari sebuah lilin yang berhasil di tiup dengan segenap doa yang di amin-kan. Ia berharap dengan usianya yang ke tujuh belas tahun ini,  Tuhan bisa mendengar doanya.

"Makasih bunda, Anila bahagia banget hari ini." Akunya dengan sederet gigi yang ia tunjukan dengan  rona di kedua pipinya. Ini adalah hari ulang tahunnya, bagaimanapun ia harus bahagia.

    Rara menaruh kue yang di sangganya, kemudian meraih tubuh mungil Anila dan merengkuhnya erat. Tangannya ia bawa membelai puncak kepala Anila dengan belaian kasih sayang. Rara tidak sanggup, perasaanya seolah di apit oleh sebuah tembok yang amat besar, rasanya sangat sesak. Seakan ada sesuatu yang mengganjal di sana. 

"Happy sweet seventeen, anak bunda." Ucapnya lagi yang kini terdengar lirih, tanpa sadar bendungan di pelupuk matanya luruh begitu saja.

   Rara menyesal, ia menyesali semua yang terjadi, keputusannya dalam hidup, serta rasa bersalahnya karena telah membawa Anila kedalamnya.

"Bunda..," Lirih Anila, "Makasih ya," Tuturnya saat menyadari bundanya menangis dalam pelukannya.

"Nila minta maaf, kalo selama ini belum bisa membahagiakan bunda."

   Rara menghembuskan nafas perlahan, menyeka rasa nyeri yang menjalar di dadanya.

   Kemudian tangannya menangkup kedua sisi wajah Anila dan  menatap nerta coklat milik Anila, "Bunda udah bersyukur kamu sehat dan jadi putri cantiknya bunda, itu udah bikin bunda bahagia sayang. Bunda yang minta maaf, maaf karena bunda belum bisa jadi orang tua yang terbaik buat Anila, bunda minta maaf, ya?" Lagi-lagi air matanya jatuh dengan rasa nyeri yang menjalar.

    Anila menggeleng perlahan, "Bunda, kok bunda nangis sih, bunda ngga perlu minta maaf sama Anila, Anila bahagia bisa jadi anaknya bunda, apa yang harus bunda sesali? Anila di sini, Anila bangga punya superhero kaya bunda!" Jelasnya seraya mengelus tangan Rara yang memangkup wajahnya dengan lembut.

"Asalkan bund atau ya!  Walaupun Anila kadang suka iri sama teman-teman Nila yang suka pamerin ayahnya di sekolah, tapi  Anila lebih bangga karena punya superhero cantik kaya bunda!" Paparnya menjelaskan seraya menunjukan senyuman yang malah nampak terlihat sedih. Sebelum akhirnya, ia kembali melanjutkan kalimatnya,

"Anila bangga punya bunda! makasih sudah menjadi satu-satunya superhero paling berani yang datang saat hari ayah di sekolahnya Nila. Makasih sudah menjadi satu-satunya wonder woman di antara Superman yang datang hari itu bunda."

    Kini Rara benar-benar tidak tau bagaimana merespon perkataan putrinya yang berhasil membuat dadanya semakin sesak. Bagaimana seorang gadis kecil bisa bertahan di bawah tekanan yang kuat bisa dengan pemikiran melebihi orang dewasa. Ia tidak tahan lagi, bendungan air matanya kini sudah mengalir deras. Ia semakin merasa bersalah atas semuanya.

   Mengingat hari itu, hari di mana Rara menyaksikan senyum penuh harap, menatap sosok Anila dari kejauhan yang berdiri di tengah keramaian dengan sebatang bunga dalam genggamannya menanti kehadiran sang ayah yang tidak kunjung datang. 

"Anila sayang bunda." Tuturnya lagi yang tanpa sadar segenang air mulai berhasil membasahi kedua pipinya sembari tersenyum simpul.  

"Bunda jangan tinggalin Nila ya? apapun yang terjadi, jangan tinggalin Nila." Ia kembali memeluk Rara dengan erat, membuat pelukan itu kini terasa nyaman hingga ia bisa mencium aroma tubuh bundanya yang khas.

Bunda mengangguk perlahan, membalas pelukan tulus Anila dengan erat,"Bunda janji."

Anila berharap bunda akan selalu meluknya seperti ini.

   Cahaya rembulan dengan bitang-bintang yang bertebaran di langit angkasa selalu menyaksikan apa-apa yang manusia lakukan di bawahnya, mereka tau semuanya, namun lagi-lagi mereka hanya sebatas menyaksikan dan menjadi saksi bisu atas apa yang terjadi di bawahnya.

   Disaat semuanya hening dan damai, tiba-tiba saja keduanya  dikagetkan dengan suara hantaman keras yang sepertinya berasal dari dalam rumah.

Pranggg!!

   Keduanya saling menatap, perasaan antara kaget dan takut, bunda dan Anila memilih untuk saling menautkan tangan dan berniat beranjak dari tempat untuk melihat apa yang terjadi di dalam.

    Saat Anila dan rara sampai di ruang tamu, mereka lebih di kagetkan oleh sosok pria bertubuh besar dengan tato ditangan kirinya yang menonjolkan urat. Rahang pria itu mengeras dengan mata merah tajam dengan serpihan vas bunga berurukuran besar  berserakan di lantai.

   Tanpa rasa bersalah, kini pria itu  hendak meraih guci berukuran sedang yang berada di atas meja akan membantingnya kembali.

   Namun dengan cepat, rara menariknya, menahan aksi sang suami yang selalu saja di luar kendali.

"Mas cukup!" 

  ______

20 menit yang lalu

  Anila duduk di bawah pohon besar yang di hadapannya ada sebuah kolam ikan yang berukuran cukup luas nan indah.
  
  Di bawah bulan yang memantulkan bayangannya di dasar kolam, ia kembali mengetikan jarinya pada layar ponsel dengan perasaan penuh harap.

Dainesoo🦖🦕 rawrr!!!

HAII!!!

Hari ini ulang tahun Passe loh!
katanya mau beliin susu Pisang
satu truk kalo udah gede?!!

BO'ONG YAA!!

Udah lama ga ada kabar
Padahal udah kangen banget tau!!!

Huh! Dasar!

Pergi ga bilang bilang lagi!

Udah 5 tahun ga ada Dino,
rasanya sepi tau!

Biasanya juga mainan
di taman raya

KANGEN IHHH!!!

CEPET BALIK ATAU NILA YANG BAKAL NGILANG!!

Tau ngga, Passe udah gede nih, udah ngga cengeng lagi xixi

Pipi Passe juga tirusan ngga gembul lagi kaya dulu, biar Dino gabisa cubit- cubit sama ngatain gembul lagi! Wleee...

INTINYA PASSE TUNGGU DINO PULANG TITIK!!!

DINO HARUS BALIK KE PASSE

T I T I K !!!!

Ajkhsfjalxnl
 


   Anila memicingkan senyumnya mendapati layar handphone dari sebuah kontak pesan yang tak kunjung mendapat balasan.

  Bisa-bisanya ia di buat gila oleh orang gila yang tiba-tiba menghilang dan mencampakkannya begitu saja. Padahal, Anila sangat merindukannya.


.
.
.

terimakasih

NEXT PART>>>>>

How To Say 'Love You'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang