Minggu pagi yang cerah, kau bersama Natsuya berjalan-jalan menikmati hari. Angin semilir menerpa wajahmu, sejuk, sesejuk udara pagi ini yang kau hirup dengan perasaan bahagia. Bisa melangkahkan kaki bersama pacarmu—atau sebut saja berkencan—selama beberapa jam ke depan adalah momen paling menyenangkan dalam hidupmu, apalagi dilakukan di sekitar taman yang penuh dengan gema suara tawa anak-anak yang berlarian dan banyaknya penjual mainan lucu, pun genggaman tangan Natsuya yang begitu erat di pergelangan tangan kananmu, menyebabkan sensasi hangat menjalar di dadamu. Rasa senang, gembira, malu-malu, bercampur menjadi satu.
"Ah, Natsu, lihat!"
Kau segera menunjuk ke arah seorang penjual balon yang tengah melayani dua anak laki-laki kembar di sebelah bukit kecil. Mereka merengek, bingung ingin memilih balon yang mana, karena semua bentuk balon itu sama, berbentuk hati, dan yang membedakan hanyalah warna balonnya saja.
"Mereka lucu sekali, ya?"
"H—hm." Natsuya tersenyum, lalu mengajakmu melangkah kembali menghampiri mereka.
Kau memperhatikan setiap lekuk wajah pria itu, terlihat begitu menyukai paras si anak kembar yang menggemaskan. Manakala mereka mengerucutkan bibir sembari menerima balon berwarna merah dan kuning secara bersamaan dari penjualnya, kemudian tertawa ceria khas anak-anak. Hal itu pun sontak membuatmu ikut tersenyum.
"Waah… balon kalian bagus."
Kedua anak kembar itu berbalik, menatap Natsuya yang baru saja berbicara pada mereka. Dia lalu berjongkok, mengusap kepala masing-masing bergantian seraya tersenyum simpul, menimbulkan tawa kecil meluncur lewat bibir mungil mereka.
"Terima kasih," jawab mereka serempak, dan sejurus kemudian, mereka memandang ke arahmu dengan kedua bola mata mereka yang bulat. Si anak berambut pirang pun langsung memekik.
"Hei, pacar kakak juga cantik sekali. Kalau aku jadi kakak, aku akan langsung menikahinya!"
"Hish, kau ini!" teriak si anak berambut hitam sambil memukul pundak saudara kembarnya hingga mengaduh kesakitan. Natsuya yang melihat hanya bisa tertawa, sementara kau merasa bahwa kedua pipimu memanas, hampir menunjukkan semburat merah pada keduanya. Begitu juga dengan detak jantungmu yang makin berdentuman.
"Maafkan saudaraku, ya, kak. Dia memang nakal."
"Tidak apa-apa, justru apa kata adikmu memang ada benarnya." Natsuya mengerling ke arahmu, tertawa, hampir meluluhlantakkan pendirianmu ketika sorot matanya menatap persis pada wajahmu. Akan tetapi kau bergegas mengalihkan pandangan ke arah beberapa balon warna-warni yang masih bergelantungan di atasmu—atau lebih tepatnya—terikat di atas sadel sepeda si penjual. Terus seperti itu, sampai di detik berikutnya kedua anak kembar itu pergi, tergantikan oleh kehadiran Natsuya yang mendekatimu kemudian menatapmu dan balon bergantian.
"Do you want some balloons too, dear?"
Kau bergeming.
"Tidak apa-apa. Kalau kau mau, akan kubelikan."
Kau tidak mencegahnya sedikitpun kendati Natsuya sudah meraih lima balon berwarna pink dari tangan penjualnya. Lalu memberikannya padamu dengan senyum yang tak akan pernah lepas dari paras ketika kau selalu berada di sisinya. Kau tahu jika itu akan memberikan dampak buruk bagi jantungmu, tetapi untukmu, selama kau masih bisa menatap mata teduhnya, melihat senyuman khas seorang Kirishima Natsuya, itu sudah cukup bagimu.
"Warna merah muda identik dengan wanita. Menunjukkan pribadi yang ceria, lucu dan penyayang. Sepertimu."
Kau membiarkan tubuh Natsuya meminimalisir jarak di antara kau dengannya, menggenggam kedua lenganmu erat, memaksamu untuk menatap dalam manik amber-nya. Embusan napasnya terasa kentara menerpa wajahmu, membius agar kau tak melepaskan pandangan barang seincipun darinya. Kau merelakan degup di dadamu bergejolak, memandangi senyum Natsuya yang kian memesonakan, menenangkan, menarik hatimu.
"Aku mencintaimu."
Matamu mengerjap berulang kali, sampai kau tersadar, Natsuya mencium bibirmu. Terlampau lama, dan merasa Tuhan telah menghentikan waktu hanya untuk membiarkan jemari kalian saling bertautan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRABBLE | Kirishima Natsuya [✓]
Fanfiction"Kau tau apa yang lebih luas dari samudra? Itu adalah rasa cintaku padamu." -Natsuya "Kau tau apa yang basi selain masakan kemarin malam? Ya, itu adalah gombalanmu." -[Name] Free! © Kouji Ouji